ABC

Relawan Australia Tetap Bantu Korban Gempa Lombok Meski Sama-Sama Kesusahan

Seorang relawan perempuan Tasmania di Lombok menceritakan bagaimana kesulitan yang dialami pulau tersebut setelah beberapa kali dilanda gempa bumi. Ia pun sedang bimbang apakah memutuskan untuk tetap tinggal atau pergi keluar Lombok.

Jodie Epper menjadi relawan dengan organisasi non-pemerintah ‘Jaringan Masyarakat Sipil’ (JMS) di Lombok bersama suami dan putranya, sebagai bagian dari Program Relawan Australia ketika gempa bumi di Lombok terjadi pertama kali awal bulan ini.

Ia tinggal di Lombok untuk memberikan bantuan dan telah menggalang dana untuk persediaan darurat lewat JMS.

Rumahnya sendiri rusak saat gempa kedua menerjang Lombok.

Ia dan keluarganya telah tidur di luar.

Kepada ABC Radio Hobart, Jodie mengatakan ia dan keluarganya baru saja tiba di Bali, ketika gempa lain kembali mengguncang Lombok.

Jodie Epper bekerja sama dengan relawan lainnya dari JMS saat gempa pertama kali mengguncang Lombok.
Jodie Epper bekerja sama dengan relawan lainnya dari JMS saat gempa pertama kali mengguncang Lombok.

Foto: Koleksi pribadi

Berbicara tentang kehidupan di Lombok sejak gempa, ia mengatakan Lombok berada di ujung tanduk.

“Sedang sulit; banyak orang sangat takut,” katanya.

“Setengah pulau benar-benar baik, separuh lainnya benar-benar hancur … ada perbedaan.”

Jodie mengatakan gempa susulan telah membuat orang patah semangat.

“Saya memikirkan jangka panjangnya dan dengan berada di zona bencana membuat orang sangat lelah.”

“Mempengaruhi keputusan saya, orang jadi cepat marah, dan menjadi gelisah.”

Jodei Epper telah membantu menggalang dana, termasuk lewat permainan untuk anak-anak.
Jodei Epper telah membantu menggalang dana, termasuk lewat permainan untuk anak-anak.

Foto: Jodie Epper

Menggalang dana untuk kebutuhan gawat darurat

Jodie juga menggalang lewat crowdfunding online dan telah mengumpulkan lebih dari AU$7.500, atau lebih dari Rp 75 juta hingga saat ini.

“Biaya ini langsung dimanfaatkan,” katanya.

Dana tersebut digunakan untuk barang-barang penting seperti terpal, selimut, susu formula bayi, dan popok.

Ia juga memberikan bantuan ‘kamp pemulihan keliling’.

“Mereka pergi ke kamp-kamp pemulihan, di mana ratusan orang tinggal di bawah terpal dan melakukan permainan dan membagikan sabun dan sikat gigi,” kata Jodie.

Ia mengatakan tenda pemulihan telah mengajak warga untuk makan sehat dan mencuci tangan mereka, untuk menghindari penyakit.

Anak-anak berkumpul di tenda pemulihan, yang dananya dikumpulkan oleh Jodie.
Anak-anak berkumpul di tenda pemulihan, yang dananya dikumpulkan oleh Jodie.

Foto: Jodie Epper

Keputusan untuk tetap tinggal atau tidak

Pekan ini Jodie dan keluarganya berada dalam situasi dimana membutuhkan bantuan.

Jodie Epper mengatakan setengah dari pulau Lombok telah hancur, meski setengahnya lagi baik-baik saja.
Jodie Epper mengatakan setengah dari pulau Lombok telah hancur, meski setengahnya lagi baik-baik saja.

Foto: Jodie Epper

Sejak gempa kedua kali di Lombok, ia dan keluarganya telah tidur di kebun.

Rumah mereka rusak, membuatnya tidak aman untuk tinggal di dalam.

“Kami pernah kehujanan di malam itu,” katanya.

“Tapi kami dari Tasmania jadi kami cukup tangguh; hal ini tidak mengganggu kami.”

Ia mengatakan tetangganya “ketakutan” setelah tahu Joddie dan keluarganya tidur tanpa tempat tinggal.

“Seseorang memberi kami terpal – ada semangat murah hati yang luar biasa di desa kami.”

Jodie dan keluarganya telah berjuang dengan keadaan dan keamanan mereka sendiri, dan hendak menentukan apakah ia ingin meninggalkan Lombok.

Ia dan keluarganya akan berada di Bali selama beberapa pekan ke depan.

“Kami masih akan melakukan beberapa hal sampai saatnya tiba dan membuat beberapa keputusan selama beberapa pekan ke depan,” katanya.

Rencananya Jodie akan melanjutkan penggalangan dana dari Bali.

Jodie Epper bersama anak-anak Lombok
Jodie Epper bersama anak-anak Lombok

Foto: Jodie Epper

Simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.