ABC

Relawan Jemput Anjing Yang Ditinggalkan di Zona Merah Gunung Agung

Di dalam zona eksklusi di sekitar Gunung Agung Bali, tim relawan berlomba untuk menyelamatkan ratusan anjing liar yang ditinggalkan sebelum mereka menjadi korban letusan gunung berapi.

Mereka melakukan misi berisiko ke “zona merah” untuk membawa anjing-anjing itu keluar ke tempat penampungan hewan darurat yang dikelola oleh badan amal hewan.

Zona, yang ditandai merah pada peta darurat, itu dianggap berisiko tinggi terkena lava dan gas saat terjadi letusan.

Janice Girardi dari Asosiasi Kesejahteraan Hewan Bali (BAWA) mengatakan bahwa timnya akan menyelamatkan anjing-anjing liar itu dan juga hewan-hewan peliharaan warga.

"Anjing-anjing liar yang kami selamatkan sering terlihat di lapangan tanpa ada desa di sekitarnya, mereka baru saja dicampakkan dan kami menjemput mereka dari jalanan," ujar Janice.

Setelah menangkap anjing-anjing itu, para relawan BAWA memvaksinasi dan memotret mereka jika suatu hari sang pemilik datang mencari mereka.

Sekitar 100.000 orang kini tinggal di akomodasi darurat dan bergantung pada pasokan pemerintah untuk bertahan hidup – mereka tak bisa membawa hewan peliharaan bersama mereka.

Hewan-hewan itu ketakutan dan tak bisa ditinggalkan di gunung untuk meregang nyawa, kata Janice.

“Saat gunung berapi meletus, ia akan menyemburkan gas panas, abu”, sebutnya.

“Selain itu, jumlah getaran yang kami alami, melihat anjing-anjing itu berlari menuruni bukit.”

“Kami akan memasuki ‘zona merah’ dan kami akan mengalami getaran dan Anda akan melihat anjing-anjing itu mengamuk.”

"Mereka sangat takut, mereka telah dicampakkan, mereka telah ditinggalkan tanpa makanan dan tanpa air, dan terkadang mereka dirantai, jadi mereka tidak memiliki akses untuk menyelamatkan diri mereka sendiri."

Anjing-anjing yang telah diselamatkan dari sekitar Gunung Agung.
Anjing-anjing yang telah diselamatkan dari sekitar Gunung Agung.

ABC News: Archicco Guilianno

Pada hari Rabu (27/9/2017), para relawan BAWA pergi ke satu desa yang terletak sekitar 9 kilometer dari Gunung Agung.

Mereka dipanggil oleh Komang Mangku Putri, yang tak memiliki tempat untuk membawa hewan-hewannya.

Setiap hari, ia kembali ke rumahnya dari tempat penampungan darurat untuk memberi makan hewan peliharaannya.

Itu adalah tempat yang berbahaya dan berada dalam zona terdampak letusan gunung berapi.

“Saya sedih harus terpisah dari anjing saya sementara ini, tapi saya merasa lega,” tuturnya.

"Saya akan membawa mereka kembali suatu saat nanti saat situasinya sudah aman," ujar Komang.

Beberapa anjing yang lebih besar harus dibius agar tim BAWA mampu membawa mereka ke tempat penampungan.

Dewa Made Suarjana bertugas untuk melumpuhkan para hewan dengan obat penenang yang dimasukkan ke dalam anak panah kecil.

Warga yang dievakuasi tak bisa membawa hewan peliharaan mereka.
Warga yang dievakuasi tak bisa membawa hewan peliharaan mereka.

ABC News: Archicco Guilianno

Ia mengatakan bahwa dirinya memahami risiko bekerja di zona merah.

"Ada risiko, tapi ini panggilan," aku Dewa.

“Kematian bukan urusan kita, itu keputusan Tuhan.”

“Semua pekerjaan punya risiko.”

Di saat tim itu bekerja di zona merah, penduduk desa setempat mendekati mereka untuk menyerahkan hewan peliharaan mereka.

“Saya harap saya menyerahkan mereka ke tangan yang baik,” kata Wayan Arta, yang meninggalkan dua anjing, Edo dan Mochi.

“Saya harap mereka akan mengurus si anjing dan memberinya makan, karena keluarga saya dan saya harus mengungsi dan kami tak bisa merawat mereka.”

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.