ABC

Serunya Lomba Merakit Self-Driving Car di Australia

Mahasiswa universitas dari tiga negara di Asia Pasifik merasakan bagaimana sulitnya menciptakan mobil yang mampu beroperasi sendiri. Dua puluh empat tim universitas dari Australia, Selandia Baru dan Singapura berlaga di final Kompetisi Instrumen Otonom Robotika Nasional.

Tantangan mereka adalah merancang dan membangun robot yang dapat mengendarai sendiri atau ‘self-driving’ dan bisa secara otonom menavigasi jalannya melalui kota model berukuran mini, tanpa terjebak, mengalami hambatan atau kehilangan penumpangnya.

Setelah berbulan-bulan mengembangkan kendaraan robot, sebagian besar sepakat bahwa elemen yang paling sulit adalah “lokalisasi”, atau memprogram robot untuk memahami di mana kendaran itu berada.

Peserta dari Universitas Wollongong
Jerome Justin (kiri) dan rekan satu timnya mengatakan butuh kerja keras dan usaha luar biasa untuk bisa merampungkan robot mereka.

ABC News: Laura Brierley Newton

Jerome Justin, dari Universitas Wollongong, mengambil tempat pertama bersama dengan timnya di kompetisi ini tahun lalu.

“Mengikuti kompetisi ini membutuhkan kerja keras, merancang algoritma untuk merencanakan jalan secara efisien dan menghindari penutupan jalan dengan menggunakan data wi-fi yang diterima,” kata Justin.

“Dan juga agar robot mampu melokalisasi dirinya sendiri di sekitar lingkungan.”

“Kita harus mengumpulkan data tentang lingkungan dan berhasil menemukan di mana robot itu berada di dalam labirin tersebut, atau di peta itu, dan menggunakan informasi itu untuk berkeliling dimana kendaraan robot itu perlu berjalan dengan efisien.”

Kompetisi Instrumen Robot Otonom Nasional
Sebanyak dua puluh empat tim dari berbagai universitas di Australia bersaing dalam Kompetisi instrumen Robot Otonom Nasional.

ABC News: Laura Brierley Newton

Justin mengatakan bahwa kompetisi ini telah membuatnya mengapresiasi tentang apa sesungguhnya merancang mobil self-driving di dunia nyata.

“Di dalam mobil self-driving yang nyata, seperti Tesla, ada ratusan sensor yang bekerja Bersama-sama, ada banyak data yang harus dianalisis setiap detik. Jadi ada banyak hal yang terjadi,” katanya.

“Robot ini adalah proyek berskala kecil, tapi memberi kita beberapa kemampuan untuk mendapatkan sejumlah pengalaman dan mengaplikasikan semua teori yang telah kita pelajari di universitas menjadi sesuatu yang bermanfaat.”

Sensasi dunia nyata

Sarath Kodagoda, associate professor di University of Technology Sydney, mengatakan berusaha menjadikan sensor yang terdapat pada robot bisa bekerja dengan baik terbukti menjadi sebuah tantangan yang besar bagi mahasiswa peserta kompetisi ini.

“Membangun robot, menggunakan roda dan aspek mekanisnya tidaklah terlalu sulit, saya kira kesulitan utamanya adalah bagaimana membangun kecerdasan ke dalamnya,” katanya.

Kompetisi robotika
National Instruments mengorganisir kompetisi merakit robot antar perguruan tinggi di Australia ini.

ABC News: Laura Brierley Newton

Instrumen Nasional merupakan pihak yang menyelenggarakan kompetisi ini dan manajer pemasaran lapangan senior mereka,  Mark Phillips mengatakan bahwa dia terkesan dengan apa yang telah dilihatnya selama kompetisi ini berlangsung.

“Tugas sebenarnya sangat menantang, ini adalah kompetisi di tingkat universitas, [robot] berjalan sepenuhnya secara otonom di luar sana,” katanya.

“Begitu mereka menjentikkan saklar, maka robot itu sepenuhnya tergantung diri mereka sendiri. Jadi ini sangat menantang dan sangat realistis – itulah sebabnya mengapa tidak semua orang mampou mampu menaklukan tantangan dalam kompetisi ini.”

Segala bentuk dan ukuran

Sophia Lin dan Daniel Huang
Sophia Lin dan Daniel Huang, mahasiswa dari University of New South Wales.

ABC News: Laura Brierley Newton

Daniel Huang, dari University of New South Wales, mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk membuat robot berbentuk bulat dengan gaya serupa dengan robot yang digunakan oleh perusahaan seperti Amazon, Roomba, Dyson dan Samsung.

“[Amazon] menggunakan robot berbentuk melingkar yang bergerak dan membawa stok ke petugas gudang untuk dikirim ke pengiriman,” katanya.

“Jadi pasti bentuk lingkaran yang dapat memberi anda lebih banyak kemampuan bermanuver dalam hal ke mana harus pergi, bagaimana cara membuat robot bergerak dari titik A ke titik B.

“Desain melingkar sangat menguntungkan untuk bergerak di sekitar tempat yang sempit.”

Rekan satu tim Daniel Huang, Sophia Lin mengatakan bahwa robot yang digunakan di China memiliki tingkat pengiriman yang cepat berkat desain semacam itu.

“Karena semua paket mereka diurutkan menggunakan robot otonom di gudang mereka yang juga berbentuk lingkaran.”

Ben dan Josh dari Queensland University
Ben Burgess-Limerick dan Josh Sutton, tim dari University of Queensland.

ABC News: Laura Brierley Newton

Ben Burgess-Limerick, dari University of Queensland, mengatakan bahwa dia dan rekan satu timnya, Josh Sutton mendapati proyek ini sulit mereka lakukan, dan prinsip desain robot yang mereka kerjakan lebih dipengaruhi oleh unsur biaya.

“[Kami menggunakan] apa pun yang termurah sebenarnya, kami memiliki sedikit kendala anggaran, ini adalah robot daur ulang sebagian besarnya,” katanya.

Josh Sutton mengatakan perjuangan sesungguhnya bagi mereka adalah lokalisasi robot.

“Mengetahui di mana robot itu berada pasti yang paling sulit,” katanya.

Diterjemahkan pada 5/9/2017 oleh Iffah Nur Arifah dari artikel ABC Australia di sini.