“Rumah Ditutup Karena Virus Corona”: Siswa Malaysia Diusir Oleh Pemilik Rumah di Perth
Seorang siswa Malaysia menceritakan pengusiran yang dialaminya dari tempat tinggalnya di Perth, Australia, karena kekhawatiran si pemilik rumah tentang virus corona, meskipun faktanya dia tidak pernah melakukan perjalanan ke China.
“Helen”, yang disepakati oleh ABC untuk tidak disebutkan identitas aslinya karena khawatir akan menjadi korban diskriminasi lebih lanjut, mengatakan dia menyewa sebuah kamar di sebuah townhouse di pinggiran selatan Perth pada bulan November tahun lalu.
Siswa pengabdian masyarakat ini mengatakan dia tidak menandatangani kontrak tetapi memiliki perjanjian lisan dengan pemilik rumah, yang juga tinggal di rumah tersebut, untuk membayar A$86 atau sekitar Rp860.000 seminggu ditambah tagihan pengeluaran lainnya.
Helen, yang keturunan Cina, pulang ke Malaysia pada 24 Januari untuk mengunjungi keluarga dan teman-temannya untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Dia berkata bahwa dia terbang kembali ke Perth pada tanggal 4 Februari, dan tiba di rumah pada jam 4 pagi. Saat itu ia menemukan semua kunci pintu telah diganti dan ada sebuah catatan yang ditempelkan di pintu depan.
“Rumah ini dikunci karena virus corona.
“Karena Anda telah gagal untuk tetap berhubungan dengan saya saat Organisasi Kesehatan Dunia sudah menyatakan Keadaan Darurat Global atas virus corona, Anda tidak lagi diterima di rumah ini.”
Dalam catatan itu tertera juga nomor ponsel yang dapat dihubungi Helen, sebagai tambahan bahwa pemilik rumah telah berusaha untuk menghubungi Helen ketika dia pergi “berkali-kali tanpa hasil”.
Barang-barang milik Helen diletakkan di luar rumah supaya bisa ia ambil sekembalinya ke Australia.
Pengusiran terkait dengan perjalanan ke luar negeri
Helen mengatakan dia tidak menerima pesan apapun saat berada di Malaysia, tetapi dia mendapati sejumlah pesan teks dari induk semangnya saat ia sudah berada di Australia,.
Salah satu dari pesan yang diterimanya jelas menghubungkan keputusan untuk mengusir Helen dari rumah dengan perjalanan Helen saat wabah corona merebak.
“Anda memutuskan melakukan perjalanan pulang ke rumah untuk Tahun Baru Imlek ketika ketika ada wabah virus corona,” katanya.
“Organisasi kesehatan dunia telah mengumumkan keadaan darurat global dan saya sekarang telah membuat keputusan untuk mengubah kunci rumah dan meletakkan barang-barang Anda di luar karena saya peduli dengan kondisi saya, keluarga, dan teman-teman saya.
“Ini adalah keputusan yang sulit untuk dibuat, tetapi karena Anda telah melakukan perjalanan [ke luar negeri] kami sangat prihatin dan Anda tidak lagi diperkenankan untuk kembali ke rumah.”
Pesan-pesan itu ditandatangani dengan nama yang sesuai dengan nama pada dokumen sertifikat tanah yang terdaftar untuk properti tersebut.
Helen mengatakan kepada Radio ABC Perth bahwa dia merasa sedih dan bingung karena dia tidak pernah berada di dekat China atau kota Wuhan, tempat virus itu berasal.
“Saya belum pernah ke China [jadi] mengapa mereka berpikir saya memiliki virus?” katanya.
Helen mengatakan bahwa dia sudah melapor ke polisi tetapi mereka tidak dapat mengambil tindakan apapun karena dia tidak memiliki perjanjian sewa yang formal dengan pemilik rumah itu.
Akhirnya kini Helen mengaku tinggal dengan seorang temannya.
ABC berusaha untuk menghubungi pemilik rumah, tetapi dia menutup telepon dan panggilan berikutnya pergi ke voicemail.
Tidak ada larangan bepergian ke Malaysia
Kepala Bidang Medis Australia Brendan Murphy minggu ini mengatakan dia semakin khawatir tentang diskriminasi terhadap orang-orang berlatar belakang etnis Tionghoa.
“Tidak ada transmisi komunitas dari virus ini di Australia”
“Tidak ada alasan bagi orang untuk mengenakan masker, tidak ada alasan bagi orang untuk menghindari siapapun,” katanya.
Presiden Asosiasi Chung Wah, di negara bagian Western Australia, Ting Chen mengatakan kepada Radio ABC Perth bahwa ia telah menerima laporan tentang perilaku rasis dan informasi yang salah yang ditujukan kepada anggota komunitas Tionghoa setempat.
Dia mengatakan seorang penduduk di pinggiran utara Perth Joondalup menemukan kata “virus” telah ditulis dengan cat di jalan masuk rumahnya.
“Ini benar-benar tidak dapat diterima,” katanya.
Dia mengatakan, jumlah pelanggan juga turun di restoran China setempat.
“Beberapa hari yang lalu saya pergi ke salah satu restoran Cina yang populer dan itu setengah kosong. Orang-orang takut keluar rumah untuk makan malam,” katanya.
“Namun, saya pikir [negara bagian] Australia Barat adalah tempat yang sangat aman.”
Menurut saran resmi dari Departemen Kesehatan, orang-orang di Australia yang paling beresiko terkena virus adalah mereka yang baru-baru ini berada di daratan China atau telah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terkonfirmasi terjangkit virus tersebut.
Dari total 15 kasus virus corona yang terkonfirmasi di Australia, tidak ada yang berlokasi di negara bagian Australia Barat.
Semua kasus di Australia berasal dari Wuhan kecuali satu orang di negara bagian New South Wales, yang telah melakukan kontak di China dengan pasien yang dikonfirmasi dari Wuhan.
Tidak ada larangan perjalanan atau saran kesehatan dari Pemerintah Australia terkait dengan perjalanan dari Malaysia.
Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini