Satu Awak Kabin Sriwijaya Air Teridentifikasi, Alat Pelacak Black Box Rusak
Seorang awak kabin berusia 29 tahun atas nama Okky Bisma menjadi korban pertama kecelakaan pesawat Sriwijaya Air yang berhasil diidentifikasi.
Regu penyelam masih terus menyusuri dasar laut di lokasi jatuhnya pesawat sebagai upaya menemukan kotak hitam perekam kokpit pesawat.
Kemarin mereka berhasil mengangkat jenazah manusia, barang-barang pribadi dan serpihan badan pesawat, kemudian pencarian dihentikan sementara karena kondisi gelap.
Seorang petugas kepolisian menjelaskan Okky yang bekerja sebagai awak kabin pesawat berhasil diidentifikasi melalui sidik jarinya.
Para penyidik telah mengirimkan 17 kantong jenazah berisi potongan tubuh manusia untuk diidentifikasi oleh pihak kepolisian.
“Ada begitu banyak puing di bawah sana. Kami baru mengangkat beberapa bagian,” kata Kepala Staf Angkatan Laut Yudo Margono, seraya menambahkan ada sebuah kendaraan yang dikendalikan dari jarak jauh membantu pencarian di dasar laut.
“Mudah-mudahan, saat kami bisa mengeluarkan lebih banyak, dan kotak hitam dapat ditemukan,” jelasnya.
“Semakin cepat kami menemukan korban, semakin baik,” kata Rasman Ms, komandan operasi pencarian dan penyelamatan.
Puluhan helikopter, 53 kapal Angkatan Laut, 20 kapal lainnya, serta 2.600 regu penolong telah melakukan pencarian sejak Minggu.
Regu penyelam menggunakan peralatan pelacak ping berteknologi tinggi untuk mencari target yang teridentifikasi di bawah lumpur dasar laut 20 meter.
Sinyal dari kotak hitam yang berisi perekam suara kokpit dan data penerbangan terdeteksi antara Pulau Lancang dan Laki di Kepulauan Seribu.
Namun kantor berita BBC melaporkan alat yang digunakan untuk menemukan ‘black box’ milik pesawat Sriwijaya Air mengalami “masalah teknis atau kerusakan peralatan”, seperti yang dikatakan petugas.
Kini mereka sedang menunggu ‘ping locator’ yang baru dari Singapura.
Tidak ada indikasi tak wajar
Soerjanto Tjahjono, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), mengatakan pesawat ini kemungkinan masih utuh saat jatuh dan menghantam laut.
Hal itu, katanya, mengingat temuan puing-puing yang tampaknya terfokus di wilayah dasar laut yang relatif sempit.
“Pesawat pecah secara alami saat terbentur air. Sejauh ini tidak ada indikasi kerusakan atau ledakan yang tidak wajar,” kata Tjahjono.
Begitu data penerbangan dan perekam suara kokpit ditemukan, KNKT berharap bisa membaca informasinya dalam tiga hari.
Pesawat Sriwijaya Air yang jatuh sedang menempuh penerbangan domestik ke Pontianak, 740 kilometer dari Jakarta, sebelum menghilang dari layar radar.
Pesawat tersebut lepas landas pada pukul 14:36 pada hari Sabtu dan naik ke ketinggian 10.900 kaki (3.322 meter) dalam waktu empat menit.
Laporan sementara menyebutkan pesawat mulai menukik tajam dan berhenti mengirimkan data 21 detik kemudian.
Pesawat Sriwijaya Air yang dipakai telah berusia 27 tahun, jauh lebih tua dari model Boeing 737 MAX yang sempat bermasalah.
Model 737 yang lebih lama banyak diterbangkan dan tidak memiliki sistem pencegahan stall yang menjadi penyebab krisis keamanan pesawat jenis MAX.
Pada Oktober 2018, sebuah jet Boeing 737 MAX 8, yang dioperasikan oleh Lion Air, jatuh ke Laut Jawa hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Jakarta, menewaskan 189 orang di dalamnya.
Kecelakaan Lion Air adalah bencana maskapai terburuk di Indonesia sejak 1997, ketika 234 orang tewas dalam penerbangan maskapai Garuda di Medan.
Ikuti informasi terkini lainnya di ABC Indonesia.