ABC

Stabilitas Timor Leste Terancam Setelah Terbunuhnya Mauk Moruk

Stabilitas politik Timor Leste sekarang terancam menyusul terbunuhnya salah seorang pemimpin kelompok pemberontak, Mauk Moruk, akhir pekan lalu di Fatulia, Baucau.

Mauk Moruk tewas bersama tiga orang lainnya setelah terlibat baku tembak dengan polisi dan tentara Timor Leste.

Moruk sudah lama menjadi lawan politik mantan perdana menteri Timor Leste Xanana Gusmao, dan menjadi pemimpin kelompok bersenjata dari kelompok veteran yang berasal dari jaman perlawanan Timor Timur, Dewan Revolusi Maubere.

Kelompok bersenjata ini dikejar oleh pasukan keamanan Timor Leste menyusul serangan mereka terhadap polisi beberapa waktu lalu.

Mauk Moruk (kiri) sudah lama menjadi lawan politik mantan perdana menteri Xanana Gusmao. (Global  Voices)
Mauk Moruk (kiri) sudah lama menjadi lawan politik mantan perdana menteri Xanana Gusmao. (Global Voices)

 

Mantan presiden TImor Leste Jose Ramos-Horta mengukuhkan tewasnya Mauk Moruk dan menyebut kematian itu sebagai hal menyedihkan, namun mengatakan hal tersebut tidak akan mempengaruhi stabilitas politik Timor Leste.

"Tidak, saya kira tidak akan terjadi, karena warga di sini sudah mengetahui siapa Mauk Moruk. Mereka tahu perilaku dia, dia sudah melakukan tindak kekerasan beberapa bulan lalu." kata Horta.

Ramos Horta menambahkan bahwa dia memperkirakan pendukung Mauk Moruk di Baucau tidak akan melancarkan tindak balas dendam.

"Tidak, dia memilki pendukung sangat terbatas di tempat tersebut."

"Saya tahu persis berapa besar dukungan untuk dia." tambah Horta.

Pemerintah Timor Leste mengeluarkan pernyataan hari Sabtu malam mengukuhkan tewasnya Moruk dalam operasi bersama yang dilakukan polisi dan militer Timor Leste.

Pernyataan itu menyebutkan konfrontasi terjadi karena baku tembak tidak terelakkan dan menyerukan warga untuk tetap tenang.

Dewan Revolusi Maubere pimpinan Mauk Moruk beranggotakan para veteran yang tidak puas.

Moruk sebelumnya adalah salah seorang pemimpin perjuangan bagi kemerdekaan Timor Timur, namun di tahun 1980-an, dia merupakan bagian dari kelompok yang berpisah dari kelompok perlawanan utama Falantil yang dipimpin oleh Xanana Gusmao.

Menurut Prof. Michael Leach dari Swinburne University, kelompok Moruk ini adalah bagian dari perpecahan di Timor Timur sekitar 30 tahun lalu.

"Mereka adalah kelompok pembangkang di tahun 1990-an, yang bergerak sendiri, dan mereka tidak sepakat dengan kelompok perlawanan utama ketika itu," kata Leach.

"Ini terus berlanjut sampai kemerdekaan, dan kelompok ini dan beberapa kelompok lainnya tidak mengakui otoritas negara," tambahnya.

Dua tahun lalu, Mauk Moruk mulai melakukan perlawanan terhadap Gusmao yang ketika itu menjadi perdana menteri.

Dia mengkritik gaya kepemimpinan Gusmao dan mencoba memperluas dukungan dengan mempermasalahkan kemiskinan dan pengangguran di sana.

Awal tahun ini, ada laporan bahwa kelompok Mauk Moruk berhasil menguasai dua kantor polisi di distrik Laga di Baucau.

Setelah serangan terhadap polisi tersebut, pemerintah Timor Leste melancarkan operasi bersama untuk menahan Moruk,

Beberapa minggu lalu, mantan presiden Ramos Horta diminta oleh presiden saat ini Taur Matan Ruak, untuk membujuk Moruk untuk menyerah, namun Moruk menolak.