Seniman Yogya Angkat Isu Perempuan di Tingkat Dunia
Festival Perempuan Dunia digelar di Melbourne pada akhir bulan Maret lalu (23-25/03/2017). Menjadi kehormatan bagi Fitriani Dwi Kurniasih yang ikut berpartisipasi dalam festival bergengsi tersebut.
Women of the World Festival (WOW) digelar selama tiga hari untuk merayakan perempuan, selain juga menciptakan dialog dan mengangkat permasalah yang masih dihadapi oleh banyak perempuan di dunia.
Festival ini digagas di London pada tahun 2011dengan menampilkan musik, film, pertunjukkan, pameran seni dari sejumlah seniman perempuan di dunia.
Salah satu program dalam festival ini adalah Women, Art, and Politics, yang juga merupakan bagian dari festival Asia Topa, dengan fokus untuk promosikan budaya di kawasan Asia.
Fitriani Dwi Kurniasih mewakili Indonesia dalam program ini dengan menampilkan karya seni visualnya.
Tonton wawancara selengkapnya bersama Fitri disini.
“Wah senang sekali bisa tampil disini karena bisa bertemu dengan seniman perempuan dari negara lainnya dengan audiens yang juga berbeda,” kata Fitri saat ditemui Erwin Renaldi dari Australia Plus di Footscray Community Arts Centre.
Fitri mengaku karya seninya menggabungkan tiga teknik, yakni gambar, tulisan, serta musik.
“Saya banyak mengambil tema-tema yang terjadi sehari-hari, sebuah realitas sosial, dan karya itu bisa berbicara tentang situasi yang ada,” ujar Fitri yang juga anggota dari SURVIVE! Garage Community.
Ia mengaku karyanya banyak terinspirasi dari pengalaman-pengalaman sendiri atau teman-temannya.
“Sementara di bidang musik, saya bersama kelompok musik saya Dendang Kampungan sering bermain musik di beberapa daerah di Indonesia, menyampaikan situasi politik di tanah air dengan harapan bisa menarik solidaritas untuk teman-teman melakukan aksinya.”
Sebagai seorang seniman perempuan di Indonesia, yang menurut Fitri masih terbilang sedikit jumlahnya dibanding seniman pria, ada beberapa tantangan yang dihadapinya.
“Jadi saya tidak pernah merasa kecil atau merasa berbeda tingkat dengan pria, karena apapun yang kita lakukan, jika jadi terbaik pasti akan membuat kita setara.”
Fitri yang juga anggota dari kelompok seniman perempuan Bunga-bunga Besi mengaku meski Indonesia sudah memiliki presiden perempuan, tetapi masih ada ketimpangan dalam hal bagaimana masalah perempuan disampaikan.
“Suara perempuan masih hanya beberapa persen dibandingkan pria dalam mengambil kebijakan sehingga tidak mewakili suara perempuan,” jelasnya.
Tetapi Fitri mengaku yang terpenting adalah memahami posisi perempuan.
“Jadi kita tidak melihat seseorang berdasarkan jenis kelaminnya… tapi dengan kemampuan yang ada dan kita tahu perbedaan seks memang ada , tapi perbedaan gender bisa kita setarakan.”
Menurut Fitri, seni menjadi salah satu alat perjuangan untuk mencapai tujuan perempuan.
“Banyak seniman yang menyuarakan apa yang mereka ingin suarakan lewat seni, saya menjadi gampang mengerti dengan gambar, lukisan, musik, lebih mudah dipahami.”
Seperti apa hasil karya yang ditampilkan Fitri di Melbourne, tonton videonya disini.