ABC

Saat dari Bali, Pilot Lion Air Juga Sempat Minta RTB

Pilot pesawat Lion Air jenis Boeing 737 MAX rute Bali-Jakarta sempat menyampaikan permintaan return to base (RTB) karena adanya masalah teknis, beberapa jam sebelum pesawat yang sama jatuh di Perairan Karawang.

Hal tersebut diungkapkan kepala otoritas bandara wilayah Bali-Nusa Tenggara, Herson, saat dihubungi kemarin.

Menurut Herson, tak lama setelah menyampaikan permintaan RTB, pilot tersebut kemudian menyampaikan lagi bahwa pesawat sudah berjalan normal dan sang pilot tidak akan kembali ke bandara Ngurah Rai sebagaimana permintaan dia sebelumnya.

Permintaan RTB tersebut, katanya, disampaikan sang pilot beberapa menit setelah lepas-landas dari Ngurah Rai, namun masalahnya teratasi dan memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke Cengkareng.

Pesawat yang sama inilah, beberapa jam kemudian, yang jatuh dan menewaskan 189 orang penumpang dan krunya.

“Sang kapten sendiri cukup percaya diri untuk terbang dari Denpasar ke Jakarta,” kata Herson.

Penerbangan Denpasar-Jakarta mendarat di Cengkareng Pukul 10:55 malam, hari Minggu (28/10/2018).

Tidak sampai 8 jam kemudian, jet Boeing 737 MAX ini lepas-landas dari Cengkareng Pukul 6:20 pagi dengan tujuan Pangkal Pinang. Diketahui bahwa hanya 13 menit kemudian pesawat itu pun jatuh ke laut.

Sesaat sebelum kecelakaan itu, pilot pesawat ini menyampaikan permintaan RTB menyebut adanya masalah teknis.

A family member cries at the funeral of Jannatun Cintya Dewi, a passenger of Lion Air flight JT610.
Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 Jannatun Cintya Dewi asal Sidoarjo.

Reuters: Sigit Pamungkas

Seorang juru bicara Lion Air menolak berkomentar saat ditanya mengenai permintaan RTB pada penerbangan sebelumnya. Dia berdalih masalah ini sedang diselidiki pihak berwenang.

Dirut Lion Air Group Edward Sirait awal pekan ini mengakui adanya masalah teknis pada penerbangan Denpasar-Jakarta tetapi dia menyatakan masalah tersebut telah diselesaikan “sesuai prosedur”.

Kecelakaan itu merupakan bencana penerbangan terburuk di Indonesia lebih dari dua dekade.

Kini timbul kekhawatiran baru mengenai keselamatan industri penerbangan di negara yang belum lama dicoret dari daftar hitam Uni Eropa dan AS.

Investigasi berlanjut

Pihak berwenang menyatakan bahwa unit memori penerbangan yang ditemukan kemarin menyimpan data penting tentang penyebab kecelakaan itu.

Para penyelam Marinir TNI AL kemarin menemukan Crash Survivable Memory Unit pesawat itu. Ini menjadi perkembangan penting dalam investigasi penyebab jatuhnya pesawat yang baru berumur dua bulan.

Officials inspect personal belongings retrieved from the waters where Lion Air flight JT 610 is believed to have crashed.
Kecelakaan Lion Air JT-610 merupakan yang terburuk di Indonesia selama lebih dari 20 tahun terakhir.

AP: Tatan Syuflana

Penyidik Komite Nasional Keamanan Transportasi (KNKT) Ony Soeryo Wibowo kepada media menjelaskan bahwa unit tersebut belum ditemukan seluruhnya.

Namun, dia mengatakan bahwa unit yang berhasil diangkat dari dasar laut tersebut terkait dengan perekam data penerbangan atau perekam suara kokpit dan berisi data “sangat penting”.

“Sangat penting, data disimpan di sini, tetapi kami belum tahu apa itu. Apakah itu perekam data penerbangan atau perekam suara kokpit,” ujarnya.

Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko mengatakan bahwa tingkat kerusakan perangkat ini menunjukkan “dampak luar biasa” dari kecelakaan itu.

AP/Reuters