ABC

Sepuluh Persen Kawasan Alami Hilang Dalam 20 Tahun Terakhir

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa bumi yang kita tinggali ini telah kehilangan 10 persen kawasan alami (hutan) sejak tahun 1993, setara dengan separuh wilayah Australia.

Hilangnya kawasan alami, utamanya terjadi di Amazon (Amerika Selatan) dan Afrika Tengah menunjukkan perlunya persetujuan global guna melindungi kawasan yang tersisa dari kegiatan manusia.

“Sebuah kawasan seluas separuh Australia hilang dalam waktu 20 tahun. Ini adalah kehilangan kawasan alami yang sangat mengerikan.” kata Associate Professor James Watson, pakar ekologi dari University of Queensland dan Wildlife Conservation Society.

Dr Watson dan rekan-rekannya menulis laporan penemuna mereka di jurnal Current Biology yang terbit hari Jumat (9/9/2016).

Peneliti mengartikan kawasan alami (wilderness) sebagai kawasan yang bebas dari kegiatan manusia seperti urbanisasi, pertanian, pertambangan dan penebangan pohon.

Mereka membandingkan jejak manusia secara global antara tahun 1993 dengan di tahun 2016.

Analisa mereka menunjukkan bahwa sementara 20 persen kawaasan dunia ini masih alami, dengan mayoritas terletak di Amerika Utara, Asia Utara, Afrika Utara dan Australia, terjadi terjadi 10 persen hilangnya kawasan alami di seluruh dunia.

“Kami menemukan bahwa lebih dari 3 juta kilometer persegi kawasan alami hilang secara global.” kata Dr Watson.

Mereka menemukan hilangnya kawasan itu paling banyak terjadi di Amazon, dengan 30 persen lahan sekarang tidak lagi alami, dan di Afrika Tengah, yang kehilangan 14 persen lahan alami.

Sejumlah kecil kawasan alami di Australia juga berubah.

Dr Watson mengatakan ini adalah pertama kalinya adanya penilaian mengenai penurunan kawasan alami dunia.

Congo forest
Kawasan Afrika Tengah menjadi salah satu tempat yang banyak kehilangan hutan alami.

Supplied: Liana Joseph

Pentingnya Kawasan Alami

Kawasan alami, yang sering menjadi tempat tinggal bagi kelompok masyarakat asli di daerah tersebut adalah ‘pusat penting bagi keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem.” kata Dr Watson.

Makanan, obat-obatan, serat dan air semua datang dari sistem yang ada, dan ketika keadaan memburuk maka ada banyak bukti bahwa kita tidak lagi mendapat layanan ekosistem ini."

Dr Watson mengatakan kawasan alami ini membantu spesies yang memiliki variasi genetik tinggi, membantu mereka lebih kuat bertahan menghadapi perubahan lingkungan.

“Mereka memiliki kemampuan untuk menjadi penyanggah dan beradaptasi bagi perubahan.”

Menurut Watson, kawasan alami ini membantu mengatur suhu lokal, dan mengurangi kemungkinan terjadinya cuaca yang ekstrim.

Dia mengatakan tidak ada bukti bahwa hilangnya kawasan alami akan bisa dikembalikan ke seperti keadaan semula.

“Sekali kawasan itu hilang, ya sudah hilang, dan ini adalah tragedi dimana manusia meninggalkan jejakanya dimana-mana dan kita kehilangan titik rujuk bagi alam.”

Australian savannah forest
Hutan Savannah di Australia.

Supplied: Liana Joseph

Seruan bagi Perlindungan Global

Dr Watson mengaakan bahwa total wilayah alami ini semakin berkurang meskipun sudah ada usaha melindungi wilayah tertentu. Ini disebabkan karena fokus selama ini adalah melindungi spesies yang hampir punah, dan tidak memperhatikan nilai alami secara keseluruhan.

Dia merujuk kepada kawasan alami seperti hutan savanna di Australia Utara dan Great Western Woodland di Australia Barat, yang sebagian besar masih bertahan, namun “perlahan menghilang”.

“Daerah-daerah itu harus diakui sebagai daerah yang berharga, sebagai sebuah kawasan, bukan saja karena ada spesies terancam yang ada di dalamnya.” kata Dr Watson. “Keduanya penting.”

Dia mengatakan perlindungan kawasan alami harus meliputi menciptakan koridor diantara daaerah terlindungi, dan memungkinkan masyarakat asli terlibat dalam konservasi.

“Semua negara harus mulai melindungi kawasan alami mereka, dan kita harus mempunyai persetujuan global karena hal ini sekarang menghilang dengan cepat.” katanya.

Kita harus menyadari bahwa bila kita tidak bertindak sekarang, kita akan kehabisan waktu."

Diterjemahkan pukul 14:00 AEST 9/9/2016 oleh Sastra Wijaya. Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini