ABC

Sudah Menyebar ke Lebih 100 Negara, WHO Tetapkan Virus Corona Pandemi Global

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), secara resmi telah menyatakan virus corona, atau COVID-19, sebagai pandemi. Pandemi adalah sebutan penyakit menular yang menyebar di wilayah yang lebih luas, bahkan hampir di seluruh dunia.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan jumlah kasus di luar China telah meningkat 13 kali lipat dalam dua minggu terakhir.

Namun dia berharap “semua negara dapat mengubah kejadian pandemi ini”.

Pengumuman WHO disampaikan setelah laporan tingkat kematian di Italia yang mencapai 6 persen dari pasien terjangkit COVID-19. Sementara tingkat kematian akibat virus corona secara global rata-rata 3,6 persen.

Sampai saat ini sudah lebih dari 800 orang di Italia yang meninggal sementara ratusan lainnya masih dirawat di unit-unit perawatan intensif rumah sakit.

Dr Tedros menyatakan penyebutan status pandemi bagi virus corona tidak akan mengubah respons WHO yang sudah berjalan saat ini.

“Kami sangat prihatin dengan tingkat penyebaran penyakit dan oleh lambannya aksi yang dilakukan,” katanya.

“Karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi,” ujar Dr Tedros.

Ia menjelaskan, jumlah negara yang melaporkan kasus positif COVID-19 telah meningkat tiga kali lipat.

Virus corona, yang pertama kali muncul di China pada Desember 2019, telah menyebar ke seluruh dunia, menghentikan aktivitas industri dan menghantam jasa penerbangan, menutup sekolah serta memaksa penundaan kegiatan olahraga dan musik.

WHO telah menyatakan status virus corona sebagai “darurat kesehatan” masyarakat internasional pada 30 Januari lalu.

Saat itu kasus infeksi virus ini di luar China belum mencapai 100 orang dan baru ditemukan delapan kasus penularan manusia ke manusia.

Sekarang jumlah infeksi sudah lebih dari 118.000 kasus di 114 negara. Tercatat sudah 4.291 orang meninggal, dan jumlahnya diperkirakan akan naik.

Dirjen WHO meminta semua negara untuk mengambil tindakan yang mendesak dan agresif untuk mengatasi hal ini.

“Semua negara masih dapat mengubah arah pergerakan pandemi ini,” ujarnya.

Sangat parah di Italia

Penyebaran virus terbilang sangat parah di Italia, setelah negaara tersebut menyatakan ada 12.462 orang yang terinfeksi virus corona, 827 di antaranya meninggal dunia.

Disebutkan, kenaikan jumlah kasus dalam sehari terjadi di wilayah Lombardy, yang tidak sepenuhnya melaporkan kasusnya Selasa lalu.

Dr Mike Ryan, kepala emergensi WHO, memperingatkan urgensi darurat kesehatan masyarakat saat ini.

“Iran dan Italia kini berada di garis depan. Mereka menderita, tapi saya jamin negara-negara lain juga akan berada dalam situasi itu,” ucap Dr Ryan.

Menurut Dr Ryan, pengalaman bagaimana Korea Selatan, Singapura, dan China dalam memerangi virus baru menunjukkan bahwa virus ini bisa dikendalikan.

“Bukan berarti kita bisa menghentikannya sama sekali. Tapi ada peluang mengurangi jumlah kasus dan memberi kesempatan pada sistem kesehatan kita untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa,” kata Dr Ryan.

Pengumuman WHO ini juga telah memicu kekacauan di bursa saham Amerika Serikat, dimana Wall Street telah anjlok ke level resesi. Pasar saham di Australia tampaknya juga akan menghadapi hari yang berat.

Australia beri tambahan ‘uang kesejahteraan’

Menanggapi pengumuman WHO ini, hari Kamis (11/03), Pemerintah Australia mengumumkan paket stimulus ekonomi senilai AU$ 17,6 miliar, hampir mencapai Rp 170 triliun, agar warga Australia tetap bisa bekerja.

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan paket ini akan memberikan stimulus langsung ke perekonomian di tengah kekhawatiran Australia bisa mengalami resesi.

Paket ini termasuk keringanan pajak untuk usaha kecil, pembayaran tunai satu kali untuk penerima tunjangan kesejahteraan, serta uang agar pekerja bisa tetap bekerja.

Penerima tunjangan kesejahteraan, termasuk pensiunan, pengasuh, veteran, keluarga, generasi muda dan pencari kerja akan mendapatkan pembayaran tunai satu kali sebesar AU$ 750 mulai 31 Maret.

PM Morrison mengatakan pekerja lepas yang terinfeksi COVID-19 atau mereka yang harus mengisolasi diri, akan menerima pembayaran tunjangan Newstart, saat mereka tidak bekerja.

Masa tunggu untuk mendapatkan pembayaran ini tidak akan diterapkan, tapi mereka akan menghadapi tes aset sebelum menerima tunjangan.