ABC

Revitalisasi Pemukiman Kumuh Di Indonesian Dan Fiji

Di seluruh dunia, sistem penyediaan air bersih menghadapi tekanan dari perubahan iklim dan ekspansi urbanisasi. Kota-kota mengalami kekeringan, banjir, dan penurunan kualitas aliran air. Saat ini 2,3 milyar orang di seluruh dunia kesulitan mengakses kebutuhan sanitasi dasar dan lebih dari satu milyar orang di antaranya tinggal di pemukiman kumuh atau liar di perkotaan.

Monash Sustainable Development Institute (Institut Pembangunan Berkelanjutan Monash), bersama dengan mitra utamanya Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) dan Wellcome Trust, sepakat menjalankan proyek lima tahun bernama RISE – atau Revitalisation of Informal Settlements and their Environments (Revitalisasi Pemukiman Kumuh Di Lingkungannya).

Dengan mengandalkan keahlian di sektor kesehatan masyarakat, teknik, desain perkotaan, ekologi, ekonomi dan ilmu sosial, RISE akan merevitalisasi 24 pemukimanliar di Indonesia dan Fiji.

Kami berbincang dengan direktur proyek, Rebekah Brown dan Professor Karin Leder tentang dampak dari proyek ini.

Skip YouTube Video

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

Kehidupan masyarakat dapat meningkat melalui revitalisasi pemukiman kumuh. Monash University

Apakah dampak dari sanitasi yang buruk di tengah masyarakat kurang mampu yang tinggal di pemukiman kumuh?

Karin: Yang mengejutkan karena hanya ada sedikit data terkait pemukiman kumuh dan liar. Apa yang kami ketahui bahwa yang terjadi adalah masyarakat yang hidup di sana menderita masalah pencernaan, termasuk diare yang akut dan sangat mudah terjangkit kuman pembawa penyakit yang berasal dari lingkungan yang mengakibatkan peradangan saluran pencernaan, penyerapan gizi yang buruk dan pertumbuhan anak-anak yang tidak seimbang.

Pemukiman kumuh juga rawan terhadap banjir dan genangan air, yang membawa resiko terjangkit penyakit yang dibawa oleh nyamuk seperti demam berdarah dan malaria. Lingkungan yang lembab dapat menyebabkan berbagai jenis masalah dan infeksi kulit, dan orang-orang yang tinggal di tempah yang sempit dan berdesakan dapat mudah tertular infeksi pernapasan.

Kami juga mengamati potensi terpaparnya masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai ‘immersion diseases’ yakni kondisi yang timbul akibat berjalan melalui daerah aliran air seperti sungai, aliran air atau melalui lumpur.

Apa yang membedakan proyek ini dari proyek-proyek revitalisasi daerah kumuh lainnya?

Rebekah: Cara tradisional untuk melakukan revitalisasi kawasan kumuh adalah dengan memindahkan seluruh penduduk keluar dari tempat tinggal mereka secara bergelombang dan memindahkan mereka ke rumah susun model tahun 1960an: proses seperti ini sangat mahal, seluruh penduduk dipindahkan sekaligus dan cenderung cara semacam ini kurang memiliki pelibatan di tingkat masyarakat selama prosesnya.

Model dari proyek kami lebih bersifat tambahan dan disesuaikan di setiap lokasi dan kelompok masyarakat.

Kami sangat beruntung karena memiliki mitra utama di Asian Development Bank dan CRC for Water Sensitive Cities yang memiliki hubungan jangka panjang dengan kelompok-kelompok masyarakat dan pemerintah di kawasan yang akan menjadi lokasi proyek ini. Kami membangun hubungan dengan universitas-universitas lokal dan juga akan menunjuk manajer proyek lokal di negara tempat berlangsungnya proyek serta petugas yang melakukan penilaian adalah staf lokal yang memahami norma dan nilai lokal.

Orang-orang sudah lama menginginkan solusi berbeda untuk memperkuat kelompok masyarakat, selain mengedepankan niat baik. Biasanya, tidak ada solusi teknis untuk isu-isu kesehatan dan lingkungan yang dihadapi masyarakat, tapi proyek ini memiliki potensi untuk menawarkan keduanya. Dana sebesar 11 milyar dollar AS (lebih dari 110 triliun rupiah) dikeluarkan setiap tahun untuk bantuan global, dan terdapat peluang luar biasa untuk proyek ini untuk menginformasikan pengeluaran yang sedang berjalan.

Apakah Anda berharap melihat terbukanya peluang kerja dan/atau pertanian swadaya bagi mereka yang tinggal di pemukiman liar sebagai hasil dari proyek ini?

Rebekah: Jika kita memikirkan tentang proses pengentasan kemiskinan, tujuannya adalah untuk membuka akses bagi peningkatan kesejahteraan. Meskipun proyek RISE bukan sebuah proyek yang secara khusus bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, apa yang kita ketahui adalah bahwa bila masyarakat tidak memilki sanitasi dan sumber air bersih yang memadai, perlindungan dari naiknya tingkat air laut dan hidup di lingkungan yang sangat tercemar, adalah sangat sulit untuk mengakses peningkatan kesejahteraan bila kita menghadapi masalah ini setiap hari.

Salah satu dari solusi yang kami tawarkan adalah menyediakan sumber air bagi pertanian urban. Kami mengamati bahwa di sejumlah pemukiman kumuh ini, masyarakat menanam sumber pangan sendiri di tempat tinggal mereka. Fakta bahwa kami akan menyiapkan sumber air tambahan di kawasan kumuh ini dapat menjadi peluang lokal untuk menghasilkan lebih banyak sumber pangan yang sebelumnya belum tentu bisa dilakukan.

Dengan intervensi ini saja, akses terhadap ide baru, memiliki potensi untuk mengembangkan semangat wirausaha masyarakat. Saya memiliki kepercayaan yang sangat tinggi bagi kelompok masyarakat ini dan kemampuan wirausaha mereka.

Dipimpin oleh Monash Sustainable Development Institute, proyek ini dengan bangga didukung oleh mitra berikut ini:

  • Asian Development Bank
  • Co-operative Research Centre for Water Sensitive Cities
  • Stanford University
  • Emory University
  • University of Melbourne
  • World Health Organisation
  • Oxfam
  • WaterAid

Peneliti untuk proyek ini berasal dari lima fakultas di Monash University:

Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Fakultas Seni, Desain dan Arsitektur

Fakultas Sains

Monash Business School

Fakultas Teknik

Artikel ini diproduksi oleh Monash University.