ABC

Serangga, makanan manusia di masa depan?

Suatu hari nanti boleh jadi kita menyantap semut, jangkrik atau kalajengking sebagai sumber makanan sehat sehari-hari.

Minggu lalu binatang-binatang serangga itu disajikan dalam berbagai kuliner di suatu acara di Adelaide yang menyoroti ketahanan dan keberlanjutan pangan global.

Wartawati ABC Caroline Winter pergi ke event di lobby Museum Australia Selatan itu, yang dihadiri sekitar 200 tamu.

Dari jauh kelihatannya seperti cocktail party lainnya, tapi kalau kita perhatikan lebih dekat, ternyata jauh sekali bedanya.

Malam itu para tamu menyicip sesuatu yang sedikit berbeda.

Santapan jang disajikan antara lain jangkrik dalam kim chi, kumbang air dalam tart coklat, dan semut bakar dalam tahu.

Seorang tamu berkomentar "ternyata tidak semengerikan yang dibayangkan".

Dan yang lain berkomentar "menarik dan masuk akal juga usul makan serangga".

Sepertiga orang di dunia sudah makan serangga sehari-harinya.

Seorang chef dan pemilik restoran di Adelaide, Duncan Welgemoed, mengatakan, negara-negara seperti Australia mestinya mengikuti.

"Dari sudut pandang keberlanjutan pangan, kita niscaya beralih ke arah itu dengan kurangnya bahan pangan dan sebagainya," kata Duncan.

Dan, kata chef itu, serangga sangat baik bagi kesehatan. Kadar kalsiumnya tinggi, mengandung vitamin mulai dari A sampai D, kaya protein dan kolestrolnya sangat rendah. Menurut Duncan, PBB sudah menyatakan 1900 species serangga "bisa dimakan".

Dan sementara populasi dunia yang sekarang ini sudah 7-milyard jiwa terus bertambah, banyak yang berpandangan serangga boleh jadi merupakan sebagian solusi bagi ketahanan pangan di masa mendatang.

Ahli biologi dan penjabat direktur di Museum Australia Selatan, Andrew Lowe, mengatakan perlu menjajagi kemungkinan menggunakan daging serangga sebagai bahan masakan.

Katanya, mungkin saja kita menemukan jenis-jenis serangga yang rasanya enak, bergizi dan ramah lingkungan.

Tapi pakar kesehatan ekosistem dari Universitas Australia Selatan, Prof Phil Weinstein, mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk menjadikannya kenyataan.

"Pertama, kita perlu menyempurnakan cara menternakkan serangga," katanya. "Karena kalau akan digunakan secara berkelanjutan, kita perlu mensterilkannya dan tidak mengganggu keseimbangan biodiversitas dengan mengumpulkannya."

Dan sebelum hal itu dicapai, para pakar sepakat bahwa event-event seperti yang digelar di Adelaide minggu lalu tadi akan membantu meruntuhkan rasa geli, jijik atau takut menelan binatang merayap. Bahkan juga bagi mereka yang paling skeptis.