ABC

Remaja Pengisap Ganja Lebih Beresiko Bunuh Diri

Sebuah studi terbaru mengungkapkan remaja yang mengkonsumsi ganja secara reguler sebelum menginjak usia 17 tahun, lebih beresiko melakukan bunuh diri.

Riset nasional yang dilakukan oleh Pusat Riset Narkoba dan Alkohol Nasional (NDARC) di Universitas New South Wales, Australia, diklaim sebagai salah satu riset yang berhasil mengungkapkan bukti-bukti terbaik mengenai dampak buruk ganja atau mariyuana pada masa remaja.

"Hasil riset ini waktunya sangat tepat, lantaran beberapa negara bagian di AS dan sejumlah negara Amerika Latin telah memutuskan untuk melegalkan ganja. Padahal, kebijakan itu akan memudahkan akses orang muda terhadap ganja," kata penulis studi ini, Profesor Richard Mattick

Dalam studi ini, peneliti dari Australia dan Selandia Baru menggabungkan data dari 3.765 partisipan, dari 3 riset yang berlangsung lama untuk melihat keterkaitan antara frekuensi penggunaan ganja sebelum usia pengguna mencapai 17 tahun.

Peneliti menyelidiki 7 hasil perkembangan mental yang terjadi pada pengguna hingga mereka berusia 30 tahun. Di antaranya apakah para remaja pengguna bisa menyelesaikan sekolahnya, bisa meraih gelar sarjana, apakah mereka menjadi kecanduan ganja. Selain itu, apakah mereka juga menggunakan narkoba jenis lainnya, pernah berusaha melakukan bunuh diri, menderita depresi dan apakah kehidupan mereka sejahtera.

Ternyata riset ini mendapati kalau remaja yang rutin mengkonsumsi ganja sebelum berusia 17 tahun, 60 persen lebih kecil peluangnya untuk dapat menyelesaikan sekolah menengah atau mendapatkan gelar sarjana.

Analisis data yang luas juga mengindikasikan para remaja yang mengkonsumsi ganja setiap hari setelah dewasa 7 kali beresiko melakukan percobaan bunuh diri.

Riset ini juga mendapati kalau para remaja yang mengkonsumsi ganja berpeluang 18 kali lebih tinggi mengalami ketergantungan pada ganja dibandingkan yang lain, dan 8 kali lebih tinggi juga untuk mengalami ketergantungan pada narkoba jenis lainnya dalam kehidupannnya.

Profesor Simon Denny dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Auckland mengatakan riset ini menunjukan semakin sering seseorang mengkonsumsi ganja, maka akan semakin tinggi juga resikonya untuk memiliki masa depan yang buruk.

"Hasil riset ini menyediakan bukti-bukti terbaik terbaru mengenai dampak buruk penggunaan ganja pada masa remaja. Apalagi studi ini menggbungkan data riset lama yang berhasil melacak dan memantau kualitas hidup remaja pengguna ganja hingga mereka dewasa," katanya.

Ganja atau cannabis merupakan salah satu obat-obatan terlarang yang digunakan secara luas oleh para remaja di Australia. Diperkirakan sekitar 1% remaja berusia 14- 19 tahun di Australia mengkonsumsi ganja setiap harinya, sementara 4% rutin mengkonsumsi ganja setiap minggu.

Peneliti utama dalam riset ini, Dr Edmund Silins mengatakan temuan ini waktunya sangat tepat.

"Hasil riset yang kami lakukan berhasil menyediakan bukti kuat mengenai pentingnya upaya mencegah atau menunda penggunaan ganja yang tampaknya dapat memberikan dampak positif yang luas untuk kesehatan dan sosial," kata  Silins.

"Upaya untuk mereformasi legislasi ganja juga harus ditinjau secara hati-hati  untuk memastikan aturan itu dapat mengurangi jumlah remaja yang mengkonsumsi ganja," katanya.

Riset ini akan dipublikasikan dalam Jurnal The Lancet Psychiatry.