ABC

Separuh Produk Madu yang Beredar di Australia Dipastikan Palsu

Perusahaan madu terbesar dan sejumlah jaringan supermarket utama di Australia diduga telah menjual madu palsu tanpa sengaja.

Pengujian ilmiah di sebuah laboratorium di Jerman menemukan hampir separuh sampel yang diambil dari supermarket ternyata “tidak murni”. Artinya, barang yang dijual sebagai “madu” tersebut telah dicampur dengan zat selain nektar lebah.

Sampel yang tidak murni ini mencakup semua produk yang memadukan madu lokal dan impor.

Merek Mixed Blossom Honey dari perusahaan madu terbesar Capilano yang dipasarkan sebagai 100 persen madu, ternyata didapati “tercampur” dengan zat selain nektar lebah.

Capilano membantah keras temuan ini dan mengkritik jenis pengujian yang dilakukan.

Pengujian di lab Jerman tersebut dikenal sebagai Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Tujuannya untuk mendeteksi ketidakmurnian madu.

Namun Capilano bersikukuh bahwa tes semacam itu berbeda dari tes resmi yang berlaku di Australia.

ABC tidak menyatakan bahwa produk Capilano yang bersumber dari madu Australia bermasalah atau bahwa Capilano atau merek lain menyadari pemalsuan tersebut.

Phil McCabe, ketua Asosiasi Peternak Lebah Internasional (Apimondia), percaya bahwa tes NMR merupakan metode paling akurat.

Menurut dia, konsumen tidak mendapatkan apa yang mereka bayar. “Madu yang tercampur jelas bukan madu,” katanya kepada ABC.

“Secara umum berupa sirup yang diubah seperti madu, rasanya seperti madu,” jelasnya.

Menurut dia, produk tersebut tampak seperti madu, padahal sebenarnya hanya sirup gula atau sesuatu yang lain.

“Konsumen tidak menyadari yang mereka beli dan makan itu bukanlah madu,” tambah McCabe.

Hampir 50 persen sampel tercampur

Robert Costa leans on a fruit and vegetable display in a grocery store
Peternak lebah Robert Costa meminta pengujian sampel madu Australia ke laboratorium di Jerman.

Supplied: Fairfax

Hasil uji lab ini tampaknya akan memicu perdebatan soal cara pengujian kemurnian madu dan akan melibatkan regulator lokal dan internasional.

Jaringan supermarket ALDI sejauh ini telah menarik produk terdampak sebagai tindakan pencegahan.

Menurut McCabe, pihaknya akan merujuk hasil tes ke Interpol untuk penyelidikan lebih lanjut. Hasil tes ini diperoleh Fairfax Media dan Program 7.30 ABC.

Permintaan tes diajukan oleh peternak lebah Robert Costa melalui firma hukum King & Wood Mallesons.

Ada dua jenis tes yang diajukan. Satu menggunakan screening NMR dan yang kedua menggunakan tes gula C4.

Firma hukum itu mengumpulkan 28 sampel madu yang menggunakan bahan campuran dan madu impor dari supermarket termasuk Coles, Woolworths, ALDI dan IGA.

Ada delapan sampel Allowrie serta label Black & Gold dari IGA dan label Bramwell dari ALDI, yang dicampur madu lokal dan impor, dan mendeteksi adanya pemalsuan di hampir setengah sampel.

Dengan menggunakan pengujian NMR, hasilnya menunjukkan bahwa 12 dari 28 sampel yang diuji bukan 100 persen madu murni.

Empat dari enam produk Black dan Gold diketahui tidak murni, dua dari enam merek Bramwell ALDI gagal dalam uji NMR, dan enam dari delapan merek Allowilo dari Capilano diketahui tercampur saat screening NMR digunakan.

Kesemua sampel yang sama yang diuji menggunakan tes resmi Australia, yaitu tes C4, ternyata semuanya lolos.

Tanggapan Capilano

Capilano yang dikirimi hasil tes ini membantah keras tuduhan bahwa produknya bukan madu murni. Perusahaan ini juga menolak pengujian NMR sebagai metode terbaik menentukan adanya pemalsuan.

Menurut Capilano regulator Australia dan internasional “sama sekali tidak menggunakan rezim pengujian ini.”

Capilano yakin bahwa madu Allowrie yang menggunakan sekitar 70 persen bahan madu impor, benar-benar murni.

Pihaknya mengaku tidak kaget dengan hasil ini mengingat “kelemahan” metode pengujian NMR.

“Kami sangat prihatin karena ini digunakan dalam isolasi pengujian analitik yang lebih kuat, mengingat ini juga merupakan pendapat dari pabrikan (Bruker) dan dua laboratorium terkemuka di dunia (Intertek dan QSI), salah satunya telah melakukan analisis NMR,” kata Capilano.

“Perhatian kami yaitu penyalahgunaan hasil tes dalam menciptakan keraguan dan kebingungan atas keaslian madu dan bagaimana hal itu menyesatkan publik dan konsumen,” tambahnya.

Capilano mengatakan uji NMR tidak mendeteksi bahwa madu campuran dari berbagai wilayah adalah 100 persen madu. Namun hal ini dibantah oleh laboratorium Jerman, QSI.

Capilano menolak diwawancarai namun bersikukuh dengan kualitas dan kemurnian dari semua merek madu mereka termasuk Allowrie.

Capilano mengatakan bahwa dua sampel yang sama menunjukkan hasil berbeda dari dua laboratorium yang menggunakan NMR.

Honey testing at QSI labs in Germany
Pengujian madu yang dilakukan di lab QSI di Jerman.

ABC News

Direktur pelaksana QSI, Gudrun Beckh, yang telah menguji madu selama hampir 30 tahun, mengatakan yakin dalam temuan tes NMR.

Dia menegaskan jika suatu sampel hasilnya “tercampur” maka bisa dipastikan itu bukan madu murni.

“Madu palsu selalu ada, tetapi belakangan ini masalahnya berkembang karena orang menggunakan metode lebih canggih, sehingga lebih sulit mendeteksinya,” katanya kepada ABC.

Menurut Beckh, uji NMR adalah yang metode terbaik untuk mendeteksi pemalsuan madu.

Dalam sampel yang diuji tersebut, katanya, unsur madu dari China yang ditemukan dipalsukan, bukan unsur madu Australia.

Saatnya mengungkap masalah ini

Fairfax Media dan Program 7.30 ABC menghubungi IGA, ALDI, Coles dan Woolworths terkait hasil tes ini.

Pada Jumat siang pekan lalu, supermarket ALDI untuk sementara menarik dua produk madu Mixed Blossom Honey yang diidentifikasi QSI sebagai “tercampur”.

ALDI mengatakan akan menyelidiki laporan ini. Jika ada pemalsuan, katanya, produk ini akan ditarik secara permanen oleh ALDI.

Sementara supermarket Woolworths mengatakan pihaknya menerapkan ketepatan pelabelan produk secara serius.

“Kami akan bekerja sama dengan para pemasok untuk meninjau inti permasalahan ini sebelum menentukan langkah selanjutnya,” katanya.

Supermarket Coles menyatakan telah menarik semua produk Allowrie karena alasan berbeda pada bulan Juli lalu.

Supermaket IGA mengatakan pihaknya memenuhi semua persyaratan aturan makanan di Australia dan Selandia Baru.

Firma hukum Mallesons diperkirakan mengirimkan salinan hasil tes ke Komisi Kompetisi dan Konsumen (ACCC) pada hari Senin (3/9/2018).

Peternak lebah Robert Costa, yang membiayai pengujian ini, mengatakan madu impor yang murah dikhawatirkan merusak industri lokal, dan pada gilirannya merusak produksi pertanian Australia.

Dia memperkirakan 65 persen pertanian bergantung pada penyerbukan oleh lebah madu.

“Kita tahu apa yang sebenaarnya terjadi, kita hanya membutuhkan bukti,” katanya. “Saya tidak kaget dengan temuan ini.”

Jodie Goldsworthy, in full beekeeping suit, removes honey from a hive full of bees
Peternak lebah Jodie Goldsworthy menyatakan sudah waktunya masalah madu palsu diungkap sebelum terlambat.

Supplied: Fairfax

Beechworth Honey, perusahaan madu terbesar kedua di Australia dan pesaing utama Capilano, mengatakan pihaknya hanya menggunakan madu Australia.

Direktur Beechworth Jodie Goldsworthy menyatakan mendukung metode pengujian NMR sebagai cara terbaik mendeteksi pemalsuan.

Goldsworthy mengatakan peternak lebah di dunia sebagian besar diam dalam soal pemalsuan madu karena takut merusak reputasi industri ini.

“Sikap diam ini membuat penipuan berlangsung sangat mudah tanpa hambatan,” katanya.

“Sudah waktunya untuk mengungkap masalah ini sebelum terlambat,” tambah Goldsworthy.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.