ABC

Suku Menang Berharap Peninggalannya Kembali

Beberapa artefak tertua Aborigin dalam sejarah Australia telah dikembalikan ‘sementara’ ke Australia Barat oleh British Museum melalui sebuah pameran. Pameran ini memicu tuntutan agar artefak bisa berada di Australia untuk selamanya.

Yurlmun: Mokare Mia Boodja, berarti “kembali ke negara asal Mokare”, menampilkan 14 artefak bersejarah dari tahun 1800-an saat bangsa Eropa bermukim di kawasan Albany, Australia Barat. Artefak ini sudah disimpan di Bristish Museum selama 180 tahun terakhir.

Gaye Sculthrope, kurator museum untuk koleksi dari kawasan Oceania mengatakan obyek-obyek, termasuk kapak batu, tombak dan pisau, adalah beberapa benda tertua yang pernah dikumpulkan di Australia.

“Mereka memiliki signifikansi bukan hanya bagi lokal, tapi juga secara nasional,” katanya. “Benar-benar sulit untuk menggambarkan bagaimana pentingnya.”

“Menjadi hari yang sangat istimewa di sini di Albany,” tambahnya. “Saya rasa orang-orang yang ada di sini … terllihat penuh kebahagiaan melihat benda-benda ini di sini.”

Pameran ini adahlah hasil dari perundingan selama empat tahun antara kelompok pelestarian warisan budaya, Albany Heritage Reference Grup Aboriginal Corporation (AHRGAC), pihak Western Australian Museum, dan Museum British.

Menunggu sekian lama

Vernice Gillies, tetua dari suku Aborigin berharap artefak bersejarah bisa secara permanan berada di Australia.
Vernice Gillies, tetua dari suku Aborigin berharap artefak bersejarah bisa secara permanan berada di Australia.

Foto: ABC News, Lisa Morrison.

Vernice Gillies, ketua AHRGAC mengatakan kembalinya benda-benda ini ke Australia membangun perasaan yang sangat kuat bagi para tetua suku Menang.

“Sudah cukup mengejutkan,” kata Vernice. “Agak sedih tapi kita benar-benar bahagia karena mereka akhirnya pulang. Sudah terlalu lama.”

Namun, kembalinya benda-benda ini juga telah memicu perdebatan apakah harus tetap disimpan di Albany setelah pameran berakhir.

Vernice mengatakan beberapa tetua dari suku Menang ingin melihatnya ada di Albany lebih lama atau dipinjam secara permanen.

“Saya rasa mungkin ada proses yang akan terjadi dalam beberapa saat,” katanya. “Mungkin sekarang bukan saat yang tepat, karena kita harus melewati beberapa proses tersebut.”

Avril Dene, salah satu tetua dari suku Menang ingin agar benda-benda ini disimpan di Albany.

“Jika kita melakukan semua hal yang benar, mudah-mudahan ya, jika kita tidak bisa memilikinya di sini, mungkin bisa meminjam secara permanen dari British Museum,” ujarnya.

“Menjadi hal yang luar biasa untuk membawa mereka kembali ke negara asalnya,” tambah dia.

Pameran dapat membuka jalan

Detil dari sebuah pisau yang dikoleksi Dr Alexander Collie dari kawasan perairan King George Sound, tahun 1831-33.
Detil dari sebuah pisau yang dikoleksi Dr Alexander Collie dari kawasan perairan King George Sound, tahun 1831-33.

Foto: Koleksi British Museum

Vernice mengatakan artefak “lebih dari sekedar barang” bagi orang-orang suku Menang. Artefak ini melambangkan bahwa budaya mereka tetap hidup, hampir dua abad.

Ia berharap pameran ini akan membuka jalan bagi masyarakat adat lain di sekitar Australia untuk mengikuti jejak mereka.

"Kami berharap kami bisa memiliki sebuah model yang dapat digunakan oleh lembaga Aborigin lain dan masyarakat di sekitar Australia agar membantu artefak mereka kembali," katanya.

“Kami tahu ada 27 komunitas Aborigin lainnya di seluruh Australia yang melihat dan menunggu apa yang akan terjadi setelah pameran ini,” ujar Vernice.

Kurator museum tidak memiliki komitmen agar artefak bisa tetap berada di Albany.

“Tidak umum museum memiliki pinjaman permanen, tetapi British Museum selalu tertarik untuk melihat bagaimana koleksinya dapat digunakan,” katanya.

“Itu semua tergantung pada banyak hal … sehingga ini benar-benar spekulasi,” tambah Vernice.

Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 2/11/2016 pukul 14:00 AEST. Artikel aslinya dalam bahasa Inggris bisa dibaca di sini.