ABC

Suka Duka Kehidupan di Australia di Mata Mahasiswa Internasional

Sebuah kompetisi untuk mendatangkan para penutur cerita dari kalangan mahasiswa internasional menyediakan platform bagi mereka untuk merenungkan peluang dan tantangan dalam menemukan sebuah tempat di Australia.

Ketika Huy Quoc Tran datang ke Australia dari Vietnam pada tahun 2013, dia belum lulus SMA dan tidak merasa yakin berbicara dalam Bahasa Inggris.

Kurang dari empat tahun kemudian, Huy telah terpilih dalam kompetisi mendongeng ‘My Place in Melbourne’ dari Study Melbourne dalam ajang Melbourne Writers Festival (MWF).

Ceritanya berkisar tentang pertemuan dengan orang asing di Festival Paskah di Bendigo.

Huy tengah menimba ilmu Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas La Trobe di Melbourne, kota, tempat orang asing yang ditemuinya itu mendorongnya untuk mengatasi kecemasan sosialnya.

“Ketika saya bersekolah [di Vietnam], saya diintimidasi dengan sangat parah,” kata Huy.

“Ketika saya pertama kali datang ke Australia, saya pikir tidak akan berbeda situasinya dari Vietnam dan saya akan dibully, … tapi kemudian hal itu tidak terjadi.

Pengalaman Huy diganggu di Vietnam mengilhami dia untuk menjadi sukarelawan dengan kelompok masyarakat yang berbeda, yang juga memberinya kesempatan untuk berlatih berbicara dalam bahasa Inggris.

Four men and two women stand in front of a sign for "La Trobe University Bendigo Campus".
Huy Quoc Tran (kiri) dengan relawan pelajar internasional di La Trobe University

Supplied: Huy Quoc Tran

“Saya melakukan banyak pekerjaan sukarela dengan siswa internasional dan siswa lokal, jadi saya dapat memiliki kesempatan untuk berbicara dengan mereka,” kata Huy.

“Saya tahu bagaimana rasanya merasa tidak berguna.

“Jadi saya selalu berusaha bertemu orang lain dan mencoba memahaminya dan membantu mereka.”

Huy menyimpan jurnal online dan melihat tulisan sebagai cara untuk mengatasi rasa malu.

“Lebih mudah bagi saya untuk mengekspresikan diri secara tertulis daripada berbicara,” katanya.

Potret laki-laki berdiri didepan tanaman.
Penulis dan editor Aranjuez Adolfo datang ke Melbourne ketika dia masih berusia 15 tahun.

Supplied: Melbourne Writers Festival

Sementara itu, seorang penulis dan editor yang sudah mapan, Adolfo Aranjuez juga merefleksikan pengalaman pribadinya dalam tulisannya. Dia akan berbicara tentang pengalaman tersebut sebagai siswa internasional di acara MWF.

Datang ke Melbourne dari Filipina saat berusia 15 tahun, langkah tersebut memicu masa penemuan diri yang intensif.

“Terlepas dari tekanan menjadi remaja dan pubertas dan semua itu … saya juga aneh,” katanya.

Dia mulai mempertanyakan pendidikan agamanya, dan mengatakan bahwa kemerdekaan barunya di Australia berkontribusi terhadap hal itu.

“Saya pikir itu pasti difasilitasi oleh … diri saya menjadi mahasiswa internasional,” katanya.

Satu hal yang bisa dihadapi mahasiswa internasional adalah rasisme di Australia.

“Saya mengetahui pengalaman orang lain … tentang rasisme, pelecehan dan agresi secara verbal dan fisik,” kata Adolfo. “Ini pasti lazim.”

“Meskipun Australia banyak berjasa bagi diri saya pribadi, Australia tetap saja merupakan sebuah negara yang kurang lebih didasarkan pada perampasan, dan cara-cara untuk terus memperlakukan kalangan minoritasnya sangat mengganggu saya,” kata Sonia Nair, seorang penulis baru yang muncul.

Sonia akan menjadi tuan rumah acara di MWF. Dia menghabiskan masa kecilnya di Australia sebelum kembali ke Malaysia bersama keluarganya.

Potret seorang perempuan berdiri diluar ruangan didepan bunga berwarna putih dan kuning.
Sonia Nair menghabiskan masa kecilnya antara Malaysia dan Australia sebelum akhirnya menetap permanen selama kuliah di perguruan tinggi.

Supplied: Melbourne Writers Festival

“Pendidikan memang tidak  terlalu hebat [di Malaysia],” kata Sonia.

“Pendidikan juga cukup mahal, karena sebelumnya saya sudah memiliki status tinggal permanen (di Australia), saya rasa ..saya selalu memiliki niat untuk kembali ke sini dan melanjutkan studi saya.”

Sonia mengatakan bahwa dia tidak menerima begitu saja hak istimewa itu.

“Saya sangat senang berada di sini, saya pikir ini memungkinkan saya untuk mengejar keahlian saya dengan cara yang tidak dapat saya lakukan di Malaysia. Melbourne sangat mendukung perkembangan saya,” katanya.

Melbourne Writers Festival akan berlangsung dari 25 Agustus – 3 September 2017.

Ikuti kisah-kisah menarik lainnya seperti ini, dengan bergabung pada Australia Plus di Facebook, atau ikuti Twitter dan Instagram.