Sistem Kekebalan Tubuh Manusia Ternyata Bergantung pada Musim
Suasana hati, metabolisme dan kehidupan seks kita ternyata bergantung pada musim, dan kini, tampaknya, begitu juga sistem kekebalan tubuh kita.
Dalam studi yang dipublikasikan pada (13/5), para peneliti Inggris dan Jerman menemukan hampir seperempat dari gen manusia menjadi lebih atau kurang aktif bergantung pada musimnya.
Para peneliti mengatakan, penemuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian orang cenderung lebih sehat di musim panas, dan penyakit musiman seperti penyakit jantung serta radang sendi lebih sering muncul di musim dingin.
Gen yang menekan peradangan ditemukan lebih aktif pada musim panas di Australia, sementara gen yang lebih memicu peradangan lebih aktif pada musim dingin. (iStockphoto: photoclicks)
"Ini membantu menjelaskan mengapa begitu banyak penyakit, dari penyakit jantung hingga penyakit mental, jauh lebih buruk di musim dingin, tapi belum ada yang menghargai sejauh mana ini benar-benar terjadi," kata Profesor John Todd dari Universitas Cambridge.
Tim peneliti internasional menganalisa darah dan sampel jaringan lemak milik lebih dari 16.000 orang yang tinggal di belahan utara dan selatan termasuk di Inggris, Amerika Serikat, Islandia, Australia dan Republik Gambia.
Penelitian, yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, menemukan bahwa 23% dari gen manusia – yakni 5.136 dari 22.822 gen yang diuji – mengubah tingkat ekspresi mereka tergantung pada musim.
Gen-gen yang mempromosikan peradangan lebih aktif di musim dingin Eropa pada bulan Desember, Januari dan Februari dan kurang aktif dalam bulan yang sama di Australia, tetapi mereka lebih terekspresikan dalam bulan-bulan musim dingin di belahan bumi selatan yakni Juni, Juli dan Agustus. Sementara itu, gen yang menekan peradangan lebih aktif dalam bulan-bulan musim panas di setiap belahan dunia.
Sistem musiman juga mempengaruhi pembentukan jaringan darah dan lemak.
Salah satu gen tertentu yang dikenal sebagai ARNTL, yang pada tikus berfungsi menekan peradangan, memuncak pada bulan-bulan musim panas, seperti yang dilakukan reseptor vitamin D, yakni VDR.
Jika gen ARNTL memiliki fungsi yang sama pada manusia seperti pada tikus, maka tingkat peradangan akan lebih tinggi selama musim dingin, kata para peneliti.
Mereka menunjukkan, temuan itu bisa menginformasikan perlunya perawatan seperti menggunakan obat di musim dingin yang menyasar peradangan.
Beberapa program vaksinasi mungkin akan lebih efektif jika dilakukan selama musim dingin ketika sistem kekebalan tubuh sudah 'prima' untuk merespon.
Sistem musiman juga terlihat pada sel-sel kekebalan dari orang Gambia, namun dalam hal ini, kekebalan tampak memuncak selama musim hujan dari bulan Juni sampai Oktober.
Para peneliti mengatakan, ini bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh menghadapi ancaman penyakit menular yang meningkat pada musim hujan, seperti resiko tinggi infeksi malaria.
Teka-teki
Profesor Stephen Nutt dari Institut Walter dan Eliza Hall di Melbourne mengatakan, menarik untuk dilihat bahwa Australia dan belahan bumi utara memiliki data yang terbalik.
Namun, ia mengatakan, pertanyaan yang belum terjawab adalah mengapa fenomena musiman ini ada.
Prof Stephen mengatakan, para peneliti menyimpulkan bahwa gen manusia kemungkinan telah berevolusi untuk memastikan sistem kekebalan tubuh ditingkatkan di musim dingin ketika penyakit lebih mudah tersebar.
"Tetapi bisa saja bahwa yang sebaliknya adalah yang benar, dan lebih banyak penyakit di lingkungan sekitar dan waktu yang lebih besar di dalam ruangan bisa menyebabkan orang lebih terekspos ke mikroba dan dengan demikian meningkatkan sistem kekebalan tubuh,” jelasnya.
Ia mengutarakan, "Ini adalah skenario ayam dan telur klasik ketika orang berpikir tentang kausalitas atas fenomena ini."
Profesor Merlin Thomas, Kepala divisi Komplikasi Diabetes di Institut Jantung dan Diabetes Baker IDI, mengatakan, variasi musiman dari sistem kekebalan bersifat sangat umum.
"Kita mungkin memakai AC di musim panas dan pemanas sentral di musim dingin, tapi nyatanya kita masih berubah musim seperti kebanyakan hewan lain di planet ini," sebutnya.
Namun, ia menunjukkan sistem musiman tak unik bagi respon kekebalan.
"Hal yang juga jelas bahwa suasana hati kita, aktivitas fisik kita, metabolisme, nafsu makan kita dan bahkan kehidupan seks kita adalah musiman," katanya.
Ia menerangkan, "Apakah variasi ini bisa menjelaskan mengapa beberapa penyakit menjadi lebih umum pada waktu tertentu dalam setahun daripada penyakit lainnya, masih tidak jelas. Semua penyakit memiliki beragam faktor. Waktu mungkin menjadi salah satu komponen kecil dalam teka-teki ini."
Profesor Stuart Tangye, Kepala Divisi Imunologi di Institut Penelitian Medis Garvan, sepakat dan mengatakan, ada banyak faktor yang dapat berdampak pada sistem kekebalan tubuh, contohnya seperti ruang gerak.
Ia menunjukkan bahwa di Australia, faktor risiko untuk mengalami sklerosis ganda 10 kali lebih besar di Tasmania ketimbang di Queensland utara, dan ini berhubungan dengan paparan sinar matahari.