ABC

Restoran Karen’s Diner di Australia Tutup, Akankah Tuduhan Pelecehan Terselesaikan?

Mantan karyawan Karen's Diner yang menuduh restoran tersebut sebagai tempat kerja yang tidak aman mengatakan mereka khawatir proses hukum yang sedang mereka hadapi tidak akan terselesaikan, setelah bisnis tersebut melakukan  likuidasi sukarela.

Bulan Mei lalu, sebuah unggahan di akun Instagram Karen's Diner mengonfirmasi penutupan segera beberapa cabang tokonya di Australia.

Penutupan tersebut terjadi setelah ABC melaporkan bagaimana para pegawai di Karen's Diner mengatakan mereka diduga mengalami pelecehan seksual dan fisik oleh pelanggan dan dipaksa untuk menandatangani buku pegangan karyawan yang mencakup pernyataan meminta staf untuk melupakan laporan cedera.

Restoran tersebut dibuka karena terinspirasi dengan "Karen", istilah yang merujuk pada perempuan kulit putih yang seringkali memberi komentar blak-blakan.

Restoran ini menjadi viral, setelah ditonton 1,5 miliar kali di TikTok dan mendapatkan satu juta pengikut di akun sosial media mereka sejak pembukaannya kurang dari dua tahun yang lalu.

Tahun lalu, WorkSafe Victoria mengonfirmasi sedang melakukan penyelidikan pada cabang Karen's Diner di Melbourne. Tapi sejak penutupannya mengatakan tidak mengambil tindakan lebih lanjut.

Pekerja masih menunggu jawaban

Kali Arumugam, santan karyawan Karen's Diner mengatakan dirinya "frustrasi dan tidak puas" karena perusahaan tersebut tidak dimintai pertanggungjawaban.

"

"Saya benar-benar terkejut dengan betapa kurang ajarnya mereka, terutama setelah banyak dari staf maju dan berbicara tentang pengalaman kami," katanya.

"

Kali, yang mengatakan "kulitnya diusap-usap" oleh pelanggan, adalah salah satu dari tiga mantan pekerja yang masih menuntut pertanggungjawaban dari Viral Ventures, perusahaan pengelola Karen's Diner.

Namun sejak berita likuidasi tersebut, ia mengaku "tidak terlalu yakin" jika kasus hukumnya akan selesai.

"Setiap interaksi yang kami lakukan dengan mereka pasca-pekerjaan selalu ditanggapi dengan pemecatan atau permusuhan," katanya.

"Sangat sedikit, bahkan tidak yakin sama sekali, jika segala sesuatunya akan berubah, dan saya kira satu-satunya hal positif yang saya yakini saat ini adalah setidaknya tidak ada lagi karyawan di Australia yang harus berurusan dengan mereka."

'Ditakdirkan untuk gagal'

Felicity Sowerbutts, direktur dari lembaga Young Workers Centre, mengatakan dengan ditutupnya sejumlah restoran, "hampir tidak mungkin" karyawan memiliki jalan lain.

"Tapi pada akhirnya, ini menunjukkan bisnis yang menempatkan stafnya pada risiko ekstrem pelecehan pelanggan, membiarkan pekerjanya, dan dengan sengaja menciptakan lingkungan yang tidak aman jelas akan gagal," katanya.

Ia juga prihatin dengan langkah bisnis untuk mengiklankan staf untuk "Karen's Diner on tour", tepat setelah dilikuidasi, sehingga memaksa karyawannya saat ini untuk berhenti bekerja.

Felicity yakin perusahaan Viral Ventures sebenarnya malah mencari orang untuk berinvestasi dan membeli franchise Karen's Diner.

"

"Sayangnya, berdasarkan penelitian kami, model bisnis waralaba juga tidak aman bagi pekerja," ujarnya.

"

Penelitian yang dilakukan oleh lembaga tersebut menunjukkan lebih dari 60 persen pekerja muda yang dipekerjakan oleh waralaba menerima upah yang kurang.

Membuka celah pelecehan di tempat kerja

Profesor Paula McDonald, Associate Dean Research di fakultas bisnis dan hukum Queenland University of Technology, yang juga anggota Center for the Decent Work Industry mengatakan pekerja perhotelan secara tidak proporsional lebih mungkin mengalami pelecehan seksual dibandingkan dengan industri lain.

Namun, ia mengatakan premis Karen's Diner akan menciptakan kondisi tersebut ketimbang menghilangkannya.

"

"Saya tidak bisa memikirkan model bisnis yang akan menempatkan karyawan pada risiko psikologis yang lebih besar daripada model ini," katanya.

"

Di Indonesia, dua orang pegawai Karen's Diner cabang Bali sempat menjadi korban kekerasan fisik oleh pelanggan.

Media lokal melaporkan dalam berita acara tertanggal 14 Mei 2023, yang diperoleh dari akun Instagram karensdinerbali, seorang dokter berinisial TK "memukul dengan keras bagian belakang badan" seorang pegawai bernama Sahrul.

Dalam pernyataan berita acara tersebut juga tertulis tindakan dokter tersebut terhadap pegawai lainnya yang bernama Tiara.

"Dokter TK mendorong tangan Tiara, lalu mendorong badan Tiara dengan keras, kemudian menampar wajah Tiara dari depan dengan keras," bunyi kalimat dalam berita acara tersebut.

Namun pada salah satu unggahan akun Instagram karensdinerbali, Tiara dan pelaku yang akhirnya dinamai "Pak Teguh" memutuskan untuk "menempuh jalur damai."

Tiga hari kemudian, "aturan main" dalam restoran yang harus dipatuhi diunggah di akun tersebut.

Meski Karen's Diner memiliki aturan yang dirancang untuk melindungi staf dan pelanggan mereka, Profesor McDonald mengatakan pedoman saja tidak cukup.

"

"[Ini] model bisnis yang secara efektif mendorong pelecehan verbal," katanya.

"

"Hampir tidak mungkin untuk mengawasi perilaku semacam itu … dan di mana kita menentukan  batasan jika kekasaran dan pelecehan verbal baik-baik saja, tetapi jika terkait dengan gender atau ras, menjadi tidak dibenarkan?"

ABC telah menghubungi Viral Ventures untuk memberikan komentar.


Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris