Ribuan Anak dan Remaja di Australia Barat adalah Pelaku KDRT
Sebuah laporan mengungkapkan lebih dari 2000 anak di Australia Barat ditangkap karena melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada orang tua dan saudara mereka dan tidak ada layanan khusus untuk mengatasi masalah ini.
Laporan yang susun oleh Sarah Broadhead dari Layanan Kesehatan Perempuan dan Keluarga ini mencatat data dari kepolisian menunjukan dalam 5 tahun terakhir antara 2009 – 2014, lembaga penegak hukum telah menangkap sebanyak 1,416 anak-anak berusia 10–17 tahun karena melakukan penyerangan, 389 orang karena perilaku mengancam dan 181 orang karena melakukan pelecehan seksual.
Broadhead mengatakan angka itu hanya mewakili fenomena puncak gunung es karena kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak masih sangat sedikit yang dilaporkan.
"Banyak orang tidak melaporkan kasus semacam ini karena takut malu dan hal itu bisa dipahami, terutama ketika hal itu dilakukan oleh anak Anda sendiri," katanya.
Kelompok yang paling beresiko menjadi sasaran KDRT oleh anak-anak adalah ibu tunggal atau single mothers, terutama dalam kasus keluarga yang bercerai atau keluarga bermasalah.
"Kekerasan yang dilakukan beragam mulai dari fisik hingga kekerasan fisik, kekerasan keuangan atau cedera yang bisa mengakibatkan korban sampai harus dilarikan ke rumah sakit,"
"Salah satu klien saya tangannya dibenturkan ke pintu hingga mengalami retak di beberapa bagian tangannya,"
'Lingkaran kekerasan ini berkontribusi memicu serangan kekerasan oleh anak-anak,"
Riset ini juga mendapati kalau tidak seperti pada kasus kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa, kekerasan yang dilakukan anak-anak tidak berkaitan dengan penggunaan narkoba atau alkohol.
"Tapi hal ini terjadi lebih karena dipicu oleh lingkaran kekerasan saja dimana kebanyakan anak-anak yang melakukan kekerasan mencontoh atau meniru kekerasan yang mereka alami di rumah dan menganggapnya sebagai cara hidup yang normal di keluarga mereka,' kata Broadhead.
"Penyebab lain yang ikut menentukan perilaku ini adalah hal-hal seperti salah perlakuan di masa kecil, gaya pengasuhan orang tua yang buruk dan gangguan kesehatan mental pada anak seperti ADHD,"
Berkaitan dengan gaya pengasuhan orang tua, gaya pengasuhan orang tua yang permisif dan terus menerus dapat memicu perilaku kekerasan pada anak-anak sama seperti pendekatan orang tua yang otoriter," katanya.
Layanan Kesehatan Perempuan dan Keluarga berharap laporan mereka ini akan mendorong pemerintah Australia Barat untuk melakukan aksi dan merekomendasikan agar kekerasan yang dilakukan anak-anak ini dapat dimasukan dalam kebijakan mengatasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Ada banyak program yang terbukti berhasil baik di dunia internasional maupun di bagian Timur Australia terkait dengan kekerasan yang dilakukan anak-anak di rumah," tulis laporan itu.
"Namun demikian di Australia Barat masih layanan semacam ini masih kurang efektif dan juga pendanaannya juga tidak memadai untuk mengimplementasikan program-program yang telah terbukti berhasil di daerah lain,"
Broadhead berharap akan ada komitemen bipartisan untuk mengatasi masalah KDRT yang dilakukan oleh anak-anak pasca terbitnya laporan ini.
Menteri Perlindungan Anak, Helen Morton mengatakan kekerasan didalam keluarga ini tidak bisa diterima dalam bentuk apapun.
"Secara tradisional, kebanyakan orang berpikir kekerasan domestik itu selalu dilakukan pria terhadap perempuan, tapi KDRT juga meliputi kasus dimana belakangan ini kita juga semakin menyadari kalau banyak pelaku kekerasan itu juga perempuan dan remaja, anak laki-laki dan anak perempuan dan itu adalah sangat menjadi stigma bagi keluarga tersebut,"
"Tujuan yang paling objektif dengan dalam mengatasi masalah yang melibatkan remaja dan anak-anak adalah upaya pencegahan dan juga intervensi dini, dan intervensi ini sangat perlu untuk dilakukan."
"Karena sangat penting itulah kita harus melakukannya deng fokus dan penuh pertimbangan, untuk jenis kekerasan semacam ini kita harus mengatasi kekerasan antara generasi dikeluarha,"
Menururtnya Pemerintah Australia Barat telah memiliki program, Youth Say No, yang menyasar pada anak-anak muda yang beresiko,"