ABC

Ribuan Perempuan Australia Gelar Unjuk Rasa di Jalanan. Apa yang Terjadi?

Setelah sebulan Gedung Parlemen Australia dituduh memiliki budaya yang tidak melindungi pekerja perempuan, pengunjuk rasa turun ke jalan di Canberra, ibukota Australia, hari Senin ini (15/03).

Dengan menggunakan pakaian serba hitam, mereka menggelar aksi ‘Women’s March for Justice’ dengan pesan utama “enough is enough” atau “sudah cukup”.

Aksi ini digelar bersamaan dengan hari pertama sidang parlemen sejak skandal tuduhan budaya kerja yang melibatkan sejumlah perempuan dan politisi mulai banyak dibicarakan dua pekan lalu.

Tidak hanya di Canberra, aksi ini juga digelar di sejumlah kota lain di Australia, di mana para perempuan dan pendukung mereka bersatu untuk melawan masalah seksisme.

Apa yang terjadi?

Aksi unjuk rasa ini diorganisir oleh Janine Hendry, akademisi asal Melbourne, yang awalnya berharap agar “perempuan yang merasa sangat kecewa” untuk membentuk rantai manusia di sekitar Gedung Parlemen.

Hari ini adalah hari pertama sidang parlemen sejak akhir Februari, ketika sejumlah tuduhan menerpa Gedung Parlemen, termasuk laporan Brittany Higgins yang mengaku diperkosa di dalam kantor Menteri Pertahanan Linda Reynolds.

Secara terpisah, Jaksa Agung Christian Porter sudah dengan tegas membantah tuduhan pemerkosaan yang terjadi lebih dari 30 tahun lalu.

Saat ini Jaksa Agung Christian Porter sedang mengambil cuti karena kesehatan mentalnya.

Penyelenggara memperkirakan ribuan orang, khususnya perempuan, akan turun ke halaman Gedung Parlemen serta lokasi-lokasi lain.

Di kota Perth, unjuk rasa telah dilakukan kemarin yang dihadiri ribuan perempuan dan pendukungnya.

A crowd stretches to fill Forrest Place, holding signs.
Ribuan perempuan dan warga lainnya melakukan unjuk rasa di kota Perth lebih awal pada hari Minggu kemarin.

ABC News: Briana Shepherd

Para pemimpin unjuk rasa telah diundang untuk berbicara dengan Menteri Urusan Perempuan Marise Payne dan Perdana Menteri Scott Morrison.

Namun, penyelenggara ingin agar politisi juga menghadiri unjuk rasa yang digelar di Gedung Parlemen dan mendengarkan pesan mereka secara langsung.

“Kami tidak mau melakukan pertemuan secara tertutup.”

“Lebih dari 100.000 perempuan dan pendukungnya dari setiap lapisan masyarakat telah berani untuk berbicara. Bagaimana akan cukup kalau hanya bertemu dengan tiga perempuan saja?”

Sex Discrimination Commissioner Kate Jenkins speaks.
Komisioner diskriminasi gender, Kate Jenkins sedang melakukan peninjauan kembali soal budaya kerja di Gedung Parlemen.

AAP: David Moir

Apa yang diinginkan para pengunjuk rasa?

Aksi di Gedung Parlemen bertujuan untuk menyampaikan sejumlah seruan agar berbagai tindakan segera dilakukan, termasuk:

  • Investigasi independen atas kasus kekerasan gender
  • Penguatan Undang-Undang Diskriminasi Seks
  • Pelatihan wajib tentang kekerasan gender dan pelecehan seksual untuk anggota parlemen dan staf mereka
  • Komposisi gender 50:50 pada tahun 2030 di semua parlemen Australia

Setidaknya satu tuntutan pengunjuk rasa telah dipenuhi setelah pekan lalu PM Morrison mengumumkan komisioner diskriminasi gender, Kate Jenkins, yang akan melakukan peninjauan soal budaya tempat kerja di Gedung Parlemen.

Saat itu, PM Morrison mengakui, harus ada perubahan budaya kerja di Gedung Parlemen.

Parliament House in Canberra
Awalnya para penyelenggara ingin membuat rantai manusia di Gedung Parlemen, Canberra.

ABC News: Jenny Magee

“Parlemen Australia harus memberi contoh bagi orang lain untuk diikuti,” katanya.

“Parlemen Australia harus mencerminkan praktik terbaik dalam pencegahan dan tanggapan terhadap setiap kasus penindasan, pelecehan seksual, atau serangan seksual.”

Janine mengatakan ia percaya unjuk rasa, yang disebutnya apolitis, akan memastikan adanya perubahan.

“Perempuan yang belum pernah turun ke jalanan sebelumnya bergabung dengan kami. Perempuan yang sudah ikut aksi sepanjang hidup mereka juga ada di sini,” kata Janine.

“Ada orang dari partai politik dan juga bukan partai politik.”

Akankah mengikuti protokol kesehatan?

Acara utama di Canberra telah disetujui oleh otoritas Kesehatan di Kawasan Ibukota Australia (ACT) dan dipastikan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Tapi rencana membentuk rantai manusia di sekitar Gedung Parlemen harus dibatalkan karena alasan keamanan.

“Karena pembatasan COVID, kami tidak dapat melakukannya, tetapi kami masih akan memberikan dampak,” kata Janine.

Siapa pun yang menghadiri unjuk rasa akan diminta untuk melakukan ‘check-in’ dengan aplikasi ‘CBR Check In ACT’ dan ‘hand sanitiser’ akan tersedia di acara tersebut.

Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan dalam Bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini