ABC

Pusat Detensi Pulau Manus Kejam dan tak Manusiawi

Organisasi HAM, Amnesty International, menyatakan pusat detensi Australia di Pulau Manus, Papua Nugini, termasuk kejam, tak manusiawi, dan melanggar larangan terhadap penyiksaan. Pusat detensi tersebut menjadi tempat tinggal sementara bagi mereka yang mencoba mencari suaka ke Australia dengan menggunakan perahu.

Sejak dibuka kembali tahun lalu, pusat detensi tersebut amat susah dimasuki jurnalis. Namun, tiga peneliti dan penerjemah dari Amnesty diperbolehkan masuk selama satu minggu pada bulan November 2013. Saat ini, terdapat sekitar 1.100 laki-laki yang ditahan di tiga bagian pusat detensi di pulau itu.

Laporan mereka kemudian diperoleh ABC. Dalam laporan tersebut, kondisi mereka digambarkan cukup suram. Contohnya, air minum di bagian terbesar pusat detensi tersebut, yang dinamakan Oscar, dibatasi sebanyak setengah liter sehari.

"Di bagian pusat detensi terbesar, air disediakan melalui botol-botol dengan kapasitas 19 liter," bunyi laporan tersebut, "Selusin botol sehari untuk sekitar 500 orang, menurut staf yang menyediakan air tersebut, atau kurang dari satu botol berisi 500 ml per orang, ini jelas tak cukup, apalagi mengingat suhu tinggi dan kelembaban di sana."

Salah seorang staf Amnesty, Graeme McGregor yang mengunjungi Pulau Manus, mengatakan staf bidang kesehatan di pusat detensi tersebut merasa khawatir melihat kondisi yang ada.

"Para laki-laki tahanan itu menghabiskan beberapa jam sehari. Bahkan ada yang bilang empat hingga lima jam sehari, mengantri untuk makanan, toilet dan semacamnya. Mereka tidak punya tempat bernaung di luar. Ini di pulau tropis, jadi suhunya bisa mencapai 35 derajat. Sangat lembab," jelasnya.

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa fasilitas toilet tidak memiliki perlengkapan dasar seperti sabun. Menurut McGregor, kondisi seperti ini mengakibatkan penyebaran penyakit.

Dilaporkan, staf bidang medis di Pulau Manus telah meminta fasilitas diperbaiki, namun tidak ditanggapi."Staf telah meminta agar para tahanan diberi kesempatan lebih besar memperoleh stimulasi mental, persediaan air minum yang cukup di bagian 'Oscar', sepatu untuk semua tahanan, dan sabun di kamar mandi," kata laporan itu.

Satf Amnesty lainnya, Claire Mallinson mengatakan kekhawatiran staf bidang medis di Pulau Manus akan disiarkan secara global.

"Saat kita bicara ke staf medis di sana, mereka memperkirakan lebih dari 30 persen tahanan memiliki masalah kesehatan jiwa," ucapnya, "Kami bicara ke orang-orang yang terkesan ingin menyakiti diri atau bunuh diri. Ada seorang pria dari Irak yang mengaku lebih baik mati saja di lautan."

Mallinson dan McGregor bertemu dengan Menteri Imigrasi Scott Morrison hari Rabu (11/12/2013) di Canberra untuk menyampaikan laporan tersebut. Morrison dilaporkan terkejut dengan beberapa temuan dalam laporan tersebut.

"Tanggapannya adalah, menteri akan membaca laporan tersebut, meninjau rekomendasinya," cerita Mallinson.

Dalam sebuah pernyataan, Morrisson menanggapi bahwa beberapa saran mungkin akan dipertimbangkan dan keadaan akan diperbaiki, namun Australia tetap akan menerapkan kebijakan pemrosesan di luar benua.

Menurut Partai Hijau, kondisi di pusat detensi sengaja dibuat begitu buruk agar mematahkan semangat para pencari suaka.

Sebelumnya Morrison mengatakan fasilitas di Pulau Manus terus akan diperbaiki menyusul peningkatan jumlah tahanan.

Sedangkan dalam sebuah konferensi pers di Canberra hari Rabu Menteri Luar Negeri Papua Nugini, Rimbink Pato, mengatakan bahwa klaim-klaim yang dimuat di laporan tersebut tak sesuai dengan kenyataan saat ini di Pulau Manus.

"Saya rasa laporan itu sudah lama, sekarang saya rasa kita punya fasilitas yang cukup baik di sana," komentarnya.