ABC

Seluk-beluk Pemberantasan Narkoba di Tasmania

Pukul 4 sore lewat di Burnie, kota di barat laut Tasmania. Sebuah sedan berwarna gelap berhenti di dekat sekumpulan beberapa orang di daerah pertokoan.

Jendela belakang diturunkan dan dari dalam mobil ada gerakan tangan penuh isyarat. Satu persatu, kerumunan itu mendekat dan menyodorkan uang masing-masing. Mereka mendapat paket narkoba sebagai gantinya.

Pemandangan seperti inilah yang membuat salah seorang dalam kerumunan melontarkan lelucon.

“Ini menyerupai penjual es krim namun untuk narkoba,” katanya.

Pelaku perdagangan narkoba di Tasmania menyatakan memang sangat mudah mendapatkan barang terlarang ini. Mereka menggunakan komunikasi pesan terenkripsi dan jaringan gelap yang memudahkan pengguna dan penjual mengatur transaksi.

Data menunjukkan proporsi pengguna narkoba di Tasmania yang memakai sabu-sabu meningkat dramatis.

Seorang penegak hukum memperingatkan penggunaan teknologi membuat persediaan sabu-sabu kini lebih mudah.

Nama-nama dalam cerita ini telah diubah untuk melindungi privasi mereka.

Kisah Maria

Maria sedang menyusuri jalanan di pinggiran kota Burnie. Truk-truk pengangkut pohon tampak lewat di jalan Bass Highway ketika Maria sibuk berbicara melalui telepon selulernya.

Dia mengetuk pintu salah satu rumah, dan tak lama kemudian masuk ke dalam. Tak lama setelah itu dia pun keluar dengan uang tunai ratusan dolar.

Cranes and woodchip piles at Burnie port
Polisi Tasmania tak bersedia menyebutkan pelabuhan mana yang menjadi pintu masuknya narkoba ke negara bagian tersebut.

ABC News: Henry Zwartz

Maria merupakan pengedar sekaligus pengguna narkoba selama hampir satu dekade. Dia menjual apa yang diminta oleh pasar. Umumnya berupa sabu-sabu.

Aktivitas Maria memadukan pertemuan tatap muka dengan pelanggan serta komunikasi melalui teknologi. Misalnya melalui aplikasi Wickr. Tujuannya untuk menyembunyikan kegiatannya itu dari pengawasan pihak berwajib.

“Jika saya tak melakukannya, orang lain akan melakukannya. Orang selalu menggunakan narkoba,” katanya, mengangkat bahu.

“Banyak orang yang saya layani, punya masalah. Narkoba jadi pelarian… mereka kesakitan,” katanya.

Ditanya asal barang yang diedarkannya itu, Maria mengatakan informasi seperti itu akan membuatnya dalam bahaya. Namun dia menyebut asalnya dalam salah satu geng motor di Tasmania.

“Kami mendapatkannya dari mana-mana. Kebanyakan narkoba di sini berasal dari daratan (Australia),” katanya.

Wilayah perairan Burnie dan Devonport telah lama dicurigai sebagai pintu masuk utama narkoba ke Tasmania.

ABC mendapatkan informasi terjadinya peningkatan aktivitas narkoba di fasilitas pelabuhan Burnie.

Kisah Mark

Former drug user Mark stares out a window.
"Saya masih mau hidup dan melihat anak-anakku kembali," ujar Mark, mantan pengguna narkoba.

ABC News: Henry Zwartz

Mantan pengguna lainnya, sebut saja Mark (34), sedang menderita. Ayah empat anak ini belum pernah melihat anak-anaknya selama enam tahun.

Berurusan dengan trauma emosional dan masa kanak-kanak yang buruk, ia mulai memakai narkoba pada usia 14. Alasanya, “melarikan diri dari masalah”.

Mark kehilangan sebagian giginya akibat dampak dari narkoba. Kini dia mencoba mengubah hidupnya. Enam minggu lalu dia menemukan teman sudah meninggal overdosis di apartemennya.

“Tahun lalu saya bertemu dengannya. Dia tidak punya tempat, jadi saya mengajaknya tinggal bersana saya selama beberapa minggu,” kata Mark.

“Tetapi hari Senin ketika dia seharusnya pergi, saya terbangun dan menemukannya di sofa, sudah meninggal,” tuturnya.

Mark seorang pria yang tenang bermata biru dan suara yang lembut. Sudah enam minggu dia ikut Bridge Program di Kota Ulverstone.

“Saya tak ingin mati,” katanya. “Saya ingin hidup dan melihat anak-anakku lagi.”

Kisah Sally

Mantan pengguna lainnya, Sally, dilecehkan secara seksual oleh keluarga dekatnya saat dia remajan. Dia pun terjatuh ke dalam perangkap narkoba.

“Dengan berbagi cerita ini, saya berharap dapat mengingatkan bahwa orang dari semua lapisan masyarakat bisa saja jatuh dalam perangkap ini,” katanya.

“Narkoba itu jahat, tapi kecanduan itu manusiawi. Perawatan dan pengertian menyelamatkan nyawa. Rehabilitasi menyelamatkan nyawaku,” papar Sally.

Kebanyakan dari China

Silhouette of older woman framed in a window
Orang dari semua lapisan masyarakat bisa kena narkoba.

Detektif Colin Riley, komandan Satuan Investigasi Narkoba setempat, aktif menyelidiki jaringan kriminal yang mengimpor narkoba ke wilayah itu.

“Kami mengamati maskapai penerbangan, kapal-kapal yang masuk Tasmania dan layan surat. Jadi bila kami menyebut koridor narkoba, hal itulah yang kami target. Tindakan dari polisi menyasar koridor itu,” katanya.

“Sebagian besar sabu-sabu berasal dari daratan Australia, tetapi melalui surat-menyurat saat ini kami juga mendeteksi barang yang berasal dari luar negeri,” jelasnya.

“Ada banyak produk farmasi yang berasal dari China,” tambah Detektif Riley.

Dalam makalah berjudul Ice Dragon yang diterbitkan oleh Australian Defence College tahun 2017, disebutkan:

“Sekitar 70 persen dari metamfetamin yang masuk ke Australia dalam lima tahun terakhir berasal dari China. Industri farmasi China yang besar menjadi bagian utama dari permasalahan.”

Hanya beberapa bulan setelah menduduki jabatannya, Detektif Riley kini lebih memahami tantangan yang dihadapinya.

“Saya kira yang paling atasnya ada selusin ‘Orang Besar’ dari semua pasar narkoba di Tasmania,” katanya.

“Beberapa dari orang-orang ini tidak bersentuhan dengan narkoba, mereka tidak bersentuhan dengan uang,” tambahnya.

Detective Inspector Colin Riley of Tasmania’s southern Drug Investigation Services stands outside the City Police Station.
Detektif Colin Riley dari satuan pemberantasan narkoba di Kepolisian Tasmania.

ABC News: Henry Zwartz

“Kami sangat tahu siapa saja mereka. Tapi masalahnya bagaimana membuktikannya secara meyakinkan di pengadilan,” kata Riley.

Polisi berhati-hati dengan sumber daya mereka yang terbatas. Hanya sekitar 25 anggota yang secara khusus ditugaskan menangani narkoba di Tasmania.

Geng motor

Bagi Detektif Riley, meningkatnya kehadiran geng motor (OMCG) di Tasmania merupakan persoalan besar.

“OMCG terlibat di dalamnya. Kemudian ada pemain kunci lainnya di luar OMCG,” katanya.

“Mereka menyuplai ke OMCG, atau menerima dari OMCG. , jadi jaringannya berbahaya dan OMCG semuanya ada di situ,” papar Riley

Seorang anggota geng motor menyatakan peran teknologi semakin besar dalam kejahatan terorganisasi.

“Dengarkan ya. Jika Perdana Menteri sudah menggunakan Wickr mengirim pesan, menurutmu, mengapa kami juga tidak menggunakannya?” katanya.

“Tentu saja kami menggunakan cara yang tidak bisa dilacak. Itu hal yang masuk akal,” tambahnya.

Menurut dia, anggota geng motor memandang dirinya sebagai pedagang yang menjual produk untuk memenuhi permintaan pasar.

“Lebih baik memiliki kejahatan terorganisir di pasar daripada kejahatan yang tidak terorganisir. Saya rasa (polisi) diam-diam setuju dengan saya,” katanya.

Semudah memesan pizza

Proporsi pengguna narkoba yang menggunakan sabu-sabu telah meningkat pesat.

Tren Narkoba Tasmania, suatu laporan tahunan dari wawancara dengan pemakai, menunjukkan bahwa persentase pengguna sabu-sabu naik dari 18 persen pada 2010 menjadi 35 persen pada 2017.

Dari angka itu, 88 persen pengguna sekarang menggunakan bentuk sabu-sabu kristal.

Crystal methamphetamine pipe
Kebanyakan narkoba yang beredar di Tasmnia berasal dari luar.

ABC Local: Kate Hill

Salah satu layanan konseling bagi pecandu narkoba, Holyoake, juga mendapati peningkatan pengguna sabu-sabu.

CEO Holyoake, Sarah Charlton, mengatakan ini merupakan hal yang paling mengkhawatirkan.

Sepertiga klien Holyoake adalah pengguna sabu-sabu. Jumlahnya 169 orang pada 2017, naik tajam dari hanya dua orang pada 2011.

“Sekarang sabu-sabu menonjol. Kami selalu mendengar dari klien bahwa Anda dapat mendapatkannya langsung di pintu rumah Anda,” kata Charlton.

“Seakan-akan sama seperti semudah memesan pizza,” ujarnya.

“Kami melihat pemakaian bentuk kristal narkoba ini dalam beberapa tahun terakhir. Ini sangat serius dan kami menyebutnya krisis. Meningkat tajam,” katanya.

Pecandu juga manusia

Gerhard Willemse from The Salvation Army in Tasmania looks directly at camera.
Gerhard Willemse dari Salvation Army.

ABC News: Henry Zwartz

Gerhard Willemse, dari badan amal Salvation Army menyatakan, “Para pencadu itu juga manusia. Rehabilitasi bisa berhasil.”

Willemse merupakan manajer klinis Bridge Program yang bertujuan merehabilitasi para pecandu narkoba.

“Siapa pun bisa menjadi pecandu. Kita semua rentan sepanjang waktu berbeda-beda dalam hidup kita”, katanya.

Willemse mengatakan keseluruhan 79 pecandu yang ikut Bridge Program selama dua tahun terakhir telah menjauh dari narkoba selama lebih enam bulan.

Kunci pemberantasan narkoba

Detektif Riley mengakui kerjasama antara polisi dengan penyedia jasa rehabilitasi merupakan kunci untuk memenangkan pemberantasan narkoba.

“Kami bukan satu-satunya solusi dalam hal ini,” katanya.

Sementara itu di Kota Burnie, Maria masih sibuk berbicara dengan kliennya melalui telepon. Sesekali dia tampak mengayunkan tangannya sambil berbicara.

Tampaknya, malam ini akan menjadi malam yang sibuk baginya.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.