Seberapa Membantu Tunjangan Uang dari Pemerintah Australia Bagi Warga Indonesia?
Pemerintah Australia memberikan tunjangan uang bagi ‘permanent resident’ (PR) dan warganegara Australia, lewat skema ‘JobKeeper’ dan ‘JobSeeker’. Sejumlah warga Indonesia di Australia yang memenuhi syarat menceritakan seberapa membantu tunjangan tersebut.
Natalia Nuyerepon, perempuan asal Jawa Timur, saat ini bekerja penuh waktu di restoran Hog’s Breath Cafe, di Mildura, sebuah kota di Victoria yang berjarak 550km dari Melbourne.
Terhitung tanggal 23 Maret 2020 lalu, semua restoran, kafe, bar, dan pub harus menutup layanan ‘dine-in’ atau makan di tempat dan hanya menyediakan ‘take away’ dan ‘delivery’.
Namun, cabang restoran tempat ia bekerja harus ditutup sehingga mempengaruhi pekerjaannya sebagai koki.
“Untuk lokasi Mildura, karena populasi penduduk tidak terlalu tinggi seperti Melbourne, jadi [restoran Hog’s Breath] kurang pemasukan untuk membayar karyawan dan sebagainya.”
Akhirnya, Natalia harus mengakses subsidi ‘JobSeeker’ yang tersedia bagi ‘permanent resident’ dan warganegara Australia.
Selama sebulan menunggu tunjangan disetujui dan masuk ke rekeningnya, ia dan suaminya harus hidup dengan sisa tabungan.
“JobSeeker memberikan pendapatan sebesar AU$1.100 (Rp11,5 juta) per dua minggu, [belum dipotong pajak]. Jadi saya mendapatkan AU$654 (Rp6,8 juta) per minggu,” katanya.
Kemudian setelah Pemerintah Australia mengeluarkan tunjangan ‘JobKeeper’, Natalia mendaftar dan beralih ke bantuan subsidi ini yang bernilai AU$1.500 (Rp15,6 juta) per dua minggu sebelum pajak.
Meski nilainya jauh lebih kecil dari pendapatan mingguannya sebelum pandemi, Natalia mengatakan ‘JobKeeper’ saat ini masih membantu.
“Saya berusaha mencukupkan, karena banyak yang berubah dari pendapatan hampir seribu atau seribu lebih [per minggu] … langsung [turun] drastis,” kata Natalia.
Melebihi gaji sebelumnya
Sementara bagi warga Indonesia lainnya, Yuanita Gondorejo, tunjangan ‘JobKeeper’ yang didapatkannya lebih menguntungkan bagi dirinya yang bekerja sebagai karyawan ‘casual’ di toko Daiso.
Sejak pandemi, Yuanita hanya mendapatkan jam kerja satu hingga dua kali, dari sebelumnya tiga atau empat kali per minggu.
Namun, menurut perempuan yang sedang kuliah di RMIT University ini, jumlah uang dari ‘JobKeeper’ justru melebihi gaji normalnya sebelum pandemi.
“Selalu dapat AU$1.300 (Rp13,5 juta) terus, walau jam kerjanya cuma sedikit. Kadang tidak ada, seminggu [hanya] sekali. Tapi itu cukup menguntungkan buat kaminya.”
Dengan uang tersebut, perempuan yang berasal dari Mojokerto ini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mengenai pemotongan jumlah uang ‘JobSeeker’ yang akan efektif di bulan September, Yuanita merasa sedikit sedih, namun tetap bersyukur.
“Karena posisinya sudah dapat [uang] segini, lumayan lah ya … tidak apa-apa,” ujarnya yang mengaku melihat ada beberapa temannya asal Indonesia yang tidak memenuhi syarat mendapat tunjangan ‘JobKeeper’.
Natalia juga menyampaikan hal yang sama dan menurutnya hanya harus menyesuaikan dengan perubahan yang ada.
Membantu bisnis tak bangkrut
Sementara itu, Christian Gunawan, pemilik bisnis otomotif Victory Automotive, mengatakan sulit untuk melihat dampak pengurangan nominal ‘JobKeeper’ terhadap bisnisnya ke depan.
Namun, sebagai pelaku bisnis, ia justru lebih merasa khawatir mengenai kemungkinan Victoria untuk meningkatkan lagi peraturan pembatasan sosial ke tahap empat.
Christian mengatakan pelanggannya kebanyakan berasal dari kawasan lain, bukan hanya dari kawasan timur tempat bengkelnya berada.
Sehingga kalau tahap keempat yang lebih ketat mengatur pergerakan warga untuk tidak keluar dari kawasan mereka tinggal, pelanggan dari kawasan “takut diberhentikan polisi”.
Sejak tahun 2015, Victory Automotive yang berlokasi di kawasan Clayton South, hanya mempekerjakan dua orang pekerja ‘casual’.
Sejak Mei, tunjangan ‘JobKeeper’ telah membantu membayar gaji istrinya, yang terhitung sebagai karyawan ‘casual’, yaitu bagian administratif di bengkelnya.
“Dan ‘company’ [atau perusahaan] kami ‘small team’ [atau kelompok kecil]. Jadi kalau terlalu besar mungkin kita sangat ‘struggling’ [kesulitan].”
Salah satu persyaratan bagi untuk menerima bantuan ‘JobKeeper’ adalah dengan menunjukkan bukti bahwa pendapatan perusahaan yang bersangkutan telah merosot lebih dari 30 persen.
“Omzet kami turun 50 persen. Akhirnya kami mendaftarkan perusahaan kami di myGovID, yang bekerja sama dengan ‘Australian Taxation Office’ [kantor pajak Australia].”
Simak berita lainnya di ABC Indonesia.