Sinagog Strathfield di Sydney Ditutup Karena Jemaah Terus Menurun
Samuel Tov-Lev telah menjadi rabi selama 40 tahun dan 15 tahun terakhirnya dia bertugas tempat ibadah umat Yahudi (Sinagog) Strathfield di bagian barat kota Sydney, Australia.
Hari-hari sekarang ini, pendeta umat Yahudi ini tidak lagi memiliki pekerjaan dan dia tinggal di semua asrama setelah digusur dari rumah tugasnya sebagai rabi.
"Suatu pagi seorang petugas datang dan dia menyuruh saya untuk keluar. Seorang tukang kunci datang dan mengganti semua kunci. Saat itu juga saya ke luar ke jalanan dan tidak punya tempat tujuan," tuturnya.
Kesulitan Rabi Tov-Lev berawal pada bulan Oktober 2010 ketika dia menerima sebuah surat dari Dewan Direksi Sinagog yang memutuskan kontrak kerjanya dan memberikan dia waktu enam bulan sebelum dia keluar dari rumah dinasnya.
Surat itu menyatakan bahwa sinagog ini tidak bisa dipertahankan lagi dan Dewan Direksi memutuskan untuk menutupnya.
"Jemaah sangat sedih mendengar berita ini. Mengatakan bahwa tempat ibadah ini tidak lagi bisa dijalankan dan harus ditutup adalah sebuah dosa," kata Rabi Tov-Lev.
Dia mengakui bahwa jemaah semakin berkurang selama beberapa tahun terakhir karena umat Yahudi banyak yang pindah ke kawasan Sydney bagian timur dan pantai Utara.
"Saya harus menelpon orang untuk datang ke beribadah supaya bisa memenuhi persyaratan minyan, atau minimal dihadiri 10 laki-laki," jelasnya.
Dibangun pada tahun 1959, Sinagog Strathfield dulunya terletak di tengah-tengah kaum migran Yahudi yang datang ke Australia pasca Perang Dunia II.
Di dalam sinagog ini ada sebuah memorial yang didedikasikan bagi para umat Yahudi yang menjadi korban perang. Di sini juga dibangun sebuah dinding yang berukir nama para keluarga yang dibunuh oleh Nazi.
"Kami semua memiliki plakat orang-orang yang hilang selama Holokus (pembunuhan besar-besarna kaum Yahudi oleh Nazi Jerman), tempat dimana mereka menghilang dan beberapa tanggalnya. Kami punya misa khusus dan menyebutkan semua nama merekka," jelas Rabi Tov-Lev.
Tetapi semua doa untuk telah lama berhenti dan Eddy Neumann, Kepala Jemaah Yahudi Strathfield dan Sekitar, yang nama keluarganya juga terpajang di dinding peringatan, mengatakan bahwa kini saatnya untuk melanjutkan hidup ke depan.
"Tidak ada 10 anggota yang bersedia untuk datang ke misa bahkan saat High Holy Days. Mereka yang berada di kawasan barat bisa berdoa di Newton, Parramatta atau dengan keluarga mereka yang kebanyakan sekarang tinggal di utara atau timur Sydney," katanya.
Di lokasi ini sebuah Taman Kanak-Kanak yang dibuat khusus untuk anak-anak Yahudi dibangun dengan dana kompensasi yang didapatkan dari pemerintah German.
Neumann mengatakan saat ini tidak ada satupun anak Yahudi yang mendaftar di situ.
Upaya untuk menjual sinagog ini didukung oleh kantor perwakilan resmi warga Yahudi Negara Bagian New South Wales, NSW Jewish Board of Deputies.
"Dana yang didapatkan akan digunakan untuk komunitas, untuk bidang kesejahteraan, pendidikan, panti jompo. Hal-hal yang merupakan kebutuhan riil dari warga," Kepala Perwakilan Vic Alhadeff menjelaskan.
Upaya penjualan sinagog ini terbentuk pada upaya pendaftaran tempat ibadah ini sebagai bangunan bersejarah. Pemkot Strathfield akan melakukan pemungutan suara minggu depan untuk membuat keputusan.
"Saat mendengar mengenai ancaman terhadap sinagog atau memorial Holokus, Anda tidak perlu menjadi Yahudi untuk peduli," kata Walikota Strathfield, Daniel Bott.
"Sewaktu muda, saya bertemu dengan salah seorang yang selamat dan saya tidak pernah bisa melupakannya. Jadi waktu saya melihat hal ini, ini merupakan sesuatu yang mendorong saya untuk mengecek apakah bangunan ini terdaftar sebagai bangunan bersejarah. Ternyata tidak," tuturnya.
Walikota Bott berharap untuk merubahnya tetapi dia harus berhadapan dengan NSW Jewish Board of Deputies.
Rabii Tov-Lev dan para pendukungnya sudah berhasil mengumpulkan 1.200 tandatangan untuk petisi demi menyelamatkan sinango Strathfield.
Dia tetap berharap bahwa suatu hati sinagog ini akan terbuka kembali.