Putra Mahkota Kerajaan Denmark Ditolak Masuk Bar di Brisbane
Ketatnya Undang-undang lisensi minuman keras di Queensland, Australia, menjadi “mimpi buruk” bagi pemilik salah satu bar di Kota Brisbane. Pasalnya, penjaga bar tersebut terpaksa menolak masuk calon raja Denmark, Putra Mahkota Frederik, karena dia tidak menunjukkan kartu identitas diri.
UU yang bertujuan membatasi kekerasan terkait alkohol dan obat terlarang ini mengharuskan tempat yang buka hingga lewat tengah malam di Queensland untuk memindai kartu ID pengunjung setelah Pukul 10:00 malam.
Pangeran Frederik dilaporkan berada di Brisbane untuk menghadiri balapan perahu pesiar Hamilton Island Race Week.
Pangeran Frederik yang menikahi Putri Mary yang kelahiran Australia, baru dibolehkan masuk ke bar bernama Jade Buddha Bar pada hari Jumat (17/8/2017) malam itu, setelah unit perlindungan resmi dari Kepolisian Queensland meyakinkan pihak keamanan bar bahwa mereka dapat membiarkan anggota keluarga kerajaan ini masuk tanpa melanggar hukum.
Orang yang sangat baik
Salah satu pemilik bar tersebut Jade Phillip Hogan mengatakan bahwa aturan pemindaian kartu ID tersebut menimbulkan mimpi buruk bagi pengelola bar.
“Putra mahkota muncul dan dia didampingi unit pengawal bersamanya, tapi mereka berpakaian sipil,” katanya.
“Para pengawal menolak untuk mengizinkan petugas keamanan kami untuk memeriksa kartu ID Putra Mahkota. Mereka tidak mau mengatakan siapa dia. Mereka mengatakan mereka adalah polisi dan semuanya tampak sangat tidak biasa mengingat aturan hukumnya bahwa kami harus memindai orang,” jelas Hogan.
“Para petugas keamanan melakukan pembicaraan, tapi untuk adil terhadap Sang Pangeran, dia memang sepertinya orang yang sangat baik,” tambahnya.
“Dia pasti tertarik untuk datang, karena dia pergi namun kembali lagi 15 menit kemudian,” katanya.
Setelah melakukan penelusuran di situs pencari Google, melakukan konfirmasi bahwa para pengawal itu benar petugas polisi serta menelepon pihak lisensi minuman keras, akhirnya semua rombongan diperbolehkan masuk
“Dengan semua niat baik pembuat UU, ini merupakan hukum yang konyol,” kata Hogan lagi.
"Kami selalu menghadapinya dengan warga biasa tanpa ID. Jika Anda bukan orang seperti Pangeran Frederik, Anda tidak akan mendengar kasusnya," katanya.
“Pihak berwenang telah mengancam kami semaksimalnya jika kami melanggar hukum,” ujarnya.
Tak menyebabkan insiden diplomatik
Namun Jaksa Agung Queensland Yvette D’Ath melihat sisi baik dari kejadian ini.
“Jika laporan ini benar, faktanya adalah tempat berlisensi menerapkan UU tersebut kepada Pangeran Frederick setara seperti kepada orang lain yang mengunjungi tempat-tempat kita,” katanya.
“Sang Pangeran jelas tidak begitu tersinggung terkait hal ini, karena dia kembali lagi beberapa saat kemudian dan diizinkan masuk,” jelas D’Ath.
Jaksa Agung D’Ath mengatakan Pemerintah Queensland tidak mengetahui adanya keluhan dari Sang Pangeran atau unit pengawalnya.
“Faktanya kejadian ini tak menyebabkan insiden diplomatik, seperti yang mungkin dikatakan sejumlah pihak,” katanya.
“Saya menduga kebanyakan warga Queensland justru senang mengetahui bahwa UU tersebut berlaku bagi semua orang,” tambahnya.
Kejadian serupa pernah dialami bar Gresham, salah satu bar koktail kelas atas di Brisbane.
Manajer Gresham Ryan Lane kepada ABC mengatakan bahwa UU tersebut “memalukan”. Pasalnya klub tersebut pernah terpaksa menolak rombongan pembuat anggur asal Prancis, berusia antara 40-65 tahun, karena ada yang tidak membawa kartu ID pada bulan Juli lalu.
“Mereka memenuhi syarat untuk memasuki tempat kami, kecuali bahwa dua di antara mereka tidak memiliki paspor. Mereka tidak mau berpisah – jadi semuanya pergi,” jelasnya.
Lane mengatakan kejadian seperti ini menggarisbawahi ketidakkonsistenan dalam UU tersebut.
“Sedikit lucu jika pihak Liquor and Gaming Regulation bisa berbalik dan melonggarkan aturan kalau itu menyangkut seorang putra mahkota,” katanya.
“Maksudku, saya mengerti dia orang yang sangat penting. Namun apa yang menghentikanku sekarang menelepon Liquor and Gaming Regulation dan mengatakan, ‘Ada John di sini, dan apakah Anda keberatan jika saya membiarkannya masuk karena saya akan menjamin dia’,” kata Lane.
Lane mengakui bahwa situasinya memang akan sulit jika yang datang itu Pangeran Frederik.
Brett Fraser dari Brisbane Marketing mengatakan hal ini merupakan isu yang terus berlanjut.
“Ini jelas bukan kesan yang baik bagi kota kita, ketika orang siapa pun mereka keluar malam cari hiburan dan tidak bisa mendapatkannya,” katanya.
Dia menggambarkan masalah menyeimbangkan unsur keamanan selalu sulit.
“Kami melakukan banyak hal demi memposisikan Brisbane sebagai pilihan tujuan kunjungan. Pemberitaan seperti ini tentu tidak membantu kita,” ucap Fraser.
Diterbitkan Selasa 22 Agustus 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News di sini.