ABC

Suara Generasi Muda Vietnam di Australia 40 Tahun Pasca Perang

30 April 1975, kota Saigon yang ketika itu adalah ibukota Vietnam Selatan jatuh ke tangan Vietnam Utara yang berhaluan komunis, dan menandai berakhirnya Perang Vietnam. Dan empat puluh tahun setelah 'Kejatuhan Saigon' itu sekelompok warga Australia asal Vietnam berkumpul untuk membacakan dan mendengar cerita yang merefleksikan identitas dan keragaman mereka.

Peringatan 'Kejatuhan Saigon' pada tanggal 30 April adalah momen penting bagi banyak anggota diaspora Vietnam di Australia. Ribuan terpaksa mengungsi dari tanah air, banyak dari mereka datang dengan sedikit persiapan dan dalam keadaan trauma. Mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Empat puluh tahun kemudian, ketika sekelompok penulis muda Australia keturunan Vietnam bertemu untuk berbagi dan membuat pelatihan atas tulisan mereka, muda-mudi ini segera menemukan bahwa kepentingan dan perspektif mereka beragam. Mereka melihat peringatan ini sebagai kesempatan untuk menampilkan keragaman dan untuk mengeksplorasi serta merefleksikan pengalaman masyarakat Vietnam di Australia sejak 1970-an, dalam sebuah pesta baca yang bertajuk '40 tahun pasca perang: Malam cerita warga Australia keturunan Vietnam '.
 
ABC Australia Plus meminta enam penulis ini untuk menceritakan kehidupan mereka sekarang dan refleksi pada ulang tahun dari suatu peristiwa yang mengubah keluarga dan komunitas mereka selamanya.
 
Sheila Ngoc Pham
 
Sheila Ngoc Pham
Sheila Ngoc Pham
Sheila Ngoc Pham.
 

Sheila Ngoc Pham mengatakan, orang tuanya berasal dari bagian selatan Vietnam dan melarikan diri dengan perahu pada tahun 1980. Mereka tidak pernah kembali ke Vietnam.

"Saya lahir di Australia dan hanya mengunjungi Vietnam untuk pertama kalinya beberapa tahun yang lalu, dan perjalanan pertama itu adalah salah satu pengalaman yang benar-benar berkesan bagi saya. Saya masih berusaha untuk mencari cara untuk berhubungan dengan Vietnam hari ini, dan saya menduga bahwa saya mungkin tak sepenuhnya mengetahui apa hubungan saya dengan negara itu, mengingat begitu banyak yang telah saya alami di luar," ceritanya.
 
Ia mengatakan, sulit untuk mengartikulasikan perasaannya tentang hari peringatan Perang Vietnam.
 
"Di satu sisi, ulang tahun ini adalah momen yang menyedihkan karena Perang Vietnam membelah negara ini dalam setiap cara yang mungkin, banyak nyawa telah hilang. Tapi di sisi lain, orang seperti saya telah mendapatkan manfaat langsung dari perang, dengan tumbuh di Australia, dan ini tidak akan pernah terjadi sebaliknya," ungkapnya.
 
Shelia mengatakan, terlepas dari perasaan yang kompleks ini, peran dari peringatan ANZAC Day baru-baru ini, berperan dalam responnya terhadap ulang tahun Perang Vietnam.
 
"Alasan lain mengapa acara ini telah ada di pikiran saya selama beberapa tahun terakhir, adalah karena saya bisa melihat akan ada sejumlah besar perhatian yang berpusat pada seratus tahun Gallipoli, dan sebagai masyarakat kami merasa nyaman dengan itu; tapi Perang Vietnam tampaknya justru menjadi salah satu yang tak nyaman kami diskusikan, meskipun memiliki dampak yang signifikan terhadap Australia," utaranya.
 
Bagi Sheila  kisah para imigran dan pengungsi mewakili bagian penting yang terlupakan dari sejarah Australia, yang membuat pesta baca ini semakin penting.
 
"Ada begitu banyak cerita penting yang tak pernah kita dengar di ruang publik, dan saya percaya ini adalah cerita sebenarnya dari migran di Australia. Meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita masing-masing adalah bagaimana kami meningkatkan pemahaman tentang orang yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari," urainya.
 
Shirley Le
Shirley Le
Shirley Le
Shirley Le.
 

Shirley Le lahir di Australia, tapi karena orang tuanya berasal dari Vietnam, ia dibesarkan untuk berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Vietnam.

"Bagi saya, perayaan baca '40 Tahun pasca perang' paling penting bagi anak muda Australia keturunan Vietnam karena jarang ada ruang yang diciptakan bagi penonton ini," katanya.
 
Shirley menjelaskan, ia ingin pesta baca ini menimbulkan pesan bahwa menjadi warga Australia keturunan Vietnam bukanlah sesuatu yang yang tak bermakna. Ia mengatakan, masyarakat selalu berubah, dari generasi ke generasi
 
"Saat ini, saya merasa ada sentimen yang berkembang di kalangan anak muda dari komunitas minoritas untuk menolak diwakili oleh stereotip awal. Pesta baca '40 Tahun pasca perang', dengan caranya sendiri, adalah saatnya bagi kita untuk merepresentasikan diri sebagai individu dari masyarakat diaspora tertentu," sebutnya. 
Shirley mengakui bahwa mengingat akhir perang membawa emosi yang campur aduk, dan, seringkali, kenangan yang traumatis.
 
"Peringatan Perang Vietnam membawa momen refleksi tentang masa lalu yang diingat orang tua saya sebagai salah satu yang menyakitkan," katanya.
 
Tapi ia menjelaskan bahwa pengalaman mereka telah membentuk kepribadiannya – dan dalam beberapa hal, mereka terus membentuk identitasnya hingga saat ini.
 
"Pada skala yang lebih besar, saya berpikir kembali ke pepatah kuno yang mengatakan bahwa sejarah itu berulang. Saya ingin tahu berapa banyak lagi masyarakat yang akan menghadapi nasib sama dan bertahan dengan pengalaman yang sama," utaranya.

 

Katherine Le

Katherine Le
Katherine Le

Katherine Le.

Katherine Le adalah pengungsi Vietnam yang datang ke Australia pada tahun 1979. Ia mengatakan, pesta baca ini memiliki peran penting dalam memastikan pengalaman orang-orang Vietnam ini tak akan dilupakan.

"Segera setelah jatuhnya Saigon, kedua kakek saya dibawa ke kamp konsentrasi, orang tua saya dilarang menghadiri universitas, dan saya ada di kandungan tak lama setelah itu," ujarnya.
 
Ia akan membacakan cerita pribadinya pada acara tersebut, merefleksikan metode non-konvensional yang orangtuanya gunakan untuk mengajar anak-anak mereka.
 
"Ini juga merupakan cerita pedih tentang perjuangan mereka sebagai pengungsi yang diselingi dengan humor; mekanisme bertahan dikembangkan dalam keluarga saya sebagai cara untuk terus maju," tutur Katherine.
 
Kim Huynh
 
Kim Huynh
Kim Huynh
Kim Huynh.
 
Kim Huynh adalah penulis 'Dimana Laut Membawa Kami: Sebuah Kisah warga Australia keturunan Vietnam' (HarperCollins 2007) yang bercerita tentang kehidupan orang tuanya selama dan setelah Perang Indocina. Ia meninggalkan Vietnam dengan orang tuanya dan saudaranya ketika ia masih berumur dua tahun.
 
Kim mengatakan, acara membaca ini adalah kesempatan bagi penulis Vietnam untuk merenungkan kehidupan dan identitas Australia-Vietnam. Namun ia juga mengatakan, makna ulang tahun itu sendiri tak banyak membebaninya.
 
"Terutama karena itu berada di luar memori langsung saya. Dan karena saya di Canberra, tempat di mana hanya ada sedikit orang Vietnam ,karena ada banyak hal lain yang terjadi. Ini semua alasan untuk duduk dan mendengarkan beberapa cerita dan mempertimbangkan arti dari itu semua," ungkapnya.
 
Tuong-Vi Phan
 
Tuong-Vi Phan
Tuong-Vi Phan
 
Tuong-Vi Phan.

Orang tua Tuong-Vi Phan lahir di Vietnam.

Ia mengatakan, dirinya berencana untuk membaca secuil kisah tentang hidupnya di pinggiran Sydney pada tahun 1990-an.
 
"Acara membaca ini bertujuan untuk menghormati banyaknya pengalaman hidup dari orang-orang yang harus meninggalkan Viet Nam karena perang. Ulang tahun ini merupakan kesempatan bagi suara-suara dari generasi saya untuk didengar," tuturnya.
 
Ia mengatakan, hal yang penting bagi generasi kedua Vietnam di Australia untuk merefleksikan pengalaman-pengalaman itu.
 
 
Stephen Pham
 
Stephen Pham
Stephen Pham
 
Stephen Pham

Stephen Pham mengatakan, pesta baca '40 Tahun pasca perang' adalah acara yang sengaja dibuat beragam.

"Daripada memakai definisi melelahkan dari pengalaman warga Australia keturunan Vietnam, kami berniat untuk menggambarkan keragaman cerita yang mungkin ada di bawah label itu. Kami ingin meminta penonton merefleksikan secara kritis kehidupan mereka sendiri dan bagaimana cerita mereka sendiri mungkin berhubungan dengan suatu peristiwa sebesar 'Kejatuhan Saigon' dan berkontribusi pada narasi Australia-Vietnam," kemukanya.
 
Stephen mengatakan, memahami sejarah dari peristiwa 'besar' seperti itu sungguh sulit.
 
"Di sekolah, setiap kali orang Serbia berbicara tentang Kroasia, dan Vietnam Selatan berbicara tentang Vietnam Utara, respon yang bule (meski tak ada yang pernah menanyakannya) tetap sama: 'Tinggalkan masalah negaramu di masa lalu. Kamu sudah ada di sini sekarang," ujarnya.
 
Stephen mengatakan, menemukan tempat tinggalnya berarti mengidentifikasi dua identitas.
 
"Tidak ada yang murni Vietnam, atau Australia, tapi ada tanda hubung. Peringatan 40 tahunKejatuhan Saigon, karenanya, merupakan kesempatan yang sempurna bagi saya untuk mengamati di mana kita berdiri sebagai generasi kedua Australia-Vietnam, tak hanya yang terkait dengan sejarah Vietnam, tetapi juga dalam kaitannya dengan sejarah Australia," jelasnya.