ABC

Seorang warga Australia tewas dalam penyanderaan mall di Nairobi

Militer Kenya mengatakan sudah berhasil membebaskan sebagian besar sandera yang ditahan teroris di sebuah mall di Nairobi, Kenya. Paling sedikit 68 orang tewas, termasuk seorang pria Tasmania yang berkewarga-negaraan ganda, Australia dan Inggris.

Sekitar 15 militan bersenjata dari kelompok teroris Somalia, Al Shabaab, telah menahan sejumlah sandera di dalam Westgate mall di ibukota Nairobi.

"Kebanyakan sandera sudah dibebaskan, dan Pasukan Pertahanan Kenya telah menguasai sebagian besar gedung," kata jurubicara militer Kenya, Kolonel Cyrus Oguna, kepada televisi lokal.

ABC mengkonfirmasi bahwa seorang pria Tasmania termasuk di antara yang tewas dalam penyanderaan itu. Dipahami bahwa ia adalah seorang arsitek lulusan University of Tasmania.

Penjabat kementrian Luar Negeri Andrew Robb mengatakan, Pemerintah Australia masih dalam proses memberi saran kepada pihak keluarga. "Pemerintah Australia mengutuk sekeras mungkin serangan teroris brutal ini dan menyatakan atas nama seluruh rakyat Australia penyesalan mendalam atas hilangnya nyawa manusia – bukan hanya warga Australia yang kehilangan nyawa, tapi juga yang dari negara-negara lain," katanya.

Ia mengatakan, staff konsuler menghubungi semua warga Australia di Nairobi, menyarankan kepada mereka untuk berhati-hati.

Tentara Kenya terus mengepung mall tersebut sambil berusaha membebaskan sandera yang masih ditahan. Sekitar 200 orang mengalami cedera dalam serangan di mall mewah itu, yang biasa dikunjungi oleh warga lokal, komunitas asing dan turis.

Seorang wanita berusia 23 tahun dari Melbourne dilaporkan termasuk diantara yang selamat, setelah bersembunyi selama enam jam di sebuah toko telepon di dalam mall sebelum lari menyelamatkan diri.

Pengacara Australia, Heidi Edwards, mengatakan kepada ABC, ia berada di sebuah toko yoghurt ketika sejumlah orang bersenjata melepaskan tembakan. Mereka juga melemparkan granat, kata Heidi.

Seorang korban lainnya yang selamat, yang menyebutkan namanya Jay, mengatakan, ia melihat orang-orang bersenjata menangkapi pengunjung mall, menanyai mereka – mungkin menanyakan apakah mereka Muslim – dan kemudian menembak mati mereka.

Militan Al Shabaab mengatakan, serangan itu merupakan pembalasan atas operasi Kenya terhadap kelompok tersebut di Somalia.

Koresponden ABC untuk Amerika Utara, Lisa Miller, mengatakan, baru diketahui pagi ini (23/09/2013) kelompok tersebut mengklaim, tiga dari tersangka penyerang berasal dari Amerika Serikat.

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengatakan, serangan itu menggaris-bawahi seriusnya ancaman dari militan Somalia.

Ia mengatakan, ia telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Somalia dan Dubes Somalia di Washington tentang serangan tersebut.

Kerry mengatakan, beberapa warga AS terluka dan isteri dari seorang diplomat AS untuk sebuah badan pembangunan AS tewas.

Presiden Barack Obama menelepon Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, menyatakan ikut berduka atas "serangan teroris" itu dan menawarkan dukungan untuk menyeret pelakunya ke pengadilan.

Presiden Kenyatta – yang keponakan laki-laki beserta tunangannya tewas dalam serangan itu – berikrar akan terus melancarkan apa yang disebutnya "perang melawan teror" di Somalia, dan mengatakan, dengan hati-hati, bahwa pasukan Kenya dapat mengakhiri krisis ini.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengatakan, serangan itu merupakan aksi "sangat tercela" dan ia telah berbicara dengan Kenyatta lewat telepon.