ABC

Satu dari lima pria muda Australia enggan hidup

Sebuah penelitian di Australia menunjukkan hampir satu dari lima pria muda di negeri ini merasa enggan hidup. Sebanyak 42 persen dari mereka yang disurvei mengaku mengalami tekanan psikologis.

Laporan penelitian itu menyoroti perlunya layanan kesehatan mental bagi kaum pria muda lewat online dan di luar jam kerja normal.

Didapati bahwa layanan klinis tradisional seringkali mengecewakan anak-anak muda itu, yang seringkali berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri dibanding kelompok usia lainnya dalam masyarakat.

Professor Jane Burns, CEO Pusat Riset Kesehatan Kaum Muda yang mengeluarkan laporan itu, mengatakan, komponen kesehatan mental dalam studi itu didasarkan pada berbagai survei serupa selama lebih dari 10 tahun terakhir.

"Jelas bahwa kesehatan mental anak-anak muda kita tidak sebaik yang kita inginkan. Kita menghadapi tantangan besar, memikirkan bagaimana cara mempromosikan kesehatan mental dan kesejahteraan kaum pria muda di Australia," kata Prof Burns.

Unsur baru dalam penelitian ini adalah survei mengenai teknologi.

Didapati bahwa anak-anak muda itu sangat sering online, baik untuk mencari informasi, mau pun untuk berkomuniasi dan berhubungan dengan kawan-kawan. Ini kebanyakan dilakukan di malam hari.

Menurut Prof Burns, informasi itu memberi pemahaman yang penting mengenai cara lebih baik untuk menjangkau anak-anak muda yang mungkin sedang menghadapi masalah berat.

"Kita tahu bahwa 99 persen anak muda di Australia sering online. Khususnya untuk pria muda, mereka online setelah jam 11 malam. Itu menunjukkan ada cara untuk menjangkau mereka dengan model baru yang bukan seperti cara medis tradisional, dimana orang harus pergi ke dokter umum," tuturnya.

Menurut Prof Burns, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: bagaimana menjangkau anak-anak muda ini di suatu ruangan tempat mereka berada, yakni lingkungan online dan bagaimana membawa layanan ke ruang online itu?

Mahasiswa berusia 20 tahun, Tasman Bain, yang bulan Juli lalu ikut meluncurkan penelitian itu di Melbourne, bercerita, semasa remaja ia menderita masalah kesehatan mental akut.

Pada usia 14 tahun ia menderita gangguan makan yang dikenal sebagai anorexia, dan juga berbagai masalah kesehatan mental lainnya. Ia menuturkan hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks.

"Saya alergi terhadap beberapa jenis makanan, jadi dari kecil diajari agar hati-hati makan karena bisa mematikan," Tasman Bain.

Selagi remaja Tasman juga sering mengalami bullying di sekolah. Ia selalu tidak PD dalam pelajaran olahraga karena tidak pernah sehat benar. Hal-hal itulah yang kemudian menyebabkan dia menderita gangguan makan.

Saat itu ia menjadi terlibat dalam suatu website pro-anorexia. Sekarang ia berpendapat, kalau saja ada bantuan lebih baik di internet, manfaatnya akan sangat besar baginya waktu itu.

Sebagai anak muda, waktunya saat itu banyak dihabiskan online, di Facebook, MySpace, dan meng-Google informasi mengenai gangguan makan.

"Karena banyak informasi itu ditujukan bagi remaja puteri, sebagai seorang remaja putera saya merasa terkucil dan sulit memahami apa yang saya alami," tutur Tasman.

Masalah citra tubuh semakin banyak dijumpai pada kaum muda pria. Penelitian paling akhir tadi mengisyaratkan masalah ini dihadapi oleh sekitar 25 persen orang yang disurvei.

Banyak organisasi dalam sektor kesehatan mental di Australia menyerukan dilakukannya lebih banyak layanan online yang inovatif oleh para pemberi layanan kesehatan mental.

Pimpinan Lembaga Riset Otak dan Jiwa di Universitas Sydney, Professor Ian Hickie, mengatakan, perlu dipikirkan lagi cara untuk menggunakan teknologi unutk mencapai orang-orang muda.

"Generasi lebih tua kurang paham apa yang bisa dikerjakan dengan teknologi online. Mereka cendrung menulis buku, menulis pamflet, lalu memasangnya di internet. Itu tidak kena untuk anak muda," jelasnya.

Sementara anak muda kalau sedang online mereka main game, berinteraksi, ngobrol, membuat content

"Kita perlu berperilaku persis seperti anak-anak muda itu untuk membantu mengatasi masalah ini," kata Prof Hickie.

Jadi, katanya, kita perlu belajar menggunakan teknologi ini dan perlu diajari oleh mereka yang benar-benar menggunakannya.

Menurut Prof Hickie layanan kesehatan mental online itu perlu menarik, interaktif dan memungkinkan orang untuk mulai menyelesaikan masalah bersama-sama di internet.

"Ini benar-benar berbeda dari layanan klinis yang tradisional," demikian Professor Ian Hickie dalam wawancara dengan wartawati ABC, Rachel Carbonell.