Ribuan Pengunjuk Rasa Ditangkap Dalam Unjuk Rasa di Berbagai Daerah Indonesia
Bentrokan antara polisi dengan pengunjuk rasa berkaitan dengan penolakan Undang-undang Cipta Kerja terus berlanjut dan memasuki hari ketiga.
Di Jakarta, dua orang mahasiswa yang mengalami cedera di kepala harus dirawat di rumah sakit, sementara enam polisi luka-luka.
Rabu kemarin, ratusan pengunjuk rasa yang berkumpul di dekat Istana Negara saling berteriak dan melemparkan batu.
Beberapa di antaranya membakar pos lalu lintas polisi di persimpangan dekat istana, sementara lainnya membakar ban dan pembatas jalan.
Menjelang malam, beberapa pengunjuk rasa membakar proyek MRT Fase 2, hingga menimbulkan api yang besar.
Bentrokan serupa juga terjadi di kota-kota besar lainnya, seperti Yogyakarta, Medan, Makassar, Manado, dan Bandung.
Sekitar 1.000 pengunjuk rasa telah ditahan di Jakarta, sementara ratusan lainnya ditangkap di beberapa kota lain, menurut keterangan polisi.
UU Cipta Kerja yang menurut pemerintah dirancang untuk memperbanyak lapangan kerja dan disahkan hari Senin lalu, dianggap menggerogoti hak para buruh dan melemahkan perlindungan terhadap lingkungan.
Disebut juga sebagai UU Omnibus dengan mengamandemen 79 undang-undang yang disebutkan disusun untuk menyederhanakan birokrasi dan mendukung usaha pemerintah untuk meningkatkan jumlah investasi negara.
Namun, pengunjuk rasa mengatakan, UU tersebut akan merugikan para pekerja karena mengurangi jumlah pesangon, mencabut aturan terkait pekerja asing, dan menambah ‘outsourcing’, serta mengubah gaji bulanan menjadi per jam.
Seorang buruh pabrik motor yang sudah bekerja berusia 45 tahun, Maulana Syarif menyuarakan kekhawatiran atas disahkannya UU tersebut.
“Saya merasa bertanggung jawab membela rakyat”
Indonesia, dengan setengah dari 270 juta warganya di bawah umur 30 tahun, secara terbuka menarik investor asing dan menjadikan mereka kunci penggerak pertumbuhan ekonomi.
Pandemi virus corona juga telah memukul habis perekonomian Indonesia, dan UU ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia jatuh 5,3 persen di kuartal April-Juni, menurut Badan Pusat Statistik Indonesia.
Bank Dunia menduga PDB akan terus menurun paling tidak 1,6 persen di akhir tahun.
Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), mengajak generasi muda untuk percaya pada tujuan Pemerintah Indonesia.
“Yakinlah bahwa UU ini ada untuk menciptakan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia yang menganggur,” katanya.
Namun, pihak lain mengatakan tidak setuju.
Wakil Ketua Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) Jumisih mengajak pengunjuk rasa agar terus melakukan demonstrasi hingga UU tersebut dicabut.
Ia memperpanjang rencana unjuk rasa tiga hari yang seharusnya berakhir hari ini.
“Saya merasa punya tanggung jawab terhadap warga Indonesia,” ungkap seorang pengunjuk rasa lain, mahasiswa Teknologi Informasi dan Komunikasi, Arawinda Kartika.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Kalimantan Barat, Sutarmidji telah menyerukan pencabutan UU tersebut dalam akun media sosial mereka.
Pihak berwajib khawatir kasus COVID meledak akibat unjuk rasa
Kekhawatiran akan semakin meningkatnya kasus virus corona akibat unjuk rasa terus meningkat di tengah tingginya penularan di banyak daerah Indonesia.
Hingga Kamis, jumlah kematian resmi Indonesia mencapai 11.580, dan adalah yang tertinggi di Asia Tenggara.
Beberapa epidemiolog percaya jumlah kasus virus corona Indonesia akan bertambah secara signifikan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Padahal, secara global, Indonesia merupakan negara dengan jumlah dokter dan perawat paling sedikit bila dihitung per kepala.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyuarakan kekhawatirannya akan kemungkinan adanya pengunjuk rasa yang telah terpapar virus, terutama di Jakarta, yang adalah episentrum penyebaran virus corona.
Total jumlah kasus terkonfirmasi di Indonesia hari ini meningkat ke angka 320.654 dengan kematian sebanyak 11.580.
Kasus di Jakarta sementara itu berjumlah 83.372 dengan kematian sebanyak 1.834.
Artikel ini diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel bahasa Inggris yang dapat dibaca di sini.
Ikuti perkembangan pandemi Australia di ABC Indonesia.