ABC

Putri Anwar Ibrahim Mengaku Tak Mudah Mempercayai Mantan Diktator

Nurul Izza, putri tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim yang memastikan ayahnya akan segera dibebaskan, menyatakan tidaklah mudah mempercayai seorang mantan diktator.

“Akan sangat membantu jika ayah saya dibebaskan. Sebab saya kira dia adalah kekuatan penting di balik hasil pemilu ini, di balik gerakan reformasi,” ujar Nurul Izzah Anwar dalam wawancara khusus dengan ABC Australia.

Wawancara dilakukan sesaat setelah Nurul mengunjungi ayahnya, yang tetap di bawah penjagaaan aparat keamanan di rumah sakit.

Nurul kembali terpilih dalam pemilu yang baru lalu, dari daerah permilihan (dapil) yang dulunya merupakan dapil ayahnya.

Anwar Ibrahim diperkirakan akan segera dibebaskan, setelah Perdana Menteri Dr Mahathir Mohamad mengungkapkan bahwa Raja Malaysia setuju memberikan pengampunan penuh kepada mantan wakilnya itu.

Pembebasan tersebut akan membuka jalan bagi Anwar untuk kembali ke parlemen dan mengambil-alih kendali pemerintahan dari PM Mahathir.

Anwar dipenjara dua kali atas tuduhan sodomi yang dinilai sarat dengan motif politik.

Pertama kali dia dipenjara di bawah Pemerintahan PM Mahathir, kemudian dipenjara lagi di bawah Pemerintahan PM Najib Razak.

“Dr Mahathir Mohammad baru saja mengumumkan komitmen hari ini, Raja sudah siap. Kami juga ingin memastikan bahwa dakwaan politik lainnya dibatalkan dan para pemimpin lainnya yang ditahan secara tidak adil akan dibebaskan,” kata Nurul Izza.

“Begitu janjinya. Dia orang tidak bersalah, dan telah ditahan selama 11 tahun sejak masih muda sampai hari ini,” ujarnya.

Apakah Nurul mempercayai janji PM Mahathir untuk menyerahkan pemerintahan kepada Anwar jika kelak ayahnya itu kembali ke parlemen.

“Saya yakin koalisi ini hanya akan bertahan hanya jika ada kepercayaan yang cukup,” katanya.

“Tidaklah mudah mempercayai seorang mantan diktator. Namun dia telah membuka diri bagi pandangan berbeda yang dia adopsi, berkomitmen pada agenda reformasi, dan saya di sini akan memastikan saya bisa menjaga kemungkinan pelanggaran,” ujarnya.

"Saya sendiri tidak begitu peduli siapa yang menjadi perdana menteri. Saya selalu mengatakan bahwa yang kami butuhkan adalah seorang perdana menteri yang baik," tambah Nurul.

Dia mengungkapkan penderitaan keluarganya selama proses peradilan dan pemenjaraan yang dialami ayahnya.

“Begitu lamanya, bertahun-tahun menahan rasa sakit. Namun bukan hanya kami. Banyak orang lain juga mengalami penganiayaan yang sama,” kata Nurul.

“Saya berkomitmen untuk agenda reformasi. Saya tidak ingin orang lain jadi korban, termasuk Datuk Sri Najib Tun Razak,” tambahnya.

“Setiap orang harus mendapat perlakukan yang sama di bawah hukum negara ini. Dan demi rasa keadilan, mereka diberikan hak yang sama di bawah matahari Malaysia,” jelas Nurul Izza.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.