ABC

Selama 40 Tahun, Pria Australia Ini Perjuangkan Pernikahan Sesama Jenis di AS

Sementara partai-partai politik di Australia bergulat dengan isu pernikahan sesama jenis, Mahkamah Agung di Amerika Serikat, dalam beberapa hari ke depan, bisa saja mengeluarkan keputusan penting atas masalah ini.

Seperti di Australia, jajak pendapat menunjukkan, mayoritas orang Amerika sekarang mendukung gagasan pernikahan sesama jenis dan upacara ini sudah sah dilakukan di 36 dari 50 negara bagian di sana.

Mahkamah Agung AS diharapkan segera mengambil langkah terakhir dan melarang negara-negara bagian yang tersisa untuk menolak pernikahan sesama jenis.

Richard Adams dan Tony Sullivan bertemu pada tahaun 1971 ketika Tony sedang berlibur ke Los Angeles.
Richard Adams dan Tony Sullivan bertemu pada tahaun 1971 ketika Tony sedang berlibur ke Los Angeles.

Pernikahan sesama jenis telah menjadi pertempuran panjang bagi pria Australia, Tony Sullivan, yang pernikahan dengan suami Amerika-nya pada tahun 1970-an adalah salah satu yang pertama di AS.

Suaminya yang hampir berusia 40 tahun, Richard Adams, meninggal karena kanker tiga tahun lalu.

Mereka bertemu pada tahun 1971, ketika Tony sedang berlibur di Los Angeles.

"Ia adalah seorang idealis. Sebagian besar hidup saya, saya selalu menjadi idealis, dan kami cocok. Kami mengatur pertemuan pada hari berikutnya di Teater China di Grauman – menonton pertunjukan Greta Garbo. Dan itu adalah awal kisahnya. Kami memiliki musim panas yang paling indah," kenangnya.

Pada tahun 1975, kedua pria ini mendengar tentang Clela Rorex, seorang pegawai pengadilan di Boulder, Colorado, yang menerbitkan surat nikah untuk pasangan sesama jenis karena ia tak bisa melihat alasan moral atau hukum untuk melarang pernikahan ini.

Mereka kemudian pergi ke Boulder, menikah, dan kemudian mulai mengurus kepindahan Tony ke AS sebagai pasangan dari warga negara Amerika.

Pernikahan dan pengajuan kewarganegaraan Tony, menjadi berita besar pada saat itu.

"Apa yang paling saya ingat adalah ketika kami kembali ke Los Angeles pada hari berikutnya, dan Richard membungkuk untuk memasukkan kunci ke pintu supaya kami bisa masuk apartemen, saya melihatnya dan ia tak melihat saya menatapnya dan saya pikir, 'ini luar biasa, pria yang luar biasa, ia pergi keluar dari tempat yang luar biasa ini untuk saya'," tutur Tony.

Ia lantas menyambung, "Saya tak pernah tahu cinta luar biasa seperti yang saya alami pada saat itu."

Tapi Tony dan Richards masih memiliki menunggu lama sebelum mereka mendapat tanggapan dari Departemen Imigrasi AS tentang apakah Tony mendapat kewarganegaraan.

Ketika hal itu datang, responnya mengejutkan.

"Anda telah gagal untuk menetapkan bahwa hubungan perkawinan bisa terjadi antara dua sesama jenis," tulis pernyataan di surat itu.

Tony mengatakan, dalam hal tertentu, keputusan itu – dan bahasa ekstrim yang digunakan – adalah sebuah hadiah karena hal itu justru menarik lebih banyak minat media.

"Saya merasa bahwa jika kami ingin perlindungan dari pemerintah, kami membutuhkan pers untuk meliput kami setiap kali sesuatu terjadi. Saya pikir jika mereka tak memberitakan kami, suatu malam pemerintah akan datang dan menangkap saya serta melempar saya keluar dari negara itu," ungkapnya.

Departemen Imigrasi AS menarik surat tersebut tapi klaim pernikaha Tony dan Richard masih ditolak dan mereka dipaksa untuk meninggalkan negara itu.

Mereka pergi ke Eropa dan tinggal di Irlandia, sementara mereka mencoba untuk memikirkan kemana mereka bisa pergi.

Akhirnya, kedua pria ini dihubungi oleh aktivis gay di Australia dan tampaknya solusi mungkin telah dicapai oleh pemerintah Australia, yang akan memungkinkan mereka berdua untuk kembali ke tanah air Tony.

"Saya mendapat telepon. Jika Richard dan saya tak pergi ke Australia selama enam bulan, dan dalam periode itu tak berbicara kepada pers … kami bisa pergi ke Australia, masuk pada hari terpisah, dan kemudian Richard akan diberi dokumen," ceritanya.

Tony lantas menuturkan, "Dan kami terbang ke Australia, kami sampai di sana dan menteri imigrasi tak menjalankan kesepakatan itu. Tiba-tiba ada hal-hal ekstra yang harus kami lakukan."

Tony mengatakan, ia sangat terluka dan keduanya lantas meninggalkan Australia.

"Saya tak pernah merasakan hal yang sama. Tanah yang saya cintai, teman Australia yang saya cintai, tapi saya tak lagi memiliki kebanggaan itu dalam pemerintahan kami. Itu hanya melukai hubungan saya, benar-benar parah," akunya.

Meskipun demikian, Tony menyampaikan, ikatan hubungannya dengan Richard sudah cukup membantu mereka melalui waktu yang sulit.

"Karena hubungan ini, semuanya hanya angin lalu. Ini terdengar norak tapi kami adalah pasangan sejiwa … ada beberapa kesulitan nyata yang kami lalui bersama-sama tapi itu tak terlalu sulit jika kami bersama-sama,” kenangnya.

"Saya tak pernah tahu kalau cinta bisa menjadi seperti apa yang saya miliki," tambahnya.

Mereka pindah kembali ke Amerika Serikat ke sebuah apartemen di mana Tony masih tinggal sebagai orang asing yang tak tercatat, masih mengajukan petisi untuk hak tinggal di AS sebagai pasangan dari warga negara AS.

Keputusan Mahkamah Agung akan mempengaruhi statusnya tetapi bahkan tanpa itu, pernikahannya diakui di sebagian besar negara bagian AS.

Itu adalah situasi yang masih jauh terselesaikan di Australia.

"Pemerintah Australia harus turun tangan dan menyelesaikan masalah ini secara keseluruhan. Australia tak boleh menjadi pengikut. Australia tak seharusnya begitu. Mereka harus menjadi pemimpin," harap Tony.

Seperti di tahun 70-an, Tony sekarang kembali ke sorotan media dan bertempur di Washington untuk hak-hak kaum gay.

"Saya sangat percaya untuk bisa mewariskan sejumlah hal ke generasi berikutnya. Apa yang akan Richard katakana kepada saya saat ini? Ia akan mengatakan, 'kamu mewakili kami berdua, jangan mengacaukannya'," ujarnya.