ABC

Swasembada daging sapi Indonesia dinilai ambisius

Perhitungan ANZ Bank menunjukkan, kalau Indonesia terus mendorong agar 90 persen daging sapinya dipenuhi produksi dalam negeri, sapi ternak di Indonesia akan habis dalam waktu delapan tahun.

Gambaran itu dimuat dalam laporan yang dirilis minggu ini, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta ANZ untuk membuat modelling bagi beberapa tingkatan swasembada daging sapi.

Kepala riset agribisnis global pada bank ANZ, Michael Whitehead, mengatakan, produktivitas sapi perlu secara dramatis diperbaiki. "Tingkat swasembawa 70 persen jauh lebih mungkin dicapai, dan tujuan itu bisa dimulai di tahun 2020, bukan 2014," katanya.

Menurut Whitehead, hal itu akan memungkinkan dilanjutkannya ekspor sapi hidup dan daging sapi dari Australia. Pada tingkat swasembada 70 persen, jelasnya, itu berarti ekspor sapi hidup sekitar 470.000 ekor dan 75.000 ton daging sapi kemas di tahun 2020, naik menjadi hampir 700.000 ekor sapi hidup di tahun 2030.

"Definisi resmi 'swasembada' adalah 90 persen swasembada di tahun 2014. Artinya 90 persen kebutuhan domestik daging sapi dipenuhi oleh ternak di dalam negeri, sementara 10 persen lagi dipenuhi oleh impor daging sapi kemas dan hewan hidup," jelas Whitehead.

Whitehead mengatakan, kalau swasembada itu diterapkan tahun depan, berdasarkan tingkat produktivitas sapi dan trend konsumsi di Indonesia sekarang ini, hal itu akan sulit untuk berkelanjutan.

Menurut dia, tidak ada pemerintah yang akan membiarkan ternak sapinya habis, dan itulah salah satu alasan mengapa pemerintah Indonesia mensponsori Forum Investasi dan Perdagangan Daging Sapi Indo Oz di Brisbane.

Dutabesar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengatakan, semua harus mengupayakan investasi dalam industri daging sapi Indonesia, di antaranya dengan meningkatkan produktivitas sapi ternak.