ABC

Rombongan pertama Rohingya tiba di Thailand selatan

Meskipun musim berlayar belum dimulai sampai akhir Oktober, rombongan pertama orang Rohingya sudah tiba di Thailand.

Perahu bermuatan lebih dari 200 laki-laki Rohingya ditemukan di lokasi pantai di Thailand selatan yang melarikan diri dari tanah kelahirannya menyusul meningkatnya aksi kekerasan di tempat asal mereka.

Phuketwan Tourism News melaporkan manusia perahu orang Rohingya ditemukan di pantai provinsi Satun dan diperkirakan masih akan ada ribuan lainnya mengikuti rombongan pertama di bulan bulan mendatang.

Perahu itu  tiba lebih awal dari perkiraan musim berlayar yang baru dimulai pada akhir Oktober.

Tiga perahu lainnya dilaporkan sudah berangkat dari Rakhine, Myanmar, lokasi mereka tidak diketahui.

Kepolisian setempat menahan orang orang Rohingya itu sambil menunggu personil militer Thailand tiba.

Belum jelas apa yang akan dilakukan selanjutnya terhadap ratusan pencari suaka itu karena pusat imigrasi dan penjara Thailand sudah penuh dengan tahanan Rohingya yang ditangkap delapan bulan lalu.

Pemerintah Thailand diperkirakan masih akan berhadapan dengan masalah kedatangan manusia perahu menyusul musim berlayar yang mulai dekat dan buruknya situasi kekerasan di tempat asal mereka di Rakhine, Myanmar.

Tahun lalu, bentrokan dan aksi kekerasan berlangsung antara warga pemeluk Budha dan minoritas muslim Rohingya di Rakhine.

PBB mencatat peristiwa itu mengakibatkan 140 ribu orang menjadi pengungsi.

Diperkirakan setidaknya 35 ribu laki laki, perempuan, dan anak anak meninggalkan negara itu dengan perahu dan jumlah itu bisa meningkat tiga kali lipat tahun ini.

Pemerintah Thailand memberikan perlindungan dengan menahan semua orang orang Rohigya yang tiba, namun dilaporkan delapan tahanan meninggal di penjara, sementara sisanya banyak yang menjadi korban perdagangan manusia .

Pemerintah Thailand mengatakan akan memakan waktu hingga setahun, ketimbang dengan tengat waktu 6 bulan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dengan orang orang Rohingya yang ditahan di negara itu .

Keputusan tersebut direspon baik oleh kelompok garis keras yang mengatakan hal itu akan mengirim pesan yang kuat kepada Rohingya lainnya, bahwa mereka tidak bisa menjadikan Thailand sebagai rumah mereka.