ABC

Sosok Ibu di Mata Mira Millane, Gadis Campuran Australia-Indonesia

Australia merayakan Hari Ibu 14 Mei pekan ini. Bagi mereka yang lahir dan tumbuh besar dalam keluarga berbudaya campuran, sosok ibu seringkali menjalankan peran tambahan sebagai penjaga budaya bagi keluarga. Hal inilah yang dilihat oleh Mira Millane (25), gadis campuran Australia dan Indonesia, mengenai sosok ibunya.

“Saya melihat mama saya memainkan peran sebagai penjaga budaya dalam keluarga kami,” ujar Mira, putri pertama dari Joyce Angkotasan yang asal Indonesia dan Stephen Millane yang asal Australia.

Sang ibu, kata Mira, selalu menjaga agar Mira dan adik-adiknya Yana dan Habibi sedapat mungkin selalu tersambung dengan warisan keindonesaan mereka.

“Sejauh yang saya bisa ingat, mama saya selalu mengguyur kami dengan kebudayaan Indonesia – baik melalui tari-tarian, musik, kegiatan sosial atau bahkan melalui aneka menu makanan Indonesia yang dia sajikan kepada keluarga kami setiap harinya,” tutur alumni Melbourne University ini.

FB_IMG_1494369579401.jpg
Mira (kanan), Yana bersama ibu mereka Joyce Angko-Millane (tengah).

Supplied

Mira mengatakan, orang-orang yang mengenal ibunya pasti tahu betapa Joyce sangat bangga dengan warisan keindonesiaan, dan ingin agar anak-anaknya mengikuti jejak sang ibu menjaga kelangsungan tradisi.

Mira, Yana, dan teman-teman mereka sejak beberapa tahun terakhir aktif mengenalkan kebudayaan Indonesia di Australia melalui Sanggar Lestari Melbourne yang dibentuk dan diasuh oleh Joyce AngkoMillane, yang akrab dipanggil Mbak Ningsih.

“Meskipun saya campuran Indonesia (ayahku orang Australia), dan meskipun saya lahir dan besar di Australia, saya selalu merasakan hubungan yang kuat kepada akar keindonesiaanku,” kata Mira kepada wartawan ABC Australia Plus Farid M. Ibrahim.

FB_IMG_1494369630069.jpg
Keluarga Millane (dari kiri): Joyce, Yana, Habibi, Mira, dan Stephen.

Supplied

Dalam kehidupan sehari-hari di keluarga mereka, Mira mengatakan, ibunya selalu mencampurkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sehingga seiring berjalannya waktu, tercipta apa yang mereka namakan bahasa “Indo-Aussie” dalam keluarga tersebut

Mira yang sehari-hari bekerja di bidang media ini menjelaskan, ibunya dan juga dia dan saudaranya merasakan adanya identitas campuran yang menurut Mira, “kami ambil yang terbaik dari masing-masing budaya”.

“Artinya kami berkomunikasi campur-campur pakai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, kami menari dengan menggunakan kombinasi musik dan koreografi Indonesia dan Barat, dan makan steak dengan Nasi Goreng!” ujar Mira yang gemar berlatih Jiu Jitsu Brasil.

Menurut Mira, kalau bukan karena ibunya, tentu saja dia dan saudaranya tak akan terhubung begitu dalam dengan warisan keindonesiaan. “Apalagi dengan tinggal di Australia,” ujarnya.

“Dialah penjaga budaya dalam keluarga kami,” kata Mira mengenai ibunya.

FB_IMG_1494369635642.jpg
Yana, Habibi, dan Mira Millane.

Supplied

Pernah mengalami semacam ‘kesalahpahaman’ budaya dengan mama?

“Sesekali, saya tentunya mengalami hal itu dengan mama. Apalagi kalau menyangkut norma budaya dan etika sosial,” ujar Mira.

Dia mencontohkan, mereka kadang berdebat mengenai pakaian yang pantas dikenakan saat meninggalkan rumah.

“Kalau saya keluar rumah pakai baju kaos, celana pendek dan sandal jepit (sesuatu yang sebenarnya cukup bisa diterima dalam budaya Australia), maka mama tidak akan mengerti mengapa hal itu bisa dibilang pantas,” jelas Mira.

Dalam kasus seperti itu, sang ibu biasa akan panjang lebar menjelaskan bahwa, dalam budaya Indonesia, tentunya akan bisa lebih diterima secara sosial mengenakan baju lengan panjang, celana panjang dengan sepatu yang pantas apalagi kalau pergi kuliah atau ke restoran. Sebab, kata sang ibu, hal itu menunjukkan adanya penghormatan pada budaya.

Namun menurut Mira, terlepas dari hal itu, ibunya berhasil mengadaptasikan budayanya dengan cara hidup warga Australia umumnya.

“Meskipun mama akan selalu menjaga nilai-nilai keindonesiaan dalam dirinya, dia sangat terbuka pada berbagai aspek budaya Australia,” kata Mira.

Hal itu, katanya, telah membantu mengatasi kesalahpahaman lintasbudaya dalam keluarga mereka, dan membuat mereka mengambil yang terbaik dari kedua budaya.

FB_IMG_1494369346769.jpg
'Ibuku adalah penjaga budaya di keluarga kami' – Mira Millane.

Supplied