ABC

Remaja Berbagi Gambar Telanjang Tidak Sebanyak Dugaan Awal

Hasil penelitian terbaru dari Komisi Keamanan Internet Pemerintah Federal Australia menunjukan jumlah remaja yang mengirimkan gambar telanjang mereka sendiri di internet ternyata jauh lebih sedikit dari dugaan sebelumnya.

Di Australia dan Selandia Baru, para peneliti menemukan kurang dari 1 dari 20 orang remaja yang kedapatan mengirim gambar telanjang diri mereka sendiri meskipun 90 persen dari mereka meyakini kalau sebagian besar dari rekan sebaya mereka melakukannya.

Penelitian ini secara khusus menekankan keprihatinan terhadap tindakan pengiriman, permintaan, dan penerimaan gambar-gambar telanjang atau semi telanjang [di kalangan remaja], dengan mengesampingkan [praktek serupa] dalam bentuk pesan tertulis.

Di Selandia Baru dan Australia, penelitian ini difokuskan pada anak-anak remaja berusia 14 sampai 17 tahun, dan di Inggris, anak-anak dengan usia paling muda 11 tahun juga diikutsertakan.

“Kami tahu bahwa praktek ‘sexting’ [bertukar pesan bernada/berbentuk materi seksual] adalah sebuah fenomena global, dan bekerja sama dengan mitra kami di Selandia Baru dan Inggris, kami ingin memahami persamaan dan perbedaan dalam hal tren tersebut,” papar Komisaris eSafety,  Julie Inman Grant.

“Sejauh yang saya ketahui, itu adalah hasil yang bagus, itu berarti praktek sexting ini belum dikunci, dan kita bisa menggunakan pendidikan dan pencegahan untuk menjangkau para remaja ini.”

Gap antara persepsi dan kenyataan

Hasil penelitian ini luar biasa konsisten, menurut Direktur Pusat Internet yang Lebih Aman di Inggris, David Wright.

“Kesimpulan utama yang kami lakukan adalah adanya kondisi yang kontras antara persepsi dan kenyataan,” kata David Wright.

“Penelitian ini memungkinkan kita untuk menantang gelombang pasang dari normalisasi yang kita saksikan di media. Jadi, kita bisa melakukannya melalui program pendidikan.”

Sexting di kalangan remaja adalah praktek yang mengglobal
Jika anda dianiaya oleh orang asing di jalanan, tersedia bantuan. Kondisi serupa seharusnya juga tersedia di dunia online.

Dianne Gardiner, Direktur Eksekutif,  Bastion Latitude, yang menjalankan survei ini di Australia, mengatakan bahwa penelitian di Australia menunjukkan adanya perpecahan gender.

“Gadis remaja hampir dua kali lebih mungkin memiliki gambar telanjang atau semi telanjang daripada anak remaja putera … dan mereka juga cenderung menerima gambar telanjang yang tidak mereka minta,” kata Dianne Gardiner.

“Kenyataannya adalah, ini sebagian besar merupakan emosi negative. Hampir enam dari 10 orang mengungkapkan perasaaan tidak nyaman mereka. Dimana 4 dari 10 remaja mengaku mereka merasa jijik, dan 1 dari empat orang mengaku merasa tertekan.

Dan sementara penelitian baru tersebut mungkin memberi sedikit kelegaan bagi kalangan orang tua, Daniel Kardefelt-Winther dari UNICEF mengatakan bahwa risiko praktek sexting ini bagi kaum muda sangat signifikan.

“Kami melihat persentase anak yang cukup rendah yang terlibat dalam perilaku sexting,” kata Kardefelt-Winther.

“Tapi saya kira meskipun demikian, menurut saya ini adalah salah satu perilaku yang memiliki potensi bahaya tertinggi. Dan sangat parah, sangat membahayakan.”

Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.