ABC

Punya Satu Anak Cukup? Ini Kabar Baiknya

Kapan nambah anak lagi? Kasihan anaknya kesepian, bukan? Apa yang terjadi jika dia meninggal dan Anda hidup tanpa anak?

Orangtua yang memutuskan hanya memiliki anak tunggal tentu sudah akrab dengan pertanyaan semacam ini.

Namun bukti menunjukkan keluarga dengan anak tunggal memiliki lebih sedikit kekurangan. Bahkan menurut seorang pakar, pertanyaan bernada menghakimi itu mungkin muncul dari rasa iri karena mereka “mengalami penderitaan” dalam membesarkan beberapa anak.

Pasangan warga Australia dengan anak tunggal, Canditta Natakuapa dan suaminya, memiliki total 17 saudara. Sehingga pasangan ini dengan mudah memutuskan memiliki hanya satu anak. Mereka menghargai keseimbangan kerja dan rumahtangga serta memberi anak mereka “peluang terbaik dalam hidup”.

Pengusaha di Brisbane ini sangat berdedikasi pada pekerjaannya. Menurut dia, memiliki banyak anak akan mengganggu hal tersebut.

Child holds hands of mum and dad
Professor Toni Falbo mengatakan alasan utama memiliki satu anak demi menjaga karir orangtua dan menyiapkan pendidikan yang baik buat si anak.

Supplied: Pexels

“Saya sangat menikmati pekerjaanku. Secara pribadi, menurutku, memiliki kehidupan menyenangkan memberi saya kehidupan rumah tangga yang jauh lebih baik buat anakku, Gabriel,” kata wanita berusia 35 tahun itu.

“Dengan hanya satu anak, kami bisa menyekolahkannya di sekolah yang lebih baik, tanpa mengorbankan kepentingan yang lain,” jelas Canditta kepada ABC News.

Dengan hanya satu anak juga telah memberi lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas bagi pasangan ini.

“Gabriel kursus berenang dan dia akan kursus atletik. Jika kami memiliki banyak anak dan mereka memiliki kepentingan berbeda, kami tentunya harus berpisah tiap akhir pekan untuk mengakomodasi hal itu,” katanya.

“Belum lama ini kami menikah di Melbourne. Lebih mudah bagi kami naik pesawat dan terbang ke sana. Keluarga dengan empat anak, tentu harus melakukan perjalanan darat karena faktor biaya. Empat anak di dalam mobil, saya tak ingin melakukan hal itu,” tutur Canditta.

Namun meski merasa bahagia dengan anak tunggal, Canditta sering dihakimi oleh orangtua lainnya.

“Saya mendapatkan komentar betapa egoisnya kami karena tidak memberi saudara buat Gabe,” katanya.

“Anakku memiliki lebih dari 20 sepupu. Dia tidak akan kekurangan teman bermain,” katanya.

“Orang bertanya bagaimana jika kami meninggal dan Gabe akan ditinggalkan tanpa keluarga dekat. Pertanyaan itu sangat mengejutkan saya,” ujar Canditta.

“Di tempat penitipan anak, anakku memamerkan sepatu barunya. Ada ibu-ibu bilang, ‘Kamu bisa membelikan apa saja buat anakmu karena hanya satu’,” tambahnya.

Ungkapan bernada benci semacam itu tidaklah mengejutkan bagi Profesor Toni Falbo dari University of Texas, yang menghabiskan lebih dari tiga dekade meneliti keluarga dengan anak tunggal.

Dia akan meneliti masalah apakah ibu dengan anak tunggal terlihat negatif di mata orang lain yang “menderita dalam membesarkan beberapa anak”.

“Saya berhipotesis bahwa benar, mereka mungkin marah karena ibu satu anak tidak mengalami pengorbanan serupa,” kata Dr Falbo kepada ABC News.

Anak Tunggal tidak Kesepian

Dr Falbo mengatakan tekanan masyarakat untuk memiliki lebih dari satu anak kemungkinan didasarkan pada “bias mendalam dan mungkin tanpa disadari di dalam pikiran manusia”. Bias yang menyatakan bahwa dengan memiliki setidaknya dua anak, ras manusia meningkat dan bukannya menurun.

Namun, menurut dia, lingkungan juga menjadi motivasi bagi orangtua memilih beranak tunggal.

“Saat ini, mungkin lebih banyak pasangan yang khawatir dengan perubahan iklim. Mereka memutuskan bahwa anak tunggal adalah cara berkontribusi mengurangi pemanasan global,” katanya.

Menurut dia, manfaatnya termasuk anak yang mendapat perhatian lebih dari orangtua mereka, serta ibu dan ayah dapat menikmati aktivitas tanpa tekanan dari anak-anak lainnya.

Dr Falbo menambahkan anak tunggal ada kekurangannya juga. Namun bukan bahwa anak tersebut akan kesepian.

“Kekurangannya termasuk risiko kehilangan anak itu, misalnya kematian, dan kemudian orangtua tersebut tidak lagi memiliki anak,” katanya.

“Tapi penelitian saya di China dan AS menunjukkan bahwa anak tunggal tidaklah lebih kesepian dibanding mereka yang memiliki saudara kandung. Sebab kebanyakan orangtua dengan satu anak mendorong interaksi sesama rekannya,” katanya.

Canditta menyatakan memang ada ketakutan kehilangan anaknya, bahwa dia “memasukkan semua telurnya ke dalam satu keranjang”. Namun mengakui rasa takutnya akan sama saja jika dia memiliki dua atau tiga anak.

Kesempatan yang Sama

Sementara itu Lorrie Brook, orangtua dengan anak tunggal, harus menjalani proses bayi tabung bersama suaminya untuk memiliki putrinya Tehya, yang sekarang berusia empat tahun.

Lorrie Brook takes a selfie with daughter Tehya
Lorrie Brook yang juga anak tunggal memutuskan memberikan kesempatan yang sama untuk anaknya Tehya.

Supplied: Lorrie Brook

Lorrie yang juga anak tunggal ingin punya satu anak saja dan memberi Tehya kesempatan sama yang pernah dialami Lorrie.

“Saya menyadari telah mendapat banyak kesempatan dari orangtuaku dan jika saya bukan anak tunggal tentunya tidak akan saya miliki,” kata Lorrie (34 tahun).

Kesempatan itu termasuk pendidikan seperti pertukaran pelajar ke Jepang dan memperkaya kegiatan ekstrakurikuler.

Lorrie mengatakan hal positif paling utama bagi keluarga dengan satu anak adalah biaya penitipan anak yang lebih sedikit.

“Saya tidak tahu bagaimana orang bisa memasukkan lebih dari satu anak di tempat penitipan anak,” katanya. “Biayanya bagi kami $AUS 450 untuk dua minggu.”

Rutinitas dan keseimbangan kerja dan kehidupan rumahtangga juga lebih mudah dijaga.

“Suamiku seorang pekerja shift sehingga sangat penting untuk bisa menghabiskan waktu bersamanya saat dia tidak bekerja sambil memastikan Tehya melakukan aktivitasnya,” katanya.

Lorrie mengatakan satu-satunya kejelekan yang bisa diperkirakan adalah meninggalkan anak perempuannya tanpa saudara kandung.

“Dari pengalamanku sebagai anak tunggal, saya tahu pada saat ini dalam hidupku, jika saya kehilangan orangtua akan sangat sulit karena saya sangat dekat dengan mereka,” katanya.

“Mungkin ini hal terbesar yang mengganggu pikiranku,” tambah Lorrie.

Diterbitkan Senin 21 Agustus 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News di sini.