ABC

Suksma Ratri Tetap Hidup Positif dengan HIV

Dua belas tahun lalu, hidup Suksma Ratri berubah. Ia dinyatakan positif mengidap virus HIV. Ratri tetap hidup aktif sambil berbagi pengalaman dan semangatnya kepada masyarakat luas, hingga ke tingkat internasional.

Ia cukup dikenal di kalangan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Indonesia, karena telah menyuarakan kisah hidupnya sebagai seorang penyintas virus yang seringkali disalahpahami tersebut.

Sejak divonis HIV positif tahun 2006, Ratri -begitu ia biasa disapa -mengaku tak pernah melambatkan laju kegiatannya.

Ratri mengaku ia menjalani hidupnya dengan senang, sambil aktif mewakili komunitas ODHA yang masih mendapat dipandang negatif oleh masyarakat.

“Yang penting sih ya kalau ODHA itu kuncinya cuma dua. Pola hidup senang dan pola hidup sehat,” ujarnya kepada Nurina Savitri dari ABC Australia di Jakarta.

Menurutnya, stigma negatif menjadi alasan mengapa ODHA masih bungkam dan tak mau membicarakannya dengan orang-orang terdekatnya.

“Banyak orang masih berpikir HIV ini hanya urusan kesehatan, hanya terjadi pada kelompok-kelompok tertentu.”

Ratri (kanan) bersama seorang kawan dalam acara peringatan Hari AIDS Sedunia 2018 di Jakarta.
Ratri (kanan) bersama seorang kawan dalam acara peringatan Hari AIDS Sedunia 2018 (25/11) di Jakarta.

Facebook; Ratri Pearman

Masih banyak ODHA tak mau terbuka

Ratri tertular HIV dari sang mantan suami yang aktif mengkonsumsi narkoba lewat jarum suntik.

Setelah melewati tes, ia mengetahui dirinya terpapar HIV positif, sementara anaknya memiliki hasil negatif.

Tapi ia merasa beruntung memiliki keluarga dan teman dekat yang menerima kondisinya dan mendukung segala aktivitasnya setelah divonis HIV.

Di jejaring sosial miliknya, Ratri pun tidak segan-segan menceritakan kondisi yang dimiliknya, sehingga tak ada lagi pertanyaan dari orang-orang yang dikenalnya.

“Mereka justru kasih dukungan ‘Kamu sehat kan?’, ‘Kamu yang kuat ya’, ‘Ingat loh di belakang kamu itu ada keluarga yang mendukung kamu selalu’,” jelas ibu sekaligus orang tua tunggal dari satu anak perempuan ini.

Ia sangat paham ODHA yang terbuka mengenai kondisinya bisa menanggung konsekuensi panjang, yang tak jarang melibatkan keluarga juga.

“Biasanya mereka tidak mau terbuka di daerahnya. Maunya hanya cerita kalau ada forum komunitas, itupun kadang ada yang maunya hanya di luar kota.”

Ratri mengingatkan agar sesama ODHA tetap jalani hidup sehat.
Ratri mengingatkan agar sesama ODHA tetap jalani hidup sehat.

ABC; Nurina Savitri

Alasan HIV meningkat di Indonesia

Ratri berpendapat tabunya pendidikan seks di Indonesia berkontribusi pada meningkatnya jumlah kasus baru orang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia beberapa tahun belakangan.

“Karena pendidikan seks di sini dilarang, justru itu berkontribusi terhadap kenaikan HIV/AIDS,” jelasnya.

“Ketidaktahuan masyarakat, ketidaktahuan remaja, bagaimana caranya memproteksi diri untuk kesehatan reproduksinya, menurut saya punya kontribusi besa untuk laju infeksi (HIV/AIDS) di Indonesia.”

Ia juga mengatakan ada faktor keagamaan dan kekeliruan dari masyarakat yang jadi penyebab meningkatnya infeksi HIV.

Menurutnya, HIV tidak hanya beresiko bagi pengguna narkoba, pekerja seks, atau kaum gay, seperti kebanyakan asumsi.

Tetapi tidak ada satu pun yang terbebas dari resiko HIV pada saat ini.

“Mereka tidak suka membaca, tapi lebih senang mendengar dan cepat percaya sama hoax. Itu yang menurut saya membuat angka HIV/AIDS di Indonesia tidak cepat turun seperti negara tetangga.”

Masih mempersoalkan moral

Intervensi pemerintah dalam menangani kasus HIV dan AIDS di Indonesia pun menurutnya belum efektif.

“Kampanye-nya masih menggunakan kampanye jadul gitu. Misalnya, mengutamakan sikap relijius yang lebih penting untuk memproteksi diri, jangan melakukan seks di luar nikah dengan dimasukkan doktrin-doktrin agama.”

“Sementara negara tetangga sudah buat kebijakan ‘100 persen area kondom’ misalnya, di Pattaya Thailand, untuk wisatawan seks yang tidak pakai kondom tidak akan dilayani.”

Menurutnya pendistribusian kondom sebenarnya adalah hal yang sangat mudah, tapi di Indonesia masih jadi perdebatan karena masalah moral. .

Di tahun 2008, Ratri pernah berkesempatan mewakili ODHA dari seluruh dunia untuk berbicara di Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

“Sosok saya dinilai berpeluang … perempuan, masih muda, korban KDRT dan terinfeksi dari pasangan. Akhirnya dari ratusan pelamar saya terpilih.”

Ratri berpesan kepada mereka yang terpapar HIV dan masih mendapat perlakuan diskriminasi untuk melakoni gaya hidup sehat dan menjalani pengobatan yang tepat.

“Mau pakai produk herbal, suplemen, alternatif, boleh-boleh saja, tapi minum ARV (anti-retroviral) itu wajib hukumnya. Karena itu yang menon-aktifkan virusnya.”

Ia juga berharap pemerintah Indonesia meningkatkan fasilitas pengobatan secara merata mengingat ketimpangan akses juga turut menyumbang tingginya angka penularan HIV.

“Meski sekarang sudah gratis, kalau di kota besar, ARV itu kombinasinya lengkap, tapi di daerah-daerah, jangankan yang luar Jawa, yang di Jawa saja contohnya Jawa Barat, itu nggak lengkap.”

Simak wawancara bersama Ratri dalam video berikut ini.