Sampah Plastik di Lautan Jauh Lebih Besar dari Perkiraan
The Great Pacific Garbage Patch, kumpulan sampah plastik di wilayah perairan utara Samudra Pasifik, memiliki volume sampah 16 kali lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.
Demikian kesimpulan para ilmuwan yang baru saja menyelesaikan penelitian mengenai ukuran kumpulan sampah di lautan dan serpihan yang mengapung di dalamnya.
Para peneliti memperkirakan kumpulan sampah di lautan berukuran 1,6 juta kilometer persegi, hampir seluas negara bagian Queensland di Australia.
Menurut hasil penelitian yang dimuat dalam Jurnal Scientific Reports, dengan ukuran seluas itu diperkirakan terdapat lebih dari 78.000 ton plastik di lautan.
Sebagian besar sampah terdiri atas serpihan seukuran lebih dari 5 cm. Sementara mikroplastik, yang jumlahnya sekitar 8 persen, mencakup 1,8 bilyun potongan plastik yang terapung.
Peneliti Laurent Lebreton mengatakan bahwa kumpulan sampah di lautan meningkat pesat dan diperparah oleh sampah yang terbawa tsunami Jepang pada tahun 2011.
“Kita melihat kumpulan sampah plastik meningkat tajam sejak tahun 1970-an karena alasan yang berbeda,” kata Dr Lebreton dari Ocean Cleanup Foundation di Belanda.
“Kami menemukan sekitar 30 persen dari benda-benda yang dapat diidentifikasi kemungkinan besar berasal dari Jepang,” jelasnya.
“Kami menghubungkan hal itu dengan pemodelan yang kami lakukan serta melihat perkiraan Pemerintah Jepang dalam jumlah yang diperkirakan terbuang ke laut hari itu. Kami erkirakan sekitar 10-20 persen sampah ukuran lebih besar pasca 2011 berasal dari tsunami,” jelas Dr Lebreton.
Sampling sebelumnya, yang memperkirakan kumpulan sampah 4.800 ton, mendasarkan perhitungannya dengan hanya menggunakan jaring dari kapal penelitian untuk mengumpulkan sampah di permukaan laut.
Dr Lebreton mengatakan metode seperti ini tidak mencakup sampah yang lebih besardan cakupan areanya juga terbatas.
“Kita tahu bahwa luas permukaan yang dicakup oleh jaring kapal tidak cukup besar untuk dijadikan representasi yang lebih besar,” katanya.
“Kami putuskan melakukan ekspedisi udara sebagai tambalan. Kami mengumpulkan 7.000 gambar yang membantu kami menghitung sampah ukuran lebih besar termasuk jaring pukat harimau,” tambahnya.
Mencari sumbernya
Dengan memasukkan sampah lebih besar dalam perhitungan, para peneliti menyadari akan mendapatkan angka lebih besar pula. Namun mereka tetap kaget dengan jumlah sampah ukuran lebih besar tersebut.
"Saya tidak menduga bahwa 92 persen sampah itu berupa plastik ukuran lebih besar," kata Dr Lebreton.
Hampir separuh dari sampau ukuran besar yang mereka identifikasi merupakan alat penangkap ikan komersial.
Dr Denise Hardesty dari lembaga penelitian Australia CSIRO menjelaskan wajar saja jika penelitian itu memperkirakan jumlah sampah di lautan yang jauh lebih besar, mengingat metode penelitian yang digunakan.
“Ketika membandingkan survei udara untuk mencari pukat harimau dengan perkiraan yang terfokus pada plastik mengambang, kita tidak membuat perbandingan yang sama,” kata Dr Hardesty, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Pukat harimau jauh lebih berat daripada semua serpihan dan potongan kecil sampah,” katanya.
Dia mengatakan hasil penelitian terbaru ini tetap menunjukkan hal yang memprihatinkan.
“Apakah fokus pada jumlah atau massa, saya rasa tetap mengkhawatirkan. Kita mengakui bahwa hal ini kian meningkat secara global dan memerlukan solusi lokal. Begitu pula tata kelola global untuk menyelesaikan permasalahan ini,” katanya.
"Kita harus mengatasinya sebelum memasuki lautan daripada ketika sudah berada di tengah samudera," jelasnya.
Menurut Dr Hardesty, plastik yang terapung di lautan akhirnya akan terdampar ke pantai.
Namun yang terjadi saat ini suplai limbah ke lautan jauh lebih tinggi daripada yang bisa terdampar ke pantai.
“Ada peningkatan sampah dari pantai kita. Dan kapal pengangkutan dan perikanan juga berkontribusi. Namun bagian terbesar sampah berasal dari darat,” katanya.
Pihak Ocean Cleanup Foundation mengatakan akan memanfaatkan penelitian ini untuk mengembangkan teknologi yang menurut mereka mampu “membersihkan 50 persen sampah dari Great Pacific Garbage Patch dalam lima tahun”.
Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di sini.