ABC

Ratusan Mahasiswa Universitas Newcastle Kedapatan Bayar Joki

Ratusan mahasiswa Universitas Newcastle kedapatan membayar perusahaan untuk melakukan tugas-tugas kuliah mereka. Namun pihak universitas menegaskan pihaknya memiliki sistem dan metode penilaian yang memungkinkan pihaknya mengetahui jika mahasiswanya melakukan praktek curang seperti itu.

 

Temuan 127 kasus mahasiswa Universitas Newcastle yang membayar perusahana untuk mengerjakan tugas kuliah mereka terbilang kecil, karena setiap tahun ada lebih dari 80.000 tugas yang diberikan pihak universitas kepada mahasiswanya.

Sebuah penyelidikan yang dilakukan Fairfax mendapati mahasiswa Newcastle tahun ini 127 kali meminta bantuan perusahaan untuk menyusun esai dan menyelesaikan ujian online mereka.
 
Dilaporkan untuk melakukan praktek curang itu, mahasiswa Newcastle harus merogoh kocek lebih dari $27,000 jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan praktek serupa yang dilakukan mahasiswa dari universitas lain di Australia.
 
Wakil rektor Universitas Newcastle, Profesor Andrew Parfitt mengatakan jumlah yang terkuak itu terhitung sangat kecil mengingat setiap tahunnya ada lebih dari 80 ribu penugasan yang dibebankan kampus kepada mahasiswanya.
 
Dia mengatakan mahasiswanya yang kedapatan melakukan kecurangan semacam ini sebanyak dua kali tidak akan lulus mata kuliah, dan diskors selama satu semester jika kedapatan melakukan pelanggaran untuk ketiga kalinya.
 
"Kemungkinan besar mahasiswa yang melakukan praktek curang seperti ini akan kapok karena harus menghadapi konsekuensi dari proses yang kami terapkan," katanya.
 
"Bahkan faktanya, kemungkinan seseorang bisa menggunakan cara ini untuk menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sangat kecil.
 
"Kami benar-benar menindak mereka yang benar-benar nakal melalui metode penilaian tertentu yang kami terapkan,  metode ini juga memungkinkan kami mengenali dan melacak perbedaan dari karya yang dihasilkan mahasiswa jika mereka berbuat curang dengan membayar orang lain untuk melakukan tugasnya."
 
Professor Parfitt mengatakan setiap mahasisswa harus  lulus subjek integritas akademik di awal karir tersier mereka.
 
Menurutnya kecurangan sangat mengecewakan, tapi ia menegaskan prosedur pemeriksaaan yang seimbang sudah dilakukan oleh pihak universitasnya.
 
"Kita bisa mengidentifikasi orang-orang yang menggunakan cara-cara curang seperti itu dalam sejumlah kasus," katanya.
 
"Saya tidak bisa menjamin bahwa kita dapat mengidentifikasi kasus-kasus individual sepanjang waktu, tetapi kita dapat mengidentifikasi secara keseluruhan dari mata kuliah yang diambil mahasiswa yang melakukan kecurangan secara sistematis,"
 
"Kami cukup yakin kita mampu mengungkap sebagian besar dari kasus kecurangan semacam itu."