ABC

Setiap Lima Menit, Satu Warga Australia Terjangkit Diabetes

“Bayangkan lemak di tubuh kita seperti makanan yang disimpan di lemari dapur,” ujar Profesor Merlin Thomas, pakar kedokteran dari Universitas Monash, Australia, saat ditanya mengenai Diabetes Tipe 2.

“Setiap minggu, Anda berbelanja dan menyimpannya di lemari dapur. Dengan demikian Anda punya persediaan makanan saat membutuhkannya sepanjang minggu,” jelasnya.

“Lalu bayangkan dalam seminggu Anda sering makan di luar. Tentunya persediaan makanan di lemari dapur jadi lebih banyak karena Anda belum menggunakannya,” tambah Prof Thomas.

Seiring waktu, makanan di lemari dapur pun mulai menumpuk. Belanjaan terus datang, namun Anda berhenti menggunakannya.

Ketika belanjaan berikutnya tiba, katanya, tak ada lagi tempat untuk menyimpannya. Anda pun meletakkannya di berbagai tempat lain dalam rumah.

Menurut Prof Thomas, hal ini menimbulkan permasalahan karena mulai mengganggu fungsi tempat-tempat lain tersebut.

“Begitulah gambaran Diabetes Tipe 2. Lemak dalam tubuh terjebak di tempat yang salah,” jelasnya.

“Lemak itu kemudian mengganggu fungsi normal yang, dalam kasus diabetes, yaitu fungsi kontrol glukosa darah yang sehat,” kata Prof Thomas.

Tantangan diabetes

Terlepas dari metafora lemari dapur ini, perlu dipahami apa itu diabetes: kondisi kronis yang menghentikan tubuh memproduksi dan/atau menggunakan insulin.

Insulin adalah hormon penting yang diproduksi oleh pankreas. Fungsinya mengatur kadar gula darah dengan memberi tahu sel-sel hati, otot, dan lemak untuk memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel, di mana ia dipecah dan digunakan sebagai energi (atau disimpan untuk digunakan belakangan).

Ketika seseorang terjangkit diabetes, tubuh mereka tidak lagi dapat menarik glukosa dari darah dan memecahnya. Hal ini menimbulkan kadar glukosa darah tinggi, yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, amputasi, kebutaan, gagal ginjal, depresi dan penyakit saraf.

“Seorang yang mengalami diabetes pada usia 60 akan kehilangan sekitar enam tahun hidupnya dibandingkan dengan yang tanpa diabetes,” kata Profesor Thomas. “Umumnya karena serangan jantung dan stroke.”

Ada berbagai alasan mengapa tubuh seseorang tak menghasilkan insulin yang cukup. Atau mengapa sel-sel di tubuh mereka berhenti merespons insulin secara benar (dikenal sebagai resistensi insulin).

Untuk Diabetes Tipe 1, terjadi kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh seseorang menghancurkan sel-sel yang menghasilkan insulin.

Artinya, mereka memerlukan suntikan insulin setiap hari untuk bertahan hidup.

Diabetes Tipe 1 biasanya muncul ketika seseorang masih kanak-kanak atau ketika beranjak dewasa. Jumlahnya sekitar 10 persen dari semua kasus diabetes.

Pada kasus Diabetes Gestasional, wanita hamil tak dapat mengatasi resistensi insulin yang secara alami terjadi selama kehamilan.

Artinya, kadar gula darahnya meningkat secara berbahaya baik pada ibu maupun janin bayi.

Biasanya, Diabetes Gestasional menghilang setelah kelahiran bayi, tetapi hal itu menjadikan wanita berrisiko lebih tinggi alami Diabetes Tipe 2.

Kemudian untuk Ddiabetes Tipe 2, adalah kombinasi resistensi insulin dan gangguan produksi insulin, dan sangat terkait dengan tekanan darah tinggi, kadar kolesterol abnormal, dan berat badan berlebih (terutama di sekitar pinggang).

Peranan lemak

Kebanyakan orang pengidap Diabetes Tipe 2 sebelumnya alami kelebihan berat badan atau obesitas.

Biasanya, kalori yang Anda konsumsi melebihi kebutuhan harian akan disimpan sebagai lemak. Sel-sel lemak ini cenderung terletak di bawah kulit, di bokong, paha dan payudara.

Sama seperti lemari dapur penuh makanan yang tak Anda gunakan, demikian pula sel-sel lemak dengan energi yang tidak Anda bakar.

Tubuh akan mencapai titik kritis: karena tak ada tempat tersisa menyimpan energi berlebihan, ia mulai membuang lemak di luar tempat normalnya. Ini dikenal sebagai lemak ektopik.

“Ini permasalahan utama kebanyakan penderita Diabetes Tipe 2,” jelas Prof Thomas.

“Hati, pankreas, dan organ lain menjadi tempat penimbunan lemak, sehingga tidak dapat bekerja sebaik yang diperlukan,” jelasnya.

Lemak berlebihan bukan hanya merusak kemampuan tubuh memproduksi insulin, tapu juga akan menghentikan sel-sel lain dalam tubuh merespon insulin yang Anda hasilkan (resistensi insulin).

“Di satu sisi, tubuh Anda tidak memproduksi insulin yang cukup karena sel-sel pankreas yang memproduksi insulin penuh lemak-koma,” kata Prof Thomas.

“Di sisi lain, insulin yang diproduksi tidak bekerja sebagaimana harusnya karena sel-sel yang biasanya merespon insulin – di hati, otot dan tempat lain – juga terendam lemak,” tambahnya.

Ketika hal itu terjadi, pankreas akan bekerja lebih keras memproduksi lebih banyak insulin untuk menjaga kadar glukosa darah Anda dalam batas normal.

“Akhirnya, sebagai akibat dari kerja ekstra dan kurangnya kemampuan melakukan pekerjaan itu, pankreas pun jadi rusak,” kata Prof Thomas.

“Seiring waktu, kadar gula Anda semakin meningkat, dan ketika berada di atas tingkat tertentu Anda pun divonis menderita diabetes,” jelasnya.

Memahami faktor-faktor risiko

Memahami lemak ektopik dapat menjelaskan mengapa sejumlah orang yang kelebihan berat badan atau obesitas tidak mengalami Diabetes Tipe 2.

Orang seperti itu menyimpan lemak secara lebih aman, dan tetap mampu menghasilkan cukup insulin.

Ini juga menjelaskan mengapa ada orang mengidap Diabetes Tipe 2 meski tidak kelebihan berat badan.

Mereka memiliki kapasitas lebih sedikit menyimpan lemak di tempat yang tepat (bagian pantat, paha dan payudara), serta kecenderungan mengumpulkan lemak di tempat yang salah (yaitu di organ mereka).

“Titik tumpahan lemak – ketika lemari dapur Anda penuh dan tumpah ke area lain – berbeda untuk setiap orang, tergantung pada latar belakang etnis dan gender, di samping faktor lainnya,” jelas Prof Thomas.

Penelitian menunjukkan orang dari Asia Tenggara, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Oceania memiliki tingkat diabetes lebih tinggi daripada orang Australia lainnya.

Penduduk Asli Australia juga ter catat empat kali lebih mungkin menderita Diabetes Tipe 2 dibandingkan penduduk nonpri.

Diabetes juga terjadi dalam garis keluarga. Jika ada anggota keluarga menderita diabetes, secara genetik Anda memiliki kecenderungan untuk mengalaminya.

Namun ada juga faktor risiko yang bisa Anda kontrol. Termasuk kelebihan berat badan atau obesitas, rendahnya aktivitas fisik, kebiasaan makan tidak sehat, merokok dan tekanan darah tinggi.

“Di Australia, orang-orang yang alami kegemukan di sekitar pinggangnya, lima kali lebih besar kemungkinannya terkena diabetes,” kata Prof Thomas.

Untuk mengetahui risiko terkena Diabetes Tipe 2 dalam lima tahun ke depan, di Australia orang bisa memeriksakan diri dengan alat skrining yang disiapkan pemerintah.

Diabetes dapat dicegah

Penelitian menunjukkan Diabetes Tipe 2 dapat dicegah – bahkan bisa sembuh sejak dini – dengan perubahan gaya hidup seperti diet dan olahraga.

“Jika Anda kehilangan lemak sebelum mencapai titik diabetes, atau segera setelah didiagnosis, sel-sel yang memproduksi insulin dalam tubuh dapat normal kembali. Anda bisa sembuh,” jelas Prof Thomas.

Menurut lembaga Diabetes Australia, penurunan berat badan 5-10 persen dapat sangat bermanfaat dan mengurangi risiko Anda mengalami komplikasi penyakit jantung, stroke dan beberapa jenis kanker.

“Jika mencoba menurunkan berat badan setelah 10 tahun menderita diabetes, itu tidak akan sembuh lagi. Ada tahap yang sudah tidak bisa sembuh lagi, mungkin dalam beberapa tahun pertama setelah terjangkit,” kata Prof Thomas.

Demikian pula, jika Anda memiliki kondisi pra-diabetes (kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya tetapi tidak cukup tinggi untuk mendiagnosis Diabetes Tipe 2), menurunkan 5-10 persen berat badan Anda terbukti mencegah Diabetes Tipe 2 pada 6 dari 10 orang.

“Makanya sangat penting mengapa pencegahan merupakan satu-satunya cara,” kata Prof Thomas.

“Kontrol berat badan dan peningkatan aktivitas fisik mendatangkan manfaat besar terhadap mereka yang berisiko terkena diabetes,” tambahnya.

Bagi penderita Diabetes Tipe 2, pengelolaan berkelanjutan untuk pencegahan komplikasi – terutama serangan jantung dan stroke – dapat dilakukan dengan mengendalikan tekanan darah, kadar kolesterol dan kadar glukosa darah.

Hal ini dapat dicapai melalui kombinasi makan sehat, aktivitas fisik secara teratur dan, dalam beberapa kasus, obat penurun glukosa.

“Tersedia metode mengontrol diabetes. Memang bisa berat, tetapi hasilnya berupa umur panjang dan kesehatan sangatlah besar,” papar Profesor Thomas.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.