ABC

Rantai Makanan Mahluk Hidup di Antartika Terancam

Ilmuwan berhasil  menguak misteri mengenai apa yang dimakan krill – sejenis udang kecil yang menjadi makanan utama mahluk hidup di Antartika – selama musim dingin. Temuan ini juga mengungkapkan kekhawatiran baru mengenai ancaman serius terhadap rantai makanan di Antartika.

Selama ini para ilmuwan mengkhawatirkan pemanasan global akan menyebabkan populasi kril atau udang berukuran kecil di antartika menurun, bersamaan dengan mahluk lain yang bergantung pada mahluk kecil tersebut.

Seperti diketahui krill merupakan makanan utama hampir seluruh mahluk hidup di Antartika, mulai dari paus hingga pinguin.

Sampai sekarang, apa sebenarnya yang dimakan oleh mahluk kecil ini untuk bertahan hidup selama musim dingin masih menjadi misteri.

Sudah lama diketahui, kalau pada musim panas krill memakan phytoplankton (tumbuhan kecil), dan akhirnya misi yang dilakukan Professor Molly Jiu dari Iklim dan Ekosistem Antartika CRC (ACE CRC) berhasil mengungkap bahan makanan mahluk itu pada musim dingin.

"Ternyata dibawah lapisan es di Antartika hidup ganggang laut es, dan kami meyakini krill terutama lava krill, bayi krill sangat bergantung dengan ganggang yang hidup dibawah lapisan es ini,” katanya.

Namun dalam riset terbaru ini juga terungkap ketersediaan ganggang laut es selama musim dingin yang menjaga krill tetap bertahan hidup sedang dalam ancaman.

Menghangatnya temperatur laut telah memicu meningkatnya kadar kelembaban di atmosfir, yang pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak salju.

Peneliti dari ACE CRC, Professor Jan Lieser menemukan kalau turunnya salju diatas permukaan lautan es di Antartika telah menghancurkan habitat alami ganggang yang hidup bawah lapisan es di Antartika.

"Menebalnya lapisan salju dapat memicu penurunan cahaya yang sebelumnya mampu menerobos melalui lapisan es diatasnya, oleh karena itu lingkungan untuk tumbuh berkembangnya gangang akan menjadi semakin gelap yang kemungkinan tidak terlalu bagus untuk ganggang tersebut,” katanya.

Menurunnya ketersediaan ganggang lautan es ini yang kemudian akan menimbulkan efek serius pada bayi-bayi krill.

Sementara larva krill terlalu kecil untuk menjelajah ke laut terbuka selama musim dingin pertama mereka, karenanya mereka biasanya akan tetap berada dekat dengan ganggang laut es untuk mengembangkan lapisan lemaknya.

Tanpa adanya ganggang laut es tersebut maka keberlangsungan hidup bayi krill turut terancam.  Karenanya Profesor Jiu memprediksi kondisi ini akan membuat jumlah krill berpotensi turun dengan cepat.

"Jika krill itu mati pada musim dingin ini maka tidak akan ada lagi bayi krill yang menambah populasinya dan secara otomatis populasinya akan langsung menurun,” katanya.

Dia mengatakan mengingat ketergantungan populasi mahluk hidup di Antartika terhadap krill ini sangat besar, maka dampak dari situasi ini akan sangat besar.

"Jika jumlah krill hanya sedikit, maka seluruh satwa yang bergantung pada krill sebagai sumber makanan mereka seperti paus, anjing laut penguin kemungkinan jumlahnya akan berkurang juga karena tidak ada lagi makanan mereka,” paparnya.

Oleh karena itu menurut Profesor Jan Lieser sekarang ini adalah waktunya bagi masyarakat dunia untuk berpikir kembali mengenai hasrat mereka untuk ikut memakan krill mengingat sektor perikanan akan ikut terimbas pada waktu yang bersamaan dan penduduk menghadapi kekurangan pangan kritis.