ABC

Remaja Australia Banyak Lakukan Transaksi Belanja online

Sebuah survery terbaru menunjukan ratusan remaja Australia melakukan transaksi belanja online tanpa seizin orang tua mereka. Dalam beberapa kasus bahkan menyebabkan keluarga mereka terlilit tagihan hingga ribuan dollar.

Survey yang dilakukan oleh lembaga nirlaba Yayasan Keuangan Dasar ini juga menemukan beberapa orang tua terpaksa harus menunda membayar tagihan atau mengurangi pengeluaran penting lainnya demi membayarkan ttansaksi belanja online anak mereka.

“Setengah dari belanja online yang berlebihan oleh anak kecil dan remaja ini adalah dengan menggunakan kartu kredit atau kartu debit orang tua mereka,” kata Direktur Eksekutif Financial Basics Foundation, Katrina Birch.

“Sangat menarik bagi mereka untuk menekan ‘bayar sekarang’ tanpa memahami konsekuensinya.”

Survei terhadap 1.000 orang tua ini menemukan 56 persen dari reponden telah dipaksa untuk membayar tagihan belanja berlebihan anak remaja mereka, sebagian besar untuk data ponsel, pembelian game, musik dan video streaming.

Tiga puluh empat persen orang tua mengatakan anak-anak mereka melakukan kesalahan yang jujur, sementara 29 persen mengatakan mereka secara sadar telah berbelanja secara berlebihan.

Serta menggunakan kartu kredit orang tua mereka, remaja menggunakan kartu debit mereka sendiri.

Meskipun sebagian besar pembelian kurang dari $ 100 (RP 1 juta), yang paling mahal adalah $ 7.000 (Rp 74 juta).

Rory Taylor dan ibunya Mairead Taylor
Salah satu anak laki-laki Mairead Taylor tidak sengaja berutang $32 atau setara Rp338 ribu.

Supplied

Tiga belas persen keluarga bahkan harus menunda membayar tagihan atau mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari karena harus membayarkan tagihan belanja online anak mereka.

Mairead Taylor sangat berhati-hati dengan pengeluaran anak-anaknya Jack, 14 tahun dan Rory, 11 tahun.

Namun demikian hal itu tidak menghentikan terjadinya pembelian tidak sengaja ketika Jack mendapatkan telepon pertamanya sewaktu masih berusia 7 tahun.

Meskipun penyedia telepon telah mengatakan kepada Mairead Taylor bahwa telepon tersebut memiliki kontrol orangtua dan tidak dapat digunakan untuk membeli apa pun tanpa masukannya, tagihan pertama dari ponsel anaknya memiliki tambahan tagihan $ 32 atau sekitar Rp 350 ribu.

“Dia [Jack] mengira dia pasti telah mengklik sesuatu di Facebook. Dia tidak tahu apa itu,” katanya.

Dia berjuang melakukan pembayaran itu selama 18 bulan, sampai penyedia akhirnya mengalah dan memberinya kredit $ 100 untuk masalah yang dialaminya.

Kebijakan keluarga mereka adalah tidak memasukkan perincian kartu kredit ke iTunes atau di situs web apa pun di perangkat putra mereka.

Jika mereka ingin melakukan pembelian, mereka harus menggunakan uang mereka sendiri dan membeli voucher dari toko ritel.

Mereka kemudian memasukkan rincian voucher secara online.

“Dengan cara itu mereka menggunakan uang mereka, dan mereka tahu mereka membelanjakan uang nyata,” kata Meiread Taylor.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.