ABC

Seniman Kontemporer Australia – Indonesia Makin Akrab Berkolaborasi

Indonesia sejak beberapa tahun terakhir telah menjadi tempat tujuan seniman kontemporer Australia untuk menggali potensi dan bereksperimen. Hal ini terlihat dari banyaknya seniman muda Australia yang memilih melakukan proyek kolaborasi dengan seniman Indonesia di sejumlah daerah.

Salah satu kolaborasi terbaru antara seniman Australia dan Indonesia adalah Proyek Pembuatan Instrumen atau The Instrument Builder Project (IBP). Sebuah proyek kolaborasi untuk  membuat instrumen musik eksperimental, patung bunyi, maupun piranti pertunjukan baru yang bukan hanya berfungsi sebagai instrumen penghasil bunyi tapi juga sebagai karya seni khas Asia Tenggara/Australia.

Proyek ini diselenggarakan dalam 3 tahapan. Tahap pertama telah dilakukan pada awal tahun lalu di Australia dan berhasil menciptakan 7 instrumen dan instalasi suara. Tahap ke-2 sedang  berlangsung di Daerah Istimewa Jogjakarta. Sementara tahap ke-3 akan digelar Oktober mendatang di Australia.

Pada tahap ke-2 ini, 8 seniman yang terlibat (4 seniman Indonesia dan seniman Australia) berhasil menciptakan sekitar 12 karya instalasi suara yang saat ini tengah dipamerkan di Jogjakarta hingga tanggal 27 April 2014 mendatang.

Seniman yang terlibat hanya diberi waktu 3 pekan untuk mengolah berbagai gagasan mengenai suara yang kemudian dituangkan melalui karya instrument atau seni instalasi suara maupun ide interaktif mengenai suara.

Salah satu seniman yang terlibat dalam proyek tahap ke-2 adalah Jompet Kuswidananto memilih membuat instrument suara yang terinspirasi dari percikan aliran listrik pada alat penangkap nyamuk.

“Idenya datang ketika workshop itu bersamaan dengan musim kampanye jadi diluar itu bising dengan knalpot motor dengan keriuhan kampanye, kemudian didalam studi seniman bekerja dengan suara menghasilkan suara.  jadi kayak ada ledakan di luar maupun didalam. Saya ingin menampilkan ledakan yang paling kecil,  yang masih bisa terlihat, terdengar dan orang masih bisa merasakan ketegangannya..ya seperti listrik,”

Sementara seniman lain dalam proyek ini ada yang menciptakan instrument yang terinspirasi dari suasana mistis dari keris Jawa. Dan salah satu seniman ada yang memadukan alat permainan anak-anak odong-odong dengan alat musik khas Jawa Barat angklung.

Menurut Jompet Kuswidananto, seni pembuatan instrument musik di Indonesia cukup berkembang, namun proyek ini sangat menantang dan unik karena melibatkan deniman dengan latar belakang keahlian yang berbeda-beda.

“Ada yang memang seorang  musisi, ada pembuat gamelan muda, saya sendiri lebih ke seni rupa, dari Australia kebanyakan sound artist, seperti Caitlin dari Australia yang punya background tata kota..jadi kemudian gagasan tentang suara ini didekati dari banyak sudut dan nada dan itu jadi menjadi cukup kaya hasilnya.”

Sementara itu menurut Kristi Monfries, kurator sekaligus koordinator proyek IBP ini bertujuan menjelajahi dan merayakan perbedaan serta kesamaan yang ada dalam proses kreatif para seniman Australia/Indonesia. dan ini merupakan proyek kolaborasi pertama yang dilakukan seniman Australia di Asia Tenggara.

Kristi menambahkan Indonesia dipilih karena memiliki keragaman seni instrument yang sangat menantang untuk dijelajahi. Dan seniman Australia menurutnya belum banyak mengeksplorasi kebudayaan Indonesia.

“Gamelan sudah lama sangat  menarik bagi musisi eksperimental, formal atau komposer dari  negara Barat dan sudah banyak orang yang menulis tentang gamelan Jawa dan Bali. Tapi sampai sekarang  musisi eksperimental dari Australia belum benar-benar memanfaatkan lokasinya yang dekat dengan Indonesia. Jadi proyek ini kesempatan bagus bagi seniman Australia untuk berkolaborasi dengan seniman Indonesia yang salah satunya pembuat gamelan,” katanya.

Seniman muda Australia makin gandrung ke Indonesia

Kristi Monfries menambahkan proyek kolaborasi seniman antar negara seperti ini sangat penting sebagai wadah dialog dikalangan seniman kedua negara maupun kawasan. Apalagi belakangan ini ketertarikan seniman Australia untuk mengeksplorasi seni dan budaya di kawasan Asia Tenggara sangat meningkat.

“Seni kontemporer  di Australia cukup berkembang tapi pada saat yang bersamaan seniman Australia seperti terpisah dengan  seniman dibelahan dunia lain terutama Eropa. Dan saat ini banyak seniman muda yang mengalihkan fokus perhatiannya lebih ke Asia Tenggara terutama Indonesia…yang mereka anggap sebagai satu kawasan baru yang menarik untuk dieksplorasi dan berada satu kawasan dengan negaranya.

Kristie menilai booming internet di kawasan Asia Tenggara turut mendorong geliat kolaborasi antara seniman kontemporer untuk mengeksplorasi dan bekerjasama. Dan Indonesia menjadi salah satu kawasan favorit seniman asal Australia khususnya seniman muda.

Kristi yang bermukim di Jogjakarta sudah  lebih dari 6 tahun lalu menyaksikan meningkat signifikannya kunjungan seniman Australia ke Indonesia dan Jogjakarta.

“Mungkin 7 tahun lalu tidak ada banyak proyek kerjasama mengenai seni kontemporer dan yang berhasil membuat karya yang menarik,  tapi baru 4-5 tahun ini sangat sibuk dengan seniman Australia yang datang kesini apalagi seniman muda .. dan sekarang banyak lembaga Australia seperti Australia council, Asia Link maupun Institut  Indonesia – Australia yang  sangat tertarik untuk mendanai seniman  Australia untuk membuat proyek disini atau seniman Indonesia membuat proyek di Australia.”