ABC

Seniman Indonesia Ternama Ramaikan Darwin Festival 2015

Darwin Festival, salah satu festival seni terbesar di kawasan utara Australia, akan digelar pada Agustus mendatang. Tahun ini, sejumlah seniman dan musisi ternama asal Indonesia mendapat kesempatan untuk tampil dalam festival bergengsi tersebut.

Darwin Festival digelar setiap tahunnya di bulan Agustus dengan menampilkan sejumlah penampilan karya seni dan budaya.

Menurut keterangan penyelenggara, festival ini mengajak pengunjung untuk menikmati kemeriahan acara seni yang digelar di luar ruangan, sambil menikmati udara tropis kota paling utara di Australia tersebut.

Dijelaskan, salah satu tujuan dari diselenggarakannya festival ini adalah mempromosikan Darwin sebagai tujuan budaya yang telah memberikan kontribusi lewat kegiatan seni, budaya, serta ekonomi kreatif.

Sebagai pintu gerbang Australia dengan negara-negara tetangga, sejumlah seniman internasional, termasuk dari Indonesia mendapatkan kehormatan untuk tampil di festival bergengsi dunia ini.

Berikut sejumlah seniman dan musisi asal Indonesia yang akan tampil di Darwin Festival 2015, tanggal 6-23 Agustus 2015.

Ubiet, penyanyi jazz 
Penyanyi jazz asal Indonesia, Ubiet. Foto: Mat McHugh. 

 

Penyanyi jazz asal Indonesia, Ubiet akan menjajal kemampuan vokalnya yang memiliki warna jazz klasik atau retro-pop. Di Darwin Festival tahun ini, Ubiet memberi nama pagelarannya 'Between Two Oceans'.

Ia akan diiringi oleh kelompok instrumen Topology. Sementara lagu-lagu yang akan dibawakan oleh Ubiet liriknya berasal dari puisi-puisi Australia, dengan komposer Robert Davidson dari Topology. Beberapa anggota dari kelompok instrumen Topology juga berasal dari Indonesia.

 

Endah dan Rhesa
Endah dan Rhesa, bersama Sweet Jean. Foto: Darwin Festival.

 

Dengan alunan gitar dan bas akustik, mengandalkan keindahan vokal akan dibawakan oleh pasangan dari Australia, Sime Nugent dan Alice Keath yang tergabung dalam Sweet Jean, bersama Endah dan Rhesa, dari Indonesia.

Sweet Jean lebih memiliki aliran musik yang melodik dengan sentuhan gothic. Sementara Endah dan Rhesa akan menghibur dengan musik jazz dan rock ballads. Keduanya akan membawakan lagu-lagu yang menceritakan kehidupan, cinta, dan persahabatan.

 

Jompet Kuswidananto, seniman Yogyakarta
Proyek seni Sonic Tides Series, gabungkan seniman dari tiga negara. Foto: Darwin Festival.

Seniman asal Australia, Dale Gorfinakel bersama Jompet Kuswidananto seniman asal Yogyakarta, dan Mariano Palmira dari Timor Leste membuat proyek instalasi seni bersama, 'Sonic Tides Series'.

Ketiganya sama-sama mengeksplorasi budaya, teknologi, dan dampak dari globalisasi. Jompet sebelumnya dikenal sebagai seorang musisi akan membuat instalasi yang menggabungkan video dan suara. Beberapa karya Jompet pernah ditampilkan di sejumlah acara seni dunia, seperti Venice Biennale dan di Saatchi Gallery London.

Selain ketiga seniman di atas, sebuah pertunjukkan teater yang diberi nama 'The Age of Bones' atau 'Zaman Belulang', yang akan dibawakan oleh Sandra Thibodeaux, pemain teater asal Darwin yang pernah mendapatkan penghargaan.

Kisahnya menceritakan seorang anak pria Indonesia yang pergi memancing dan tidak kembali. Kedua orang anak ini kemudian ditemukan berada di balik jeruji di Australia. Selaku sutradara dan desainer dari teater ini adalah Iswadi Pratama.