ABC

Reaksi Australia dan Dunia Soal Insiden Penembakan di Paris

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott mengatakan penyerangan dan penembakan hingga memakan korban tewas yang terjadi di Paris, Perancis sebagai bentuk kekejaman.

PM Abbott mengatakan seluruh warga Australia ikut prihatin dan mendoakan keluarga korban tewas dalam peristiwa penembakan yang terjadi di kantor koran mingguan Charlie Hebdo.

Dalam pernyataan di akun Twitternya, Abbott juga mengatakan, "Jika Anda tidak suka sesuatu, jangan dibaca. Jangan membunuh orang yang tidak setuju dengan Anda."

Sementara itu Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengatakan penyerangan yang terjadi "menjijikan".

"Kami bersama warga Perancis dalam memerangi teror dan memperjuangkan kebebasan berekspresi," ujar Cameron yang juga dituangkan dalam akun Twitternya.

Tony Abbott kecam penyerangan di Paris di akun Twitternya.

Sekretaris Jenderal PBB, Ba Ki-moon mengutuk keras penyerangan yang terjadi, dan menganggapnya mengancam media dan kebebasan berekspresi.

"Kejahatan yang mengerikan, tidak dibenarkan, dan kejahatan berdarah dingin. Ini juga menyerang demokrasi, media, dan kebebasan berekspersi," ungkapnya pada para wartawan di markas PBB di New York, Amerika Serikat.

Presiden Rusia pun mengutuk keras insiden penembakan di Perancis dan mengatakannya "dengan tegas mengecam segala bentuk teror".

Pemerintah Iran pun ikut mengutuk keras pada penyerangan yang dilakukan ke kantor majalah yang pernah memuat kartun Nabi Muhammad.

"Semua aksi teror yang mengancam orang-orang tak bersalah adalah bertentangan dengan doktrin dan ajaran Islam," ujar Menteri Luar Negeri Iran Marzieh Afkham.

Menurutnya aksi penyerangan yang dilakukan kepada kantor Charlie Hebdo adalah bagian dari "gelombang radikalisasi" yang telah menyebar di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, karena "kurangnya kebijakan serta standar ganda dalam mengatasi kejahatan dan ekstrimisme."

Tetapi ia juga kembali mengkritik keputusan surat kabar tersebut untuk memuat 12 kartun Nabi Muhammad yang dimuat koran Jyllands-Posten dari Denmark, dengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi.

Kartun tersebut diantaranya menggambarkan seseorang menggunakan turban yang terbuat dari bom dan memicu kemarahan dan aksi protes di Iran, selain di negara-negara lainnya.

"Menggunakan kebebasan berekspresi…. untuk menghina agama-agama monolistik dan nilai-nilai juga simbol mereka tidak bisa diterima," kata Afkham.

Di halaman Facebook resmi milik Universitas Al Azhar yang bermarkas di Mesir juga ikut menyampaikan kecaman atas apa yang telah terjadi di Perancis dan menyebutnya sebagai "bentuk kejahatan".

Sejumlah negara-negara Arab dan petinggi umat Muslim juga mengutuk serangan yang memakan korban tersebut.