ABC

Siswa SMA di Adelaide Renovasi Rumah Sebagai Bagian Dari Pelajaran

Sekelompok siswa SMA dari beberapa sekolah di Adelaide Utara (Australia Selatan)  memperbaiki sebuah rumah tua dan diserahkan kembali ke komunitas sebagai bagian dari pelajaran sekolah.

Rumah di Haldana Street di Elizabeth Downs ini sudah dalam keadaan setengah rusak, sebelum para siswa tersebut melakukan renovasi di awal tahun.

Rumah di Elizabeth Downs setelah direnovasi. (ABC: Spence Denny)
Rumah di Elizabeth Downs setelah direnovasi. (ABC: Spence Denny)

Para siswa kelas 11 dari beberapa sekolah tersebut terlibat dalam program Doorways 2 Construction.

Program ini diselenggarakan satu hari seminggu, dan mereka yang mengikutinya akan mendapatkan Sertifkat Satu di bidang konstruksi.

Sertifikat adalah tanda kelulusan dalam bidang kejuruan di Australia dimana hal tersebut bisa digunakan untuk mencari pekerjaan. Sertifikat Satu adalah tingkat terendah.

Dalam program siswa diajar bagaimana memperbaiki rumah, memasang bata, memplaster, mengecat,  memasang peralatan listrik dan membuat taman.

Program ini sudah berlangsung selama 15 tahun dan sudah 25 rumah yang berhasil direnovasi oleh koordinator program Richard Megaw.

"Salah satu hal yang saya katakan kepada siswa adalah tidak ada seorang pun dalam kehidupan mereka akan menunjukkan bagaimana memperbaiki sebuah rumah dari awal sampai selesai, bahkan bila pun mereka mengikuti pelatihan pertukangan, tidak akan melihat sebuah rumah diperbaiki secara keseluruhan." kata Megaw.

Megaw mengatakan sebagian besar rumah yang diperbaiki oleh siswa sudah dalam kondisi sangat buruk sebelum para siswa terlibat.

"Kebanyakan rumah ini milik pemerintah, dan berasal dari tahun 1960-an. Mereka kemudian harus mencoba membuat rumah itu pantas ditempati di tahun 2015 untuk kehidupan modern."

Direktur eksekutif Dewan Pelatihan Industri Kontruksi Steve Larkins mengatakan program seperti ini penting guna memastikan adanya tenaga kerja yang trampil di masa depan.

Dia mengatakan meskipun ada boom di bidang konstruksi, sering kali mereka mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja trampil.