ABC

Reaksi Warga Yerusalem Atas Keputusan Trump

Belasan orang mengalami luka-luka dalam bentrokan di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang melakukan protes dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Pengumuman tersebut yang mengubah kebijakan Amerika Serikat yang sudah berlangsung puluhan tahun, juga disambut dengan banyak kekecewan di seluruh dunia.

Inilah reaksi yang didapat oleh wartawan ABC Steve Cannane di Yerusalem.

Mohammad Abu Al Hummus, 52, dari Yerusalem Timur

"Keputusan ini adalah keputusan politik. Trump tidak mengindahkan resolusi PBB. Dia berpikiran bahwa menyelesaikan satu permasalahan dengan berbagai keuntungan, sehingga bisa menutupi krisis yang terjadi di dalam negeri.

"Warga Amerika harus menyadari bahwa dia bukanlah presiden yang baik untuk memimpin Amerika Serikat. Dia ingin mendapatkan simpati dari Israel dan warga Yahudi di Amerika Serikat."

Pemilik toko buah Niseem Hikushler, 64

Niseem Hikushlern smiles in his fruit shop.
Niseem Hikushlern.

ABC News: Tim Stevens

"Yerusalem sudah menjadi bagian dari kami selama 3 ribu tahun. Langkah ini merupakan langkah pertama ke arah proses perdamaian. Warga Arab tidak ingin mengerti masalah ini.

"Kami sangat senang. Warga Yahudi sangat senang sekarang. Proses ini berada di tahap awal. Republik Ceko adalah yang berikutnya. Mereka ingin memindahkan kedubesa juga ke sini. Ini adalah awal. "

Elior Liss, 23

Elior Liss, 23, stands in front of some shops in Jerusalem.
Elior Liss, 23, di Yerusalem.

ABC News: Tim Stevens

"Dia membuat langkah pintar dengan tidak seorang pun yang berani melakukan hal ini sebelumnya. Donald Trump bersikap kelas, kami tidak menentang solusi apapun, kita harus bersama-sama menemukan solusi atas konflik ini.

"Langkah ini tidak akan menjadi penghalang utama dalam masalah proses perdamaian. Saya tidak menduga itu akan menjadi penghalang sama sekali."

Mantan tentara Israel dan mahasiswa Joey Sacharow

Former Israeli Soldier Joey Sacharow stands in front of a market.
Mantan tentara Israel dan mahasiswa Joey Sacharow.

ABC News: Tim Stevens

"Saya merasa semua ini adalah usaha mencari perhatian guna mengalihkan darin kegagalan Donald Trump. Ini sangat memalukan. Saya merasa tindakan politik ini tidak ada kaitannya dengan hal tertentu. namun usahanya mengalihkan perhatian.

"Saya agak khawatir khususnya sebagai tentara cadangan, tindakan militer apa yang akan diambil untuk mencegah tindak kekerasan. Kita sudah melihatnya dengan dua intifada, dan saya pernah terlibat dalam perang, dan semua itu jujur saja menakutkan."

Mahasiswa Adnan Bark dari Kota Tua.

College student Adnan Bark stands in front of a crowd of people
Mahasiswa Adnan Bark dari Kota Tua di Yerusalem.

ABC News: Tim Stevens

"Ini adalah tindakan ofensif untuk menjadikan rumah, sekolah, dan toko-toko kami menjadi milik Israel. Saya kira tidak akan ada proses perdamaian sekarang ini, situasi akan menjadi sangat sangat buruk.

"Adalah hal yang memalukan melihat Yerusalem disebut sebagai ibukota Israel, sangat memalukan."

Abbu dari Yerusalem Timur

Abbu from East Jerusalem stands in a crowded street.
Abbu dari Yerusalem Timur.

ABC News: Tim Stevens

"Sebagai warga Muslim, kami percaya ini adalah tanah kami, kami tidak perduli apa yang dikatakan oleh Trump. Sebagai bangsa Muslim, kami tahu bahwa tanah ini miliki Palestina, tidak masalah siapa yang mengatakannya.

"Pemimpin Amerika, saya selalu lupa kadang siapa namanya, tidak berarti apapun bagi saya."

Yekhyeale Hajabi

Yekhyeale Hajabi stares at the camera in a busy street in Jerusalem.
Yekhyeale Hajabi

ABC News: Tim Stevens

"Saya kira dia telah membuat sesuatu yang indah bagi Yerusalem, untuk orang Yahudi. Saya kira karena dia memiliki darah Yahudi dalam keluarganya, tidak ada yang berpikir seperti dia mengenai Yerusalem."

"Dia sudah berjanji dan dia menepati janjinya. Bila kita bbisa mendapat bantuan dair dia, biarkan dia membantu, saya percaya dengan dia."