ABC

Selandia Baru Peringatkan Ancaman Campur Tangan China

Wakil Perdana Menteri Selandia Baru yang sekaligus merangkap Menteri Luar Negeri Winston Peters mengatakan adalah “naif” untuk berpikir bahwa masyarakat luas tidak dimata-matai oleh kekuatan asing.

Dalam wawancara dengan Radio Live di Selandia Baru, Winston Peters mengatakan program spionase telah “berlangsung selama beberapa dekade” dari berbagai kekuatan.

Menurut Peters yang menjadi masalah sekarang adalah bahwa tuduhan melakukan mata-mata itu hanya ditujukan kepada China saja, padahal selama ini tindakan tersebut juga dilakukan negara lain.

Dan juga bahwa sikap curiga terhadap warga China sebenarnya disebabkan dari kecurigaan yang bermula dari 100 tahun lalu.

Selain itu juga memang karena kemampuan Beijing yang lebih kuat untuk bisa menjangkau warga mereka sendiri yang berada di luar negeri.

“Itulah alasan mengapa warga China tidak melakukan protes adalah karena mereka takut adanya ancaman dari dalam China ika mereka melakukan hal itu – dan ini sudah terjadi di banyak negara Barat,” katanya.

Selandia Baru bangkit sikapi dorongan China di Pasifik

Campur tangan China terhadap warga mereka di luar negeri ini muncul di saat Selandia Baru harus menghadapi terus meningkatnya pengaruh China di kawasan Pasifik.

Bulan Oktober lalu, Aliansi Lima Mata, yang sebelumnya hanya beranggotakan dinas intelejen lima negara yaitu Inggris, AS, Kanada, Selandia Baru dan Australia – sekarang juga memasukkan Jerman dan Jepang guna mengimbangi meningkatnya kekuatan intelijen China dan Rusia.

Di Selandia Baru, tindakan mata-mata terungkap bulan September 2017, ketika seorang anggota parlemen dari partai oposisi Dr Jian Yang mengaku mengajar bahasa Inggris di sekolah yang diduga melatih mata-mata China.

Pengakuan itu mengungkapkan bahwa Dr Jian mengenyam pendidikan Sekolah Tinggi Teknik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China, dan juga pernah mengajar bahasa di jurusan yang dijalankan oleh “Departemen Ketiga”, organisasi yang menjalankan kegiatan mata-mata China.

Dalam sebuah pernyataan kepada media dia berkata, “Jika Anda mendefinisikan para taruna itu sebagai mata-mata maka saya mengajar mata-mata, ya”.

Profesor Politik China dari University of Canterbury, Anne-Marie Brady
Professor Brady tinggal di lives in Selandia Baru dibawah perlindungan polisi setelah berulang kali berusaha mengungkapkan risetnya mengenai campur tangan China.

Twitter: Anne-Marie Brady

Mobil pakar politik China dirusak

Salah satu contoh mengenai campur tangan China di negara lain adalah ketika Anne-Marie Brady, seorang spesialis Politik China dari Universitas Canterbury, meminta perlindungan polisi setelah rumah dan kantornya diserang orang pada bulan September.

Para penyerang mencuri tiga laptop dan telepon yang berisi materi mengajar dia sebagai profesor pada kajian kebijakan luar negeri China dan usahanya mempengaruhi negara lain termasuk Selandia Baru.

Ia kemudian mengungkapkan bahwa Dinas Intelijen Rahasia Selandia Baru (NZSIS) memeriksa rumahnya untuk mencari apaka ada alat penyadap atau tidak.

“China mencampuri politik Selandia Baru seperti di negara-negara lain, dan komunitas China kita telah memiliki kelompok budaya yang disusupi, atau kelompok lain yang mewakili kepentingan China.” kata Brady.

“Partai-parti politik juga menjadi sasaran. Perdebatan tentang masalah-masalah sedang berlangsung, dan sekarang Winston Peters juga memberikan komentar.”

Profesor Brady telah membangkitkan kemarahan di antara simpatisan Partai Komunis China di dalam dan di luar Selandia Baru.

Dia menulis sebuah makalah yang menyelidiki campur tangan China terhadap negara lain, dan juga memberikan saran kebijakan kepada pemerintah Selandia Baru tentang campur tangan China.

Profesor Brady mengatakan bahwa ia menerima sepucuk surat yang merinci apa yang sedang diupayakan oleh konsulat China untuk “menekan berbagai kekhawatiran warga” komunitas China-Selandia Baru, dan bahwa Profesor Brady merupakan sasaran target mereka berikutnya tanpa membahas secara spesifik ancaman tersebut.

Dua minggu lalu dia melapor ke polisi Selandia Baru bahwa mobilnya dirusak, ia juga mengatakan orang-orang telah menerobos masuk ke garasi rumahnya dan mengempeskan dua ban mobilnya sehingga dia akan mengalami kecelakaan ketika mengemudi.

Polisi Selandia Baru dan lembaga kepolisian internasional, Interpol, saat ini sedang menyelidiki laporan Profesor Brady dan dia dapat perlindungan polisi.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.