ABC

Spesies Mamalia Baru Ditemukan di Hutan Papua Nugini

Sebuah ekspedisi ilmuwan Australia di pedalaman Papua Nugini menemukan apa yang mereka duga sebagai spesies mamalia baru. Hewan-hewan tersebut secara tidak sengaja tertangkap kamera.

Eksepedisi ini dibiayai secara bersama (crowd funding) oleh tim ekspedisi. Euan Ritchie, pakar ekologi dari Deakin University di Melbourne, mengumpulkan 20 ribu dolar, setara Rp 200 juta, untuk mendokumentasikan satwa langka di Pegunungan Torricelli, PNG.

Uang itu digunakan membeli 40 perangkap berkamera dan diharapkan alat ini dapat mengabadikan gambar kanguru pohon yang terancam punah di alam liar.

Tapi alat-alat tersebut nyatanya juga telah mengabadikan tiga spesies baru mamalia yang sebelumnya tak dikenal.

"Kami secara pasti telah mendapat gambar dari apa yang kami duga spesies baru semacam kanguru kecil, Dorcopsulus Walabi, seukuran anjing kecil," kata Ritchie.

Ia menambahkan, "Ada juga hewan seperti bandicoots dan tikus yang tidak tampak dalam salah satu buku yang kita ketahui."

Untuk mengkonfirmasi temua ini, kata Ritchie, timnya perlu kembali ke lokasi dan benar-benar menangkap hewan-hewan tersebut.

"Kita perlu melakukan pengukuran serta mengambil sampel DNA, sehingga dapat ditelusuri lebih jauh," katanya. "Tapi ada berbagai macam spesies yang hampir pasti merupakan sesuatu yang baru bagi ilmu pengetahuan dan yang juga baru untuk wilayah itu."

Ritchie mengatakan penemuan itu menunjukkan bahwa PNG memiliki hutan dan habitat yang sangat berharga. Dan daerah itu merupakan pusat keanekaragaman hayati global.

"Di sana ada berbagai macam, mungkin beratus spesies, bukan hanya mamalia, tetapi juga burung, serangga, segala macam spesies yang mungkin tidak dikenal oleh ilmu pengetahuan Barat," katanya.

Kanguru pohon Tenkile langka di PNG yang terabadikan kamera tahun 2014

 Foto: Kanguru pohon Tenkile langka di PNG yang terabadikan kamera tahun 2014 ini.

Ekspedisi Ritchie ini bermitra dengan Aliansi Konservasi untuk proyek kanguru pohon.

Direktur Aliansi Konservasi Tenkile, Jim Thomas, mengatakan kanguru pohon adalah mamalia asli terbesar di PNG sehingga mereka sangat dicari.

"Di daerah-daerah terpencil, semak belukar merupakan lahan setiap orang, sehingga sebelumnya orang akan pergi ke sana dan berburu binatang-binatang," katanya.

"Karena Tenkile dan Weimang adalah hewan besar, mendapatkan mereka adalah suatu berkah. Jadi tekanan perburuan telah menyebabkan penurunan jumlah hewan-hewan ini," katanya.

Jim Thomas dan istrinya Jean menghabiskan lebih dari satu dasawarsa bekerja dengan penduduk desa untuk melindungi kanguru pohon dan habitatnya melalui program-program pendidikan, sumber pangan alternatif dan program air.

Sampai baru-baru ini, ada sedikit bukti ilmiah, betapa sukses apa yang telah mereka kerjakan itu.

"Untuk dua spesies langka, yaitu Weimang dan Kanguru Pohon Tenkile, kami merekam gambar Weimang untuk pertama kalinya dengan pernagkap kamera itu," kata Ritchie.

"Jumlah Tenkile mungkin sebenarnya meningkat, sehingga kelangsungan hidup jangka panjang mereka tampak sangat baik."

Aliansi Konservasi Tenkile memiliki 50 desa yang ikut menandatangani moratorium perburuan.

Jim Thomas mengatakan, kelompok itu sekarang bekerja sama dengan pemerintah PNG untuk mengatur agar kawasan itu dilindungi dari penebangan dan pertambangan.