ABC

Sineas Indonesia Tanggapi Kontroversi Piala Oscar yang Terlalu Kulit Putih

Nominasi Oscar 2020 telah diumumkan awal pekan lalu. Seperti sebelumnya ada sejumlah kontroversi di balik pesta film dunia ini.

Mulai dari masalah ras kulit putih yang mendominasi banyak nominasi, hingga kurang seimbangnya gender, membuat sejumlah pengamat dan sineas dunia, termasuk dari Indonesia memberikan tanggapan.

Berikut sejumlah fakta-fakta seputar Piala Oscar 2020.

Didominasi orang kulit putih

Hanya ada satu orang kulit berwarna dari 20 nominasi pemeran Piala Oscar 2020.

Ia adalah Cynthia Erivo, yang dinominasikan untuk perannya sebagai aktivis anti-perbudakan Harriet Tubman di film ‘Harriet’.

Cynthia, yang juga dinominasikan untuk lagu asli terbaik, ‘Stand Up’, di film yang sama, mengatakan dia merasa terhormat masuk daftar nominasi.

Selain Cynthia, semua nominasi lainnya berkulit putih. Tak heran jika tagar #Oscarssowhite kembali bermunculan di Twitter.

Sejak #Oscarssowhite pertama kali muncul pada tahun 2015, perhelatan ‘Academy Awards’ mencoba mendiversifikasi keanggotaannya yang sebagian besar berkulit putih.

Mereka mengundang lebih banyak perempuan dan orang-orang dari berbagai latar belakang ras untuk bergabung, meski ternyata tidak terlalu membantu mengatasi masalah keberagaman.

Sutradara Indonesia, Angga Sasongko menilai, akan selalu sulit mencari hasil ideal yang diinginkan untuk mewakili semua latar belakang ras dan gender.

Angga Sasongko
Angga Sasongko dilaporkan oleh sejumlah media Indonesia sedang akan menggarap 'Filosofi Kopi 3'

Foto: Facebook, Angga Dwimas Sasongko

Menurutnya, yang harus dilihat lebih objektif adalah bagaimana sistem penilaian di ‘Academy Awards’ dilakukan, termasuk jika sistem yang ada memungkinkan terjadinya diskriminasi.

Angga merasa yang lebih penting diperhatikan adalah pencapaian karyanya, jadi “equal”, bukan sekedar memenuhi perwakilan ras, gender, atau latar belakang tertentu.

“Buat saya, ajang seperti Oscar ini idealnya menjadi tolak ukur kemajuan industri dari sudut pandang estetika dan teknologi di beberapa kategori.”

Di sisi yang lain, sutradara Indonesia lainnya, Nia Dinata, menilai, anggapan dominasi kulit putih juga tidak sepenuhnya benar. 

Ini karena keberhasilan film asal Korea, Parasite, yang menyabet nominasi untuk enam kategori.

“Tidak terlalu Putih, karena saya juga menghargai Oscar untuk film Parasite, kalau Asia kan bukan Putih,” kata Nia, yang lebih menilai Oscar didominasi pria.

Kemana sutradara perempuan?

“Selamat kepada para laki-laki itu,” kata aktris Issa Rae dengan nada datar saat mengumumkan nominasi sutradara terbaik Piala Oscar 2020.

Reaksinya yang nyaris tanpa ekspresi didorong dari fakta, yang lagi-lagi, tak ada perempuan yang dinominasikan di kategori ini.

Padahal, film-film seperti ‘The Farewell’, ‘Hustlers’, dan ‘Little Women’ ditulis dan disutradarai oleh para perempuan yang tidak lolos nominasi tahun ini.

Kaum pria yang mendominasi kaum pria di Oscar 2020 juga menjadi sorotan Nia Dinata, salah satu sutradara perempuan kebanggaan Indonesia. 

Berbicara kepada ABC Indonesia, menurut Nia sebenarnya ada banyak sutradara perempuan yang bagus dan layak masuk nominasi. 

Nia Dinata.jpg
Nia Dinata baru saja menggarap adaptasi serial asal Amerika Serikat, 'Gossip Girl' yang dirilis Desember 2019 lalu.

Foto: Facebook, Nia Dinata

Perhelatan Oscar memang punya rekam jejak yang buruk soal pengakuan terhadap karya sutradara perempuan.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, satu-satunya sutradara perempuan yang berhasil lolos nominasi sutradara terbaik adalah Greta Gerwig pada 2017 untuk film ‘Lady Bird’.

Kemudian yang pernah menyabet penghargaan untuk kategori sutradara terbaik adalah Kathryn Bigelow untuk filmnya, ‘The Hurt Locker’, pada tahun 2009.

Namun kritikus film Owen Gleiberman percaya penetapan nominasi ini tidak berbasis gender.

“Yang jauh lebih besar daripada isu berbasis gender ini adalah fakta bahwa kita memerlukan jauh lebih banyak lagi film, terutama film besar, yang disutradarai oleh perempuan,” katanya.

Nominasi ganda untuk Scarlett Johansson

Menjadi yang pertama kalinya bagi aktris Scarlett Johansson masuk dalam nominasi Piala Oscar.

Tak tanggung-tanggung, ia mendapat dua kategori sekaligus, sebagai pemeran pembantu terbaik untuk aktingnya di film ‘Jojo Rabbit’ dan nominasi pemeran utama perempuan terbaik untuk film ‘Marriage Story’.

Film Korea pertama masuk nominasi film terbaik

Salah satu kejutan dari Oscar 2020 ini adalah masuknya film ‘Parasite’ di daftar nominasi film terbaik.

Bercerita tentang satir kesenjangan antara si kaya dan si miskin, ‘Parasite’ menjadi film besutan Korea Selatan pertama yang masuk nominasi film terbaik dan film internasional terbaik.

Selain dua nominasi tersebut, sutradara ‘Parasite’, Bong Joon Ho juga dinominasikan sebagai sutradara terbaik.

Parasite berpeluang menjadi film berbahasa asing pertama yang membawa pulang predikat film terbaik, jika berhasil memenangi Piala Oscar 2020.

Sepanjang perjalanan Academy Awards, tercatat hanya ada sembilan film berbahasa asing yang berhasil masuk nominasi film terbaik.

Film ‘Roma’ hampir menang tahun lalu, tetapi dikalahkan oleh film ‘Green Book’.

Film Joker memborong nominasi

Film yang diadaptasi dari komik ‘Joker’ memborong 11 nominasi untuk kategori utama, termasuk kategori film, sutradara, pemeran utama pria, kostum, dan sinematografi terbaik.

Sementara itu, film ‘1917’ dan ‘Once Upon a Time … In Hollywood’ masing-masing meraih 10 nominasi pada pesta film dunia tahunan ini.

Walaupun menarik dan kerap menuai kontroversi, baik Angga dan Nia mengaku tidak terlalu memikirkan atau menganggap terlalu serius perhelatan tahunan ini.

“Senang rasanya setiap tahun kita lihat perbandingan Golden Globe dan Oscar, tapi saya tak pernah menganggapnya terlalu serius” kata Nia.